Membuat foto makro termasuk tidak mudah. Menurut pakar fotografi,
Leonardi, kita harus mencari dengan cermat sasaran apa yang bisa menjadi
menarik untuk difotomakrokan. Sudah barang tentu bukan benda-benda yang
sekadar kecil bentuknya, karena adakalanya bagian tertentu dari suatu
benda besar pun bila direkam secara makro, bisa menjadi objek yang
menarik.
Arti kata makro adalah besar. Namun dalam fotografi makro, yang
dijadikan sasaran pemotretan adalah objek-objek yang sangat kecil. Maka
walaupun sebagian besar lensa-lensa untuk tujuan memotret benda-benda
kecil itu dinamakan lensa makro, Nikon memilih kebijaksanaan sendiri
dengan menamakannya sebagai lensa mikro (mikro = kecil). Tetapi
kedua-duanya sama-sama bertujuan untuk memotret benda-benda kecil, yang
kemudian divisualisasikan menjadi jauh lebih besar dari pada ukuran
aslinya. Ya di sinilah daya tarik yang bisa kita ciptakan, kita
visualisasikan, karena objek-objek yang tampil bukanlah sesuatu yang
bisa disaksikan orang setiap hari.
Secara umum yang dikategorikan sebagai lensa makro atau lensa mikro
adalah jenis lensa yang mampu merekam/memotret sasaran (pada film) sama
besar dengan benda aslinya, disebut berasio 1:1; atau paling tidak
separuh besar benda aslinya, atau dengan rasio 1:2. Kini banyak
lensa-lensa vario yang disebut berfasilitas makro dengan rasio 1:4,
sebenarnya dengan rasio seperti itu, resminya belum termasuk lensa
makro.
Namun untuk menghasilkan foto makro, sebenarnya tidak mutlak harus
menggunakan lensa makro yang harganya cukup tinggi, yakni jutaan lebih,
karena jenis lensa-lensa biasa pun dengan ditambah berbagai aksesoris,
bisa menjangkau rasio seperti lensa makro. Misalnya dengan tambahan
konverter tele2X dan lensa close up +4 pada lensa normal 50 mm, sudah
akan menghasilkan rasio sekitar 1:2, bila lensa close-up-nya +5 sudah
mendekati rasio 1:1. Perangkat lain adalah reverse ring, gelang pembalik
ini berperan untuk memasang lensa dengan arah terbalik. Bagian depan
mengarah pada bodi kamera, sedangkan bagian belakangnya menghadap ke
depan. Dengan gelang pembalik ini, segala jenis lensa berubah fungsi
menjadi lensa makro "gadungan" dengan rasio sekitar 1:1, dan ini
merupakan sarana termurah, karena harga gelang tidak terlalu mahal. Atau
Anda pun bisa menganut cara klasik dengan menggunakan extension tubes,
yang sekarang bisa digantikan dengan extension bellows.
Sayangnya dengan sarana-sarana tambahan tersebut, jarak depan lensa
terhadap objek amat dekat, sehingga bila sasaran kita adalah serangga
kecil misalnya, dia sudah kabur sebelum terfokus tajam. Tidak ada sarana
lain? Ya lensa makro. Untuk memotret benda mati, boleh memilih yang
berjarak fokus 55 mm, sedangkan untuk benda hidup yang mudah bergerak
harus memilih yang 100 mm atau 200 mm.
Jika temen-temen menggunakan lampu kilat, lakukan tidak dengan
menancapkan di atas kamera seperti biasa, karena arah cahayanya tak akan
menuju sasaran dengan benar. Maka untuk pemotretan makro ini, kita
harus menggunakan flash bracket yang dipasang pada lensa atau lebih
efektif dengan menggunakan ring flash.
Boleh dibilang objek foto makro banyak sekali. Mulai dari bunga-bunga
atau rerumputan yang masih dihinggapi embun malam, bila terkena siraman
cahaya matahari pagi, bisa dijadikan foto makro yang indah sekali. Juga
ulat, semut, atau serangga lain disekitar kita, juga dapat dijadikan
sasaran yang mengasyikan. temen-temen pun bisa beralih ke hal lain
seperti benda-benda mati di dalam rumah. Ujung pensil atau bekas
rautannya, pangkal ballpoint, sebagian dari sisir digabung dengan bagian
dari sikat gigi, tebaran paku payung, kumpulan jarum pentul.
Segala benda berwarna yang kalian temui bila dicuplikan sebagian kecil,
niscaya bisa dijadikan suatu karya foto yang memiliki nilai lebih, dan
bisa dijadikan pajangan dalam pigura untuk digantung di dinding. Setelah
Anda mahir cobalah dengan memadukan beberapa benda atau bagian benda
untuk disusun sebagai suatu komposisi baru, pasti akan lebijh asyik
lagi.
Beberapa kesulitan akan kalian hadapi dalam membidik sasaran. Dengan
begitu dekatnya posisi lensa dengan objek, sehingga bergerak sedikit
saja, sasaran sudah out-of focus. Kemungkinan yang bergerak itu bisa
kamera, bisa juga objeknya. Namun dengan bantuan penyangga hal itu bisa
diatasi sebagian.
Hal lain adalah sempitnya ruang tajam, maka kita hampir selalu memilih
bukaan diafragma terkecil yang dimungkinkan. Adalah bijaksana dengan
menggunakan ISO 200-400 misalnya. Apalagi jika kalian sudah memiliki
kamera digital. Dengan kamera ini Anda akan bisa lebih leluasa
berkreasi. Pasalnya, kamera pintar ini sudah dilengkapai modus
pemotretan makro. Bahkan, kemampuan pemotretan tehadap objek bisa
dilakukan dengan mode pemotretan super-makro, dengan jarak paling dekat 2
cm.
Sudah tentu segala aksesoris kreatif, misalnya filter cross screen,
galaxy, bahkan yang berwarna, bisa juga kita manfaatkan, agar kita
peroleh kreasi lain yang lebih spektakular. Selain itu masih ada alat
pendukung yang agak mahal, yakni micro adjuster. Alat ini memiliki rel
silang, bisa maju mundur, juga bisa gerak kiri-kanan.
Dengan terpasangnya di atas kakitiga (tripod), lalu ditumpangkan ke
kamera, maka dalam penajaman gambar kita akan banyak terbantu. Sebab
untuk mendekat atau menjauhi sasaran dapat dilakukan secara lembut
sekali dengan memutar pendorong rel sesuai kehendak. Dengan alat
tersebut, tripoid tidak perlu dimaju-mundurkan, karena adjuster bisa
mengambil alih tugas tersebut. Dalam pemakaian, alat itu bisa juga
berfungsi sebagai penajam gambar, jelasnya ia bisa bekerja serentak
bersama selektor jarak pada kamera.
Di bidang medis, pasangan lensa makro dengan ring flash sudah lama
dimanfaatkan, lebih sering daripada mikrografi. Dalam suatu operasi
misalnya, untuk mengabadikannya menjadi efisien, karena selain praktis,
juga tiada masalah timbulnya bayangan yang mengganggu, bahkan praktis
bebas bayangan (shadow-free)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar