tag:blogger.com,1999:blog-56789634283616461222024-03-14T05:02:18.940-07:00dex iwansDex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.comBlogger241125tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-24921411342026416392013-03-04T04:54:00.000-08:002013-03-04T04:54:25.412-08:00BLOG : BUDAYA BALI<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
http://cakepane.blogspot.com/2010/04/menguak-misteri-gayatri-mantra-melalui.html</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-49002825024392203982013-03-04T04:47:00.000-08:002013-03-04T04:47:09.746-08:00Menguak Misteri GAYATRI MANTRA melalui Meditasi <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<i><b>Om bhur bhuvah svah, <br />
tat savitur varenyam,<br />
bhargo devasya dhimahi,<br />
dhiyo yo nah pracodayat</b>.(regveda - 3,62)</i><br />
<br />
artinya:<br />
O cahaya bersinar yang telah melahirkan semua loka atau dunia kesadaran,
O Tuhan yang muncul melalui sinarnya matahari sinarilah budi kami.<br />
<br />
<br />
Inilah makna dari mantra yang memiliki semua bija-mantra yang kesemuanya
melambangkan dari kekuasaan Brahman dalam cahaya suciNya. <br />
<br />
<ul>
<li>Om melambangkan Tuhan, </li>
<li>Bhur mewakili bumi, </li>
<li>Bhuvah melingkupi semua bagian dari daerahnya dewata-dewata dan setengah dewata sampai kepada matahari. </li>
<li>Svah mewakili dimensi alam ketiga yang diketahui dengan nama svargaloka dan semua loka-loka yang cemerlang dia atasnya.</li>
</ul>
<br />
Gayatri mantra ini mempunyai getaran sangat kuat sehingga seseorang
dalam pencaran rohaninya apabila tulus mengucapkan Gayatri mantra ini
akan membawa kepada pencerahan bathin. Banyak buku yang mengulas
bagaimana kehebatan dari Gayatri mantram tersebut, namun tidak ada guru
yang bisa memberikan pelajaran secara sistematis sehingga tidak ada
pegangan yang kuat bagi murid-murid untuk mencapai kesadaran yang lebih
tinggi.<br />
<br />
Gayatri mantram pada dasarnya bekerja secara otomatis dalam kesadaran
rohani manusia. Ini di sebabkan mantram tersebut mewakili dari setiap
elemen dasar manusia dan alam. <br />
<br />
Manusia memiliki tiga bagian badan yaitu badan fisik, badan energy (aura
atau cahaya) dan badan roh (atma) ketiga bagian badan ini saling
terkait satu sama lainnya. Badan fisik berhubungan dengan napas dan
prana, dan badan roh berhubungan dengan kesadaran Brahman.<br />
<br />
Dijaman yang serba tidak pasti ini, banyak sekali bermunculan suatu
masalah dalam kehidupan seperti contoh agama, ekonomi, sosial dan
lain-lain dan yang lebih parah lagi adalah banyaknya kasus penyakit.
Tidak bisa disangkal lagi bahwa jaman ini materi menjadi tujuan yang
paling utama, karena materi bagi seseorang menjajanjikan sebuah
kebahagiaan.<br />
<br />
Karena pencitraan yang sangat kuat ini, banyak orang pada jaman sekarang
melakukan perbuatan yang berorientasi pada harta, segala cara pun
dilakukan asalkan terpenuhi nafsunya serta ambisinya. Tidak di dunia
ekonomi saja terjadi seperti itu, di dunia energy pun banyak orang
menggunakan kekuatan mistik hitam untuk mencelakai secara halus, ini
terlepas dari percaya atau tidak dengan hal ilmu hitam. Banyak
bermunculan dukun - dukun serta paranormal yang menjajanjikan serta
menjual berbagai macam kebolehan serta asesories untuk kedigjayaan atau
kesaktian. Apabila tidak kuat iman, bisa dipastikan jaman sekarang akan
menjadi budak dari sekian pencitraan yang mencekam dalam kehidupan ini.<br />
<br />
Lalu haruskah kita lari dari kehidupan ini dan mengasingkan diri untuk
pergi ke hutan atau gua dan apakah kita mengambil jalan singkat bunuh
diri?<br />
Kedua-duanya adalah jalan yang konyol, kita harus menghadapi gelombang
badai tersebut, namun dengan cara yang sangat halus serta bijak.<br />
<br />
Apa yang disebut dengan suara karena kita mempunyai otak serta indra
mata. Anadaikan saja seseorang buta dan tuli sejak lahir pasti baginya
dunia ini tidak ada, inilah yang disebut dengan ikatan indra dengan alam
sementa. Untuk bisa terhindar dari masalah tersebut, tidada jalan lain
kecuali mencari masalah itu jauh ke dalam hati dan pikiran sebab di
sanalah kemelut itu bercokol.<br />
<br />
<b>MEDITASI DENGAN GAYATRI MANTRA</b><br />
<br />
Sudah dikatakan Gayatri mantram mempunyai vibrasi sangat kuat terhadap
otak dan batin asalkan tahu bagaimana cara menggunakan mantra tersebut.
Meditasi pada hakekatnya berhubungan dengan pikiran, kesadaran, serta
spirit dan sangat dibutuhkan guru yang khusus. Apabila anda ingin
menjadikan Gayatri Mantra sebagai bagian dari meditasi anda harus
melakukan puasa putih(tanpa garam, dan tidak minum susu) selama dua hari
untuk memohon berkat kepada Maha Dewi.<br />
<br />
Lakukan puasa mulai hari Rabu (pagi) sampai Jumat (pagi) hanya makan
nasi putih dan air putih saja dan lakukan puja Gayatri setiap pagi
menghadap matahari terbit, siang hari, dan malam hari. Dalam mengucapkan
Gayatri mantra enam kali untuk pagi hari, empat kali untuk siang hari,
dan dua puluh sembilan kali untuk<br />
malam hari. Lakukan puasa dan puja Gayatri dengan ketulusan hati jangan
memohon suatu daya-daya sakti tertentu sebab belum tentu keinginan anda
akan terpenuhi. Setelah melakukan puasa dan puja gayatri selama dua hari
barulah anda di perkenankan untuk melakukan meditasi ternadap Gayatri
mantra sebab api spirit anda sudah menyala.<br />
<br />
Tambahan:<br />
Dalam penjelasannya puasa putih ini dapat dilakukan sehari saja tapi
harus pada hari kelahirannya. Misalnya lahir hari Senen, maka puasa
dilakukan pada Senen pagi hingga Selasa pagi.<br />
<br />
<b>TEORI MEDITASI</b><br />
<br />
Sebelum meditasi cucilah muka, tangan, serta kaki, atau anda mandi untuk
membersihkan badan dari kotoran sekaligus membuat badan menjadi segar.
Duduklah dengan memakai alas dari kain, tikar, atau selimut, posisi
punggung tegak lurus dan tangan diletakkan dipangkuan dalam posisi
relek. Pejamkan mata, serta tenangkan pikiran berberapa detik, setelah
itu ucapkan mantra <br />
<br />
<i>"<b>OM Bhur, OM Bhuvah, OM Svah</b>" </i><br />
<br />
ucapkan dengan suara lambat serta santai jangan tergesa-gesa sebanyak
lima kali, ini bertujuan untuk membersihkan lapisan pikiran.<br />
<br />
Pada saat mengucapkan mantra ini arahkan pikiran pada mantra dan suara
bukan pada bayangan pikiran. Setelah baca mantra selesai tutuplah mulut
serta tenangkan pikiran lalu ucapkan Gayatri mantram <br />
<br />
<i>" <b>OM Bhur, Bhuvah, Svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya<br />
dimahi, dhiyo yo nah pracodayat</b>" </i><br />
<br />
dengan lambat dan tenang di dalam hati. Arahkan pikiran serta getaran
suara mantra pada jantung, anda cukup meniatkan saja bukan membayangkan.<br />
<br />
Meditasi dengan Gayatri mantram sangat efektif untuk berbagai macam
keperluan seperti melindungi diri dari energy negatif, kecantikan,
kekuatan batin, kecerdasan dan lain-lain. Kekuatan Gayatri mantra tidak
bisa berfungsi apabila disertai niat kurang baik. Meditasi Gayatri
mantra apabila dilakukan dengan baik serta tulus akan banyak muncul
keajaiban-keajaiban yang tidak bisa kita sangka. Gayatri mantra bukan
bekerja pada maksud si meditator namun, karunia, energy, rahmat, dari
Maha Devi Gayatri yang berhak menentukan. Bagaikan mobil, sang supirlah
yang tahu kemana tujuan dari mobil itu, bukan tujuan dari mobil tersebut
yang dituruti sang supir.<br />
<br />
Energy Gayatri masuk dari ubun-ubun melalui tulang belakang serta
menyebar keseluruh tubuh fisik, tubuh energy, dan atma. Banyak guru-guru
suci yang tercerahkan mengatakan "pencerahan akan kalian dapatkan pada
Gayatri mantra. Pada jaman kali yuga ini tiada yang mampu melepaskan
lapisan kekotoran pikiran selain getaran halus dari Gayatri mantra.<br />
<br />
<b>TIPS</b><br />
<br />
Apa bila anda merasa ada sakit yang disebabkan oleh ulah niat jahat
seseorang, dan kalau percaya dengan hal ini anda bisa menggunakan cara
berikut ini. Sediakan air bersih , higienis, untuk diminum, lalu
jemurlah air tersebut pada cahaya matahari serta cahaya bulan di malam
hari. Setelah air tersebut dijemur oleh kedua unsur cahaya tersebut
berdoalah pada Tuhan sambil <b>membaca Gayatri mantram 11 kali</b>,
setiap habis membaca gayatri mantram tiupkan nafas anda pada air
tersebut. Air tersebut bisa diminum atau dipakai campuran obat, mandi
dan lain-lainnya. Dengan kekuatan ini segala macam bentuk energy jahat
dari seseorang akan hancur oleh kekuatan dari mantra tersebut, hal ini
sering terbutkti di daerah-daaerah terpencil. Ada banyak lagi cara-cara
yang bisa dijadikan renungan, betapa Gayatri mantra mempu untuk
menghadapi dilema dalam hidup ini.</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-41430223864807690142013-03-04T04:35:00.002-08:002013-03-04T04:35:55.436-08:00Tempat Suci didalam Pekarangan Rumah <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Tempat Suci didalam Pekarangan Rumah
sangatlah penting dalam kaitannya dengan hubungan umat dengan Tuhan.
Sering juga umat menanyakan bangunan/pelinggih apa saja yang mesti
dibuat dalam pekarangan rumah tersebut. Menurut beberapa sumber,
bangunan/palinggih yang harus ada didalam pekarangan rumah adalah
sanggah dan tugu Pangijeng/penunggun karang. Berikut penjelasannya;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sanggah/Merajan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara konvensional, pendirian
suatu bangunan, apakah nantinya disebut rumah ataupun palinggih telah
diatur sedemikian rupa di lontar asta dewa, asta kosala-kosali dan asta
bhumi. Jika mengacu pada petunjuk lontar tersebut, maka pembagian
peruntukan lahan selalu berpijak pada ajaran tri hita karana, dimana
akan disediakan lahan untuk menghubungkan diri dengan tuhan (uttama
mandala) dalam bentuk pendirian sanggah/merajan. Lahan untuk
menghubungkan dengan antar sesama (madya Mandala) dalam bentuk
perumahan. Dan lahan untuk berinteraksi dengan alam lingkungan (nista
mandala) dalam bentuk teba lengkap dengan tanaman dan ternak peliharaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pitra puja</b> yaitu pemujaan
kepada leluhur merupakan kewajiban bagi umat hindu sebagai pelaksanaan
ajaran pitra yadnya dan erat kaitannya dengan adanya pitra rna. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara fisik, terutama bagi umat
hindu di bali dan sekarang sudah pula dibawa konsepnya di luar bali,
wujud nyatu ditandai denga dari pitra puja itu pendirian
sanggah/merajan. Merajan inilah yang berfungsi sebagai tempat suci
memuja roh suci leluhur yang telah menjadi <b>dewa pitara</b> (sidha dewata).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Diawal pembuatan sanggah, banyak
umat yang menggunakan pepohonan, terutama pohon dapdap yang dipercayai
sebagai taru sakti. Sanggah dari pohon dapdap ini sering juga sering
disebut sanggah turus lumbung. namun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
maka didirikanlah sanggah permanen. Mengenai batasan waktu penggunaan
turus lumbung memang secara mutlak tidak ada ketentuannya. sebab sesuai
dengan sifat ajaran agama hindu yang luwes, pengalamannya selalu
dikembalikan kepada umat yang bersangkutan, Terutama masalah kemampuan
umat untuk membuat sanggah yang permanen atau tidak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut suratan lontar siwagama
dengan tegas menyatakan bahwa setiap keluarga (hindu) dianjurkan untuk
mendirikan sanggah kemulan sebagai perwujudan ajaran pitra yadnya yang
berpangkal pada pitra rna, selanjutnya di dalam lontar purwa bhumi
kemulan ditambahkan bahwa yang distanakan atau dipuja di sanggah kemulan
itu tidak lain adalah dewa pitara atau roh suci leluhur.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan berpijak pada 2 lontar
diatas, jelas bahwa syarat minimal untuk membangun tempat suci di sebuah
rumah tangga adalah adanya bangunan/palinggih kamulan yang secara
fisikmerupakan bangunan merong telu (memiliki tiga ruangan). Namun
menurut lontar asthabhumi, palinggih lengkap untuk tempat suci keluarga
adalah padma sari, kemulan , taksu dan anglurah plus jika memungkinkan
piyasan. Hanya saja dalam prakteknya padmasari tidak selalu didirikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi bagi masyarakat
perantauan untuk tetap memelihara hubungan kekrabatan dengan keluarga
induk, disamping dengan lahan memang sempit bias mendirikan palinggih
padmasari saja. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Padmasari</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
adalah
suatu bangunan/palinggih yang ditempatkan di timurlaut dimana pada
bagian diatasnya dibuat terbuka dan pada bagian tabing mahkota dipahat
lukisan/relief hyang acintya. Fungsi padmasari adalah sebagai tempat
pengayatan (pemujaan) Hyang Widhi dan bhatara-bhatari. Dengan demikian
Padmasari selain amat cocok bagi keluarga dengan lahan sempit, yang
penting lagi wujud bakti kepada leluhur tetap bias dilaksanakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Sanggah kemulan</b> </div>
<div style="text-align: justify;">
merupakan
tempat berstananya bhatara hyang guru, yang juga merupakan tempat
pemujaan/pengayatan Tri Murti. Ini sesuai dengan bunyi mantra saat muspa
di hadapan rong tiga; “om brahma wisnu iswara dewam……” selain itu
Fungsi sanggah kemulan adalah sebagai tempat suci untuk memuja
Bhatara-bhatari leluhur atau dewa pitara, sedangkan kedudukanny sebagai
pura kawitan yaitu tempat suci pemujaan dimana para penyungsungnya
terikat dalam satu garis keturunan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain sanggah kemulan, yang
termasuk ke dalam pura kawitn yaitu pura paibon, panti dan pedarman.
Bedanya, lingkup penyungsung sanggah kemulan lebih terbatas yaitu
keluarga inti terdekat yang masih serumah atau senatah (beberapa rumah
dalam satu halaman).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sedangkan pura kawitan yang
lain, dalam lontar siwagama disebutkan, apabila keluarga inti sudah
berkembang menjadi 10 keluarga hendaknya mendirikan pelinggih hedong
pertiwi, jika sudah menjadi 20 keluarga hendaknya mendirikan palinggih
ibu, dan kalau sudah mencapai 40 keluarga membangun pura panti. Akhirnya
pura kawitan (yang fungsinya sebagai pemersatu dari keluarga – keluarga
yang satu sama lain memiliki ikatan keturunan meski berasal dari
keturunan jauh sekalipun) disebut pura pedharman. Di pura pedharman
inilah seseorang akan mengetahui bahwa walaupun dalam kehidupan
sehari-hari mereka tidak saling mengenal, ternyata mereka berasal dari
keturunan yang sama. Ibarat ranting – ranting pohon yang tidak saling
bersentuhan , tetapi kesemua ranting berpangkal pada akar yang sama
(satu).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Palinggih Pangijeng/Panunggun Karang</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Konsepsi
ketuhanan dalam agama hindu membenarkan adanya pemujaan ista dewata
yaitu manifestasi hyang widhi yang diinginkan kehadirannya dalam
pemujaan pada suatu palinggih dan atau pura. Oleh karena itu, maka apa
yang disebut tugu atau penunggu karang sesungguhnya tidak bisa
dilepaskan dari konsep tersebut. Sesuai dengan namanya, fungsi panunggun
karang adalah sebagai penjaga karang atau palemahan beserta penghuninya
agar senatiasa berada dalam lindunganNya, tentram, rahayu sekala
niskala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengenai pendirian palinggih
yang disebut dengan tugu dengan berbagai jenisnya sesuai dengan lontar
asta dewa, asta kosala-kosali dan asta bhumi, ternyata tidak selalu
harus berada di lahan uttama mandala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah dicermati petunjuk lontar diatas, diketahui bahwa terdapat 5 jenis tugu;</div>
<div style="text-align: justify;">
yang
apabila bentuk lahan mengarah timur-barat makan penempatannya 2 jenis
tugu di lahan uttama mandala (areal sanggah/merajan) yaitu tugu
penyarikan, di posisi tenggara menghadap ke barat, dan tugu anglurah
sedan dengan posisi di baratlaut menghadap keselatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di
lahan madya mandala, juga terdapat 2 jenis tugu, yaitu tugu ajaga-jaga
berkedudukan di pintu masuk bagian kanan menghadap ke barat dan tugu
(surya) pangijeng natah berkedudukan di tengah-tengah natah (pekarangan)
menghadap kebarat/selatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan akhirnya di lahan nista mandala terdapat jenis tugu yaitu tugu panunggun karang terletak di barat laut menghadap ke selatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-79147239829954637552013-03-04T04:21:00.000-08:002013-03-04T04:21:02.128-08:00Intisari Agama Hindu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Agama Hindu ditandai
dengan sifat rasional yang sangat kuat. Melalui jalan berliku dari
harapan samar dan renunsiasi praktis, dogma-dogma ketat dan petualangan
jiwa yang tidak mengenal takut, melalui empat atau lima melinium
upaya-upaya tanpa henti dalam bidang menthapisik dan teologi para
Maharesi Hindu telah mencoba untuk menangkap masalah-masalah terakhir
dalam suatu kesetiaan kepada kebenaran dan perasaan atas kenyataan.
Peradaban brahmanikal, terlatih menilai masalah-masalah tanpa emosi dan
mendasarkan kesimpulan mereka atas pengalaman-pengalaman fundamental.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal
yang menuntun para Maharesi Hindu untuk mengangkat pernyataan mengenai
Tuhan (Hakikat kenyataan) adalah kefanaan. Dunia terbuka bagi pandangan
kita yang obyektif tampak bagi mereka melampaui dirinya tanpa akhir
(endless Surpassing of it self). Mereka bertanya: Apakah semua ini akan
lenyap, atau apakah kutuk yang menelan hal-hal ini menemukan kendalinya
di suatu tempat entah di mana? Dan mereka menjawab: Ada sesuatu di dunia
ini tak digantikan, suatu yang mutlak yang tak dapat dihancurkan, yaitu
Tuhan. Pengalaman mengenai yang tak terbatas ini (Tuhan) diberikan
kepada kita semua pada beberapa kesempatan ketika kita menangkap kilatan
rahasia yang amat kuat, dan merasakan kehadiran dari jiwa yang lebih
besar dan menyelimuti kita dalam kejayaan. Bahkan pada saat tragis dalam
kehidupan, ketika kita merasa diri kita miskin dan yatim-piatu
keagungan Tuhan dalam diri kita membuat kita merasa bahwa kesalahan dan
kesedihan dunia hanyalah kecelakaan kecil (incident) dalam sebuah drama
yang lebih besar yang akan berakhir dalam kekuasaan, kemegahan dan
kasih. Upanisad-upanisad mengatakan: "Bila tak ada semangat kebahagian
di alam semesta ini, siapa yang dapat hidup dan bernafas dalam dunia
kehidupan ini?" Secara filsafah Tuhan adalah Brahman yang memiliki
identitas sendiri yang mengungkapkan (mewahyukan) dirinya dalam
segalanya, menjadi landasan permanen dari proses dunia. Secara agama ia
diihat sebagai kesadaran jiwa yang suci, hamil dengan seluruh gerak
dunia, dengan evolusi dan involusinya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Melalui
perjalanan karirnya yang panjang, keesaan Tuhan telah menjadi cita-cita
yang menuntun (governing ideal) dari agama Hindu. Reg Weda memberitahu
kita mengenai Tuhan, Satu Hakekat Kenyataan Terakhir, Ekam Sat, mengenai
Dia para terpelajar menyebutnya dengan berbagai nama. Upanisad-Upanisad
juga mengatakan bahwa Tuhan yang satu itu disebut dengan berbagai nama
sesuai dengan tingkat kenyataan dimana Dia dilihat berfungsi. </div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Konsepsi
mengenai Tri Murti muncul dari periode epik, dan dimantapkan dalam
zaman Purana-Purana. Analogi dari kesadaran manusia, dengan tiga lapis
kegiatan, yaitu mengetahui (cognition), merasa (emotion), dan kehendak
(will), menyarankan pandangan mengenai Tuhan sebagai Sat, Cit dan ananta
Kenyataan (reality), kebijaksanaan (wisdom) dan kebahagian (joy).
Triguna yaitu sattwa atau ketenangan, lahir dan kebijaksanaan<br /></span> <div style="text-align: justify;">
rajas
atau energi lahir dari rasa yang penuh semangat, dan tamas, kelambanan,
lahir sebagai akibatnya kurangnya kendali dan pencerahan, adalah
merupakan unsur-unsur dari semua eksistensi. Bahkan Tuhan juga dianggap
tidak kecualikan dari hukum serba Tiga ini (trilicity), dari keseluruhan
mahluk hidup. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tiga fungsi dari
utpeti (shristi) atau penciptaan stiti atau pemeliharaan dan pamralaya
(pralina) atau penghancuran (peleburan) juga berasal dari Tri Guna ini.
Wisnu Sang Pemelihara alam semesta adalah Jiwa Tertinggi yang didominasi
oleh sifat sattwa, Brahman Sang Pencipta alam semesta adalah Jiwa
Tertinggi yang didominasi oleh sifat rajas dan Siwa Sang Pemrelina alam
semesta adalah Jiwa Tertinggi yang didominasi oleh sifat tamas. Tiga
Sifat dari Tuhan Yang Tunggal dikembangkan menjadi tiga pribadi yang
berbeda. Dan masing-masing pribadi itu dianggap berfungsi melalui sakti
atau energinya masing-masing: Uma, Saraswati dan Laksmi. Secara harfiah
ketiga sifa-sifat dan fungsi-fungsi ini seimbang di dalam Tuhan Yang
Tunggal sehingga Dia dikatakan tidak memiliki sifat-sifat sama sekali.
Satu Tuhan yang tidak dapat dipahami yang Maha Mengetahui, Maha Kuasa
dan ada di mana-mana, tempat berbeda bagi pikiran yang berbeda dalam
cara yang berbeda. Satu teks kuno mengatakan bahwa bentuk diberikan
kepada yang tak berbentuk bagi kepentingan manusia. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan
keterbukaan pikiran yang merupakan sifat dan filsafat, orang Hindu
percaya akan relativitas dari keyakinan mayarakat umum yang memeluk
keyakinan itu. Agama bukanlah sekedar teori mengenai yang supernatural
yang dapat kita pakai atau kita tinggalkan semau kita. Agama merupakan
pernyataan dari pengalaman spiritual dari bangsa yang bersangkutan,
catatan dari evolusi sosialnya, bagian tak terpisahkan dari suatu
mayarakat di atas di mana ia didirikan. Bahwa orang yang berbeda akan
memeluk keyakinan yang berbeda, bukanlah sesuatu yang tidak alamiah. Ini
adalah semua masalah cita rasa dan temperamen. Ruchinan vaichitriyat.
Ketika bangsa Arya bertemu dengan penduduk asli yang menyembah berbagai
macam dewa-dewa, meraka merasa tidak terpanggil untuk menggantikannya
seketika itu dengan keyakinan mereka. Pada akhirnya semua manusia
mencari Tuhan yang satu. Menurut Bagawad Gita Tuhan tidak akan menolak
keinginan pemuja-Nya semata-mata karena mereka tidak merasakan kekacauan
dan kebingungan. Guru-guru besar dunia yang memiliki cukup penghormatan
terhadap sejarah tidak akan mencoba menyelamatkan dunia dalam generasi
mereka dengan memaksakan pertimbangan-pertimbangan mereka yang maju
terhadap mareka yang tidak mengerti atau menghargainya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Para
Maharesi Hindu, sementara mempraktekan ideal yang tinggi, memahami
ketidak siapan rakyat untuk itu, dan karena itu melakukan pelayanan
dengan lemah lembut dari pada pemaksaan yang liar. Mereka mengakui
dewa-dewa yang lebih rendah dan di puja oleh orang banyak dan
memberitahu mereka bahwa dewa-dewa itu semua berkedudukan lebih rendah
dari Brahman atau Tuhan Yang Tunggal: sementara beberapa menemukan
dewa-dewa di air, yang lain di surga, yang lain dalam benda-benda dunia,
orang bijaksana menemukan Tuhan yang benar, yang keagunganNya hadir di
mana-mana, di dalam Atman. Sloka yang lain mengatakan: "Manusia tindakan
(man of action) menemukan Tuhan dalam api, manusia perasaan (men of
feeling) menemukan Tuhan dalam hati, manusia yang masih rendah kemampuan
berpikirnya menemukan Tuhan dalam patung, tapi manusia yang kuat secara
spiritual menemukan Tuhan di mana-mana." </div>
<div style="text-align: justify;">
Sistem
agama dan falsafah Hindu mengakui evolusi dan involusi dunia secara
periodik yang mempresentasikan detak jantung universal, yang selalu diam
dan selalu aktif. Seluruh dunia merupakan pengejawantahan dari Tuhan.
Sayana mengamati bahwa segala sesuatu adalah wahana atau kendaraan tadi
manifestasi Jiwa Yang Tertinggi (Tuhan). Mahluk dibedakan dalam beberapa
tingkatan. "Di antara mahluk, yang bernafas yang tertinggi; di antara
ini, mereka yang telah mengembangkan pikirannya; di antara ini, mereka
yang telah mempergunakan pengetahuannya; sementara yang tertinggi adalah
mereka yang dikuasai oleh perasaan mengenai kesatuan dari semua
kehidupan dalam Tuhan. Jiwa yang satu mengungkapkan dirinya melalui
tingkatan yang berbeda." </div>
<div style="text-align: justify;">
Yang tak
terbatas dalam diri manusia tidak dapat dipuaskan oleh bentuk dunia
terbatas yang fana. Kebebasan adalah harta milik kita, bila kita lari
dari apa yang sementara dan terbatas dalam diri kita. Makin banyak hidup
kita memanifestasikan yang tak terbatas dalam diri kita, makin tinggi
kita berada dalam tingkatan hidup. Manifestasi yang paling tinggi
disebut Awatara atau inkarnasi dari Tuhan. Ini bukanlah suatu yang tidak
biasa, satu mikjijat Tuhan, tetapi hanya manifestasi yang lebih tinggi
dari prinsip tertinggi, berbeda dari yang umum yang lebih rendah dalam
derajat saja. Bagawad Gita mengatakan bahwa sekalipun Tuhan ada dan
bergerak dalam segalanya, Dia memanifestasikan dirinya dalam derajat
khusus dalam hal-hal yang indah. Para Maharesi dan para Buddha, para
Nabi dan Mesiah, merupakan pengungkapan terdalam dari jiwa universal.
Bagawad Gita menjanjikan bahwa mereka akan muncul bilamana mereka
diperlukan. Bila kecenderungan meteralis yang merendahkan atau
mendominasi kehidupan, seorang Rama atau Krishna atau seorang Buddha
akan datang kedunia untuk memperbaiki harmoni kebenaran. Dalam manusia
yang telah memutuskan kekuasaan indria, membuka hati yang penuh kasih,
dan memberikan kita inpirasi akan kasih, kebenaran dan keadilan, kita
memiliki konsentrasi yang kuat mengenai Tuhan. Mereka mengungkapkan
kepada kita jalan, kebenaran dan hidup. Mereka tentu saja melarang
penyembahan buta terhadap diri mereka, karena ini akan menurunkan
pengejawantahan dari Jiwa yang Agung. Rama mengungkapkan dirinya tidak
lebih dari anak seorang manusia. Seorang Hindu yang mengetahui sesuatu
mengenai keyakinannya siap untuk memberikan rasa hormat kepada setiap
penolong kemanusiaan. Dia percaya bahwa Tuhan berinkarnasi dalam seorang
manusia. Manifestasi suci bukanlah pelanggaran terhadap kepribadian
manusia sebaliknya, ia merupakan drajat kemungkinan tertinggi dari
pengejawantahan-diri manusia yang alamiah sebab hakikat sebenarnya dari
manusia adalah suci. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuan dari
hidup adalah pengungkapan secara perlahan dari yang abadi dalam diri
kita, dari eksistensi kemanusiaan kita. Kemajuan umum diatur oleh karma
atau hukum sebab akibat moral. Agama Hindu tidak percaya akan satu Tuhan
yang dari kursi-pengadilannya menimbang tiap kasus secara terpisah dan
menetapkan balasannya. Dia tidak melalukan keadilan dari luar, menambah
atau mengurangi hukuman berdasarkan kehendakNya sediri. Tuhan ada
"dalam" manusia, dan demikian juga karma hukum adalah merupakan bagian
organik dari kakekat manusia. Setiap saat ada pada pengadilannya
sendiri, dalam setiap usaha yang jujur akan memberikan dia kebaikan
dalam upaya internalnya. Karakter yang kita bangun akan berlanjut ke
masa depan sampai kita menyadari kesatuan kita dengan Tuhan. Anak-anak
Tuhan, yang dalam pandangannya satu tahun adalah seperti satu hari,
tidaklah merasa perlu kecil hati bila tujuan kesempurnaan itu tidak
tercapai dalam suatu kehidupan. Kelahiran kembali diterima oleh semua
penganut Hindu. Dunia ini dipelihara oleh kesalahan-kesalahan kita.
Kekuatan-kekuatan yang menyatukan ciptaan adalah hidup kita yang
terpatah-patah yang perlu diperbaharui. Alam semesta telah muncul dan
lenyap berulang-kali tak terhitung di masa lampau yang panjang, dan akan
terus berlanjut dilebur dan dibentuk kembali melalui keadilan yang tak
dapat dibayangkan di masa yang akan datang. </div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">saduran dari : <a href="http://sarvepalli-radhakrishnan.search.ipupdater.com/" title="Sarvepalli Radhakrishnan">Sarvepalli Radhakrishnan</a> </span></div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-12225723310724307812013-03-04T04:19:00.003-08:002013-03-04T04:19:48.319-08:00INTI SARI BHAGAWAD GITA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /><span style="color: black; font-size: 100%;"><strong></strong></span>
<div style="color: black; text-align: justify;">
<span style="color: red;"><span style="font-size: 100%;"><strong><span style="font-family: verdana;">Bhagawad Gita </span></strong></span></span><span style="color: white; font-family: verdana; font-size: 100%;"><span style="color: black;">artinya 'nyanyian Tuhan'. Amanat l</span></span><span style="color: white; font-family: verdana; font-size: 100%;"><span style="color: black;">uhur ini merupakan inti spiritualitas India. Kitab yang suci ini mengajar manusia agar mengatasi naluri</span> <span style="color: black;">rendahnya dan mewujudkan potensi</span> <span style="color: black;">sepenuhnya sebagai manusia, yaitu untuk</span> <span style="color: black;">mengetahui dirinya sebagai</span> </span><span style="color: black; font-size: 100%;"><strong style="font-family: verdana;">atma</strong></span><span style="color: black; font-family: verdana; font-size: 100%;"><span style="color: black;">
yang kekal, satu dengan Tuhan. Lima ribu tahun yang lalu Bhagawan Sri
Krishna mengajarkan pengetahuan ini kepada Arjuna dalam medan
pertempuran tepat sebelum peperangan yang dahsyat</span><span style="color: black;"> </span><span style="color: white;"><span style="color: black;">dimulai
yaitu pertarungan antara kemampuan baik melawan kemampuan jahat.
Peperangan itu melambangkan pertempuran yang berlangsung dengan tiada
putusnya dalam hati manusia untuk melakukan yang benar dan memberantas
yang salah, suatu perjuangan batin yang berlangsung hingga hari ini.
Gita berbicara</span></span><span style="color: black;"> </span><span style="color: black;">pada
manusia yang berjuang, amanatnya abadi dan universal ditujukan kepada
orang dari berbagai macam latar belakang dan zaman, dari Arjuna hingga
manusia modern. Pembaca yang belum mengenal</span> </span><span style="color: black; font-size: 100%;"><strong style="font-family: verdana;">Bhagawad Gita, </strong></span><span style="color: black; font-family: verdana; font-size: 100%;">di sini kami sertakan kutipan yang berisi ringkasan cerita dan ajarannya.</span></div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
</div>
<div style="color: black; font-family: verdana; text-align: justify;">
<span style="font-size: 100%;">Pada bulan Agustus dan September tahun 1984, Bhagawan Sri Sathya Sai Baba memberikan 34 kotbah mengenai <strong>Bhagawad Gita</strong>
dalam Bahasa Telugu kepada para pelajar dan mahasiswa di Ashram Beliau,
Prasanthi Nilayam, di India Selatan. Pembicaraan yang Beliau berikan
itu dipusatkan pada dua bab dari Gita yaitu bab-12 yang menekankan jalan
pengabdian dan bab-2 yang menekankan <strong>jalan kebijaksanaan</strong> serta <strong>kegiatan</strong>. Setiap percakapan ini saling berkesinambungan, meskipun demikian masing-masing merupakan suatu <strong>dharma wacana</strong>
yang lengkap. Pembaca dapat mulai dengan percakapan yang mana saja dan
dengan menempuh hidupnya sesuai dengan amanat ini ia dapat menikmati
keindahan peningkatan kesadaran spiritual yang memenuhi hidupnya.</span></div>
<span style="color: black; font-size: 100%;"><br /></span><span style="color: black; font-size: 100%; font-style: italic;">Sumber : <a href="http://sathyadharma.tripod.com/">http://sathyadharma.tripod.com</a></span></div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-10794784111537623692013-03-04T04:18:00.000-08:002013-03-04T04:18:11.680-08:00MAKNA PELINGGIH TAKSU DI MERAJAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span class="verdana8point">Indriyani parany ahur<br /> indriyebhyah param manah.<br /> manasas tu para budhir<br /> yo buddheh pratas tusah.<br /> (Bhagawad Gita Gita IV.42). <br /> <br /> Maksudnya: <br /> <br />
Sempurnakanlah indriamu, tetapi kesempurnaan indria berada di bawah
kesempurnaan pikiran, kekuatan pikiran berada dalam pencerahan kesadaran
budhi. Yang paling suci adalah Atman. <br /> <br /> MEMELIHARA kesehatan
indria agar dapat berfungsi secara sempurna merupakan upaya hidup
sehari-hari yang wajib dilakukan. Indria tersebut adalah alat untuk
dapat kita merasakan adanya suka dan duka dalam kehidupan ini. Cuma
indria yang sehat sempurna itu harus digunakan di bawah kendali pikiran
yang cerdas. Kecerdasan pikiran itu dilandasi oleh kesadaran budhi yang
bijaksana. Struktur diri yang demikian itulah yang akan dapat
mengimplementasikan kesucian Atman dalam wujud perilaku. <br /> <br />
Indria, pikiran dan kesadaran budhi yang mampu menjadi media kesucian
Atman itulah yang menyebabkan orang disebut mataksu dalam hidupnya. Kata
''taksu'' berasal dari kata ''aksi'' artinya melihat. Melihat itu
dengan cara pandang yang multidimensi itulah menyebabkan orang disebut
mataksu. Melihat sesuatu tidak hanya dengan mata fisik saja. Pandangan
mata fisik itu dianalisis oleh pandangan pikiran yang cerdas dan
dipandang dengan renungan rohani yang mendalam. Cara pandang yang
demikian itulah yang akan dapat melihat sesuatu dengan multidimensi.
Penglihatan yang multidimensi itulah menyebabkan orang mataksu.<br /> <br />
Tempat pemujaan sebagai Ulun Karang atau hulunya rumah tempat tinggal
bagi umat Hindu di Bali umumnya disebut Merajan atau Sanggah Merajan. Di
tempat pemujaan yang disebut Merajan Kamulan itu ada salah satu
pelinggihnya disebut Taksu. Pelinggih Kamulan umumnya didirikan di leret
timur dari areal Merajan hulu pekarangan. Pelinggih Kamulan itulah
sebagai pelinggih utama. Sebutan lain dari Merajan tersebut adalah
Kemulan Taksu atau juga disebut Pelinggih Batara Hyang Guru. <br /> <br />
Menurut Lontar Purwa Bhumi Kamulan, Atman yang telah mencapai tingkat
Dewa Pitara atau Sidha Dewata distanakan di Pelinggih Kamulan. Lontar
Gayatri menyatakan orang yang meninggal rohnya disebut Preta. Setelah
diupacarai ngaben rohnya disebut Pitara. Selanjutnya dengan upacara Atma
Wedana barulah disebut Dewa Pitara. <br /> <br /> Menurut Lontar Siwa
Tattwa Purana ada lima jenis upacara Atma Wedana berdasarkan besar
kecilnya upacara yaitu: Ngangsen, Nyekah, Mamukur, Maligia dan Ngeluwer.
Setelah roh diyakini mencapai status Dewa Pitara inilah ada prosesi
upacara yang disebut upacara Dewa Pitra Pratistha. Umat Hindu di Bali
umumnya menyebutnya upacara Nuntun Dewa Hyang atau juga disebut
Ngalinggihan Dewa Hyang di Pelinggih Kamulan. Karena itulah berbagai
lontar menyatakan bahwa Pelinggih Kamulan sebagai stana Sang Hyang Atma.<br /> <br />
Di leret utara dari areal tempat pemujaan Merajan salah satu
pelinggihnya ada yang disebut Pelinggih Taksu. Karena itu tempat
pemujaan Ulun Karang itu juga disebut Pelinggih Kamulan Taksu. Dalam
Lontar Angastya Prana ada diceritakan bahwa saat jabang bayi ada dalam
kandungan berada dalam pengawasan Dewa Siwa. Setelah ada sembilan bulan
lebih jabang bayi tersebut ada dalam kandungan maka Dewa Siwa minta agar
jabang bayi itu lahir ke dunia. <br /> <br /> Diceritakan jabang bayi
itu takut lahir ke dunia. Mengapa takut, karena hidup di dunia itu
banyak penderitaan yang akan dialami. Ada angin ribut, ada gempa, ada
gunung meletus, ada kelaparan, ada banjir, ada perang dan banyak lagi
ada hal-hal yang membuat orang menderita. Atas jawaban jabang bayi itu
Dewa Siwa menyatakan bahwa engkau tidak perlu takut hidup di dunia,
nanti saudaramu yang empat itu akan membantu kamu mengatasi segala
derita.<br /> <br /> Untuk itu kamu harus minta bantuan kepada saudaramu
yang empat itu yang disebut Catur Sanak. Catur Sanak itu adalah ari-ari
atau plasenta, darah, lamas dan yeh nyom. Empat hal itulah yang
melindungi dan memelihara secara langsung sang jabang bayi dalam
kandungan ibunya. Kedokteran dapat menjelaskan secara ilmiah apa fungsi
keempat unsur yang melindungi bayi dalam kandungan ibunya itu. <br /> <br />
Diceritakan secara mitologi dalam Lontar Angastia Prana sang jabang
bayi bersedia minta tolong pada Sang Catur Sanak. Permintaan jabang bayi
itu disanggupi oleh Sang Catur Sanak dengan catatan agar setelah lahir
ke dunia sang bayi tidak boleh lupa dengan dirinya. Dengan kesepakatan
itu Sang Catur Sanak mendorong sang jabang bayi lahir ke dunia.<br /> <br />
Setelah sang bayi dan Catur Canak sama-sama lahir ke dunia, keduanya
mendapatkan perlakuan sekala dan niskala. Setiap bayi diupacarai secara
keagamaan. Sang Catur Sanak pun ikut serta diupacarai. Nama Sang Catur
Sanak berubah menjadi seratus delapan kali. Demikianlah sampai sang bayi
meningkat dewasa, tua dan sampai meninggal. <br /> <br /> Saat bayi baru
lahir Catur Sanak mendapatkan upacara dengan sarana nasi kepel empat
kepel. Saat sudah meninggal roh atau Atman dipreteka dengan upacara
ngaben, saat itu Catur Sanak mendapatkan upacara dengan sarana beras
catur warna. Sampai upacara Atma Wedana dan roh mencapai Dewa Pitara
distanakan di Pelinggih Kamulan, maka Catur Sanak distanakan di
Pelinggih Taksu. Karena itulah tempat pemujaan di Ulun Karang itu
disebut Kamulan Taksu sebagai Batara Hyang Guru. <br /> <br /> Dalam Vana
Parwa 27.214 dinyatakan ada lima macam Guru. Atman adalah satu dari
lima guru yang dinyatakan dalam Vana Parwa tersebut. Pendirian tempat
pemujaan keluarga di Ulun Karang tempat tinggal adalah sebagai prosesi
untuk menstanakan Atman sebagai Batara Hyang Guru dalam kehidupan
keluarga inti bagi umat Hindu di Bali. <br /> <br /> Dengan adanya
Pelinggih Taksu sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam Merajan
Kamulan inilah ada suatu nilai spiritual yang patut dipetik sebagai
penuntun hidup di bumi ini. Dengan adanya Pelinggih Kamulan Taksu ini
dapat dikembangkan suatu pandangan bahwa bagaimana konsep taksu dari
sudut pandang Hindu dalam sistem budaya spiritual di Bali. Dengan konsep
yang benar itulah kita jaga taksu Bali ke depan untuk menghadapi
pergolakan kehidupan global yang semakin dinamis.</span></div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-90539942568868081312013-03-04T04:06:00.001-08:002013-03-04T04:06:20.426-08:00Pura di Bali<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1 class="page-title">
<br /></h1>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: maroon;"><strong> </strong></span>Berbeda
dengan candi-candi di Jawa, candi, atau yang di Bali
disebut pura, merupakan bagian dari kehidupan masyarakat
Bali yang mayoritas beragama Hindu. Pura di Bali merupakan
tempat pemujaan umat Hindu. Setiap keluarga Hindu memiliki
pura keluarga untuk memuja Hyang Widhi dan leluhur
keluarga, sehingga pura di Pulau Bali jumlahnya
mencapai ribuan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Kahyangan Desa. Setiap desa umumnya
memiliki tiga pura utama yang disebut Pura Tiga
Kahyangan atau Pura Tri Kahyangan (tri = tiga), yaitu
pura-pura tempat pemujaan Sang Hyang Widi Wasa dalam
tiga perwujudan kekuasaan-Nya: Pura Desa untuk
memuja Dewa Brahma (Sang Pencipta), Pura Puseh untuk memuja
Dewa Wisnu (Sang Pemelihara), dan Pura Dalem untuk memuja Dewa
Syiwa (Sang Pemusnah). Pura Desa disebut juga Bale
Agung, karena pura yang umumnya terletak di pusat
desa ini juga digunakan sebagai tempat melaksanakan
musyawarah desa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Kahyangan Jagat. Pura Kahyangan
merupakan tempat masyarakat umum memuja Ida Sang
Hyang Widi Wasa dalam berbagai perwujudan-Nya dan
juga tempat memuja roh para leluhur. Yang termasuk
dalam kaetgori Pura Kahyangan Jagat, di antaranya,
ialah Pura Sad Kahyangan (sad = enam), yaitu pura
yang berada di enam lokasi Kahyangan besar di P. Bali. Pura
Sad Khayangan terdiri atas: Pura Luhur Uluwatu, Pura
Lempuyang, Pura Goa Lawah, Pura Watukaru, Pura Bukit
Pengalengan dan Pura Besakih. Pura Sad Kahyangan diyakini
sebagai sendi spiritual Pulau Bali dan merupakan pusat
kegiatan keagamaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain Pura Sad Kahyangan, yang termasuk
dalam kategori Pura Kahyangan Jagat adalah Pura
Dhang Kahyangan, yaitu pura yang dibangun oleh
pemimpin spiritual pada masa lalu. Sebagian besar
Pura Dhang Kahyangan mempunyai kaitan erat dengan Dhang
Hyang Nirartha, seorang pedanda (pendeta Hindu) dari Kerajaan
Majapahit. Pada zaman pemerintahan Dalem Waturenggong,
sekitar tahun 1411 Saka (1489 M), Dhang Hyang
Nirartha yang juga dikenal dengan sebutan Dhang Hyang
Dwijendra, mengadakan yatra (perjalanan spiritual)
keliling Bali, Nusa Penida dan Lombok. Di beberapa
tempat yang disinggahi Dhang Hyang Nirartha
dibangunlah beberapa pura, seperti Pura Uluwatu, Pura Rambut
Siwi, dsb.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Luhur. Hampir setiap kabupaten di
Bali memiliki Pura Luhur (luhur = tinggi), yaitu pura
yang hari ulang tahunnya diperingati oleh umat
dengan cara menyelenggarakan piodalan yang melibatkan
ribuan orang. Pura Tanah Lot, Goa Lawah, dan Pura
Uluwatu juga termasuk dalam kategori pura luhur.<br />
Pura Kawitan. Pura ini merupakan tempat pemujaan bagi kelompok
keluarga atau keturunan tokoh tertentu. Termasuk ke dalam
kategori ini adalah: Sanggah-Pemerajan, Pratiwi, Paibon,
Panti, Dadia atau Dalem Dadia, Penataran Dadia, dan
Pedharman. Sejarah pura kawitan Tentunya tidak dapat
dipisahkan dari sejarah kerajaan-kerajaan di Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berdasarkan prasasti-prasasti yang telah
ditemukan, dapat dikatakan bahwa sejarah Bali yang
tercatat diawali pada abad ke-8 Masehi. Di antara
raja-raja Bali, yang banyak meninggalkan keterangan
tertulis yang juga menyinggung gambaran tentang
susunan pemerintahan pada masa itu adalah Udayana,
Jayapangus , Jayasakti, dan Anak Wungsu. Dalam
Prasasti Blanjong ( 913 M) yang dibuat pada masa pemerintahan
Sri Kesari Warmadewa digunakan kata ‘Walidwipa’ yang mengacu
pada suatu wilayah pemerintahan di Bali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1343, Kerajaan Majapahit
mengadakan ekspedisi ke Bali, dipimpin oleh Mahapatih
Gajah Mada dan Panglima Arya Damar. Pada masa itu
Bali dikuasai oleh Kerajaan Bedahulu dengan rajanya
Astasura Ratna Bumi Banten dan patihnya Kebo Iwa.
Bali berhasil ditaklukkan oleh Majapahit dan sejak itu
Bali merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit. Sebagai kepala
pemerintahan di P. Bali, Majapahit mengangkat Raja Sri Kresna
Kepakisan (1350-1380 M) yang berkedudukan di Desa
Samprangan dekat kota Gianyar. Pusat pemerintahan
kemudian dipindahkan ke istana Suwecapura di Gelgel,
Klungkung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selama masa kejayaan Majapahit, Kerajaan
Gelgel diperintah oleh raja-raja keturunan Sri Kresna
Kepakisan. Ketika Majapahit mengalami keruntuhan,
Kerajaan Gelgel yang tidak lagi menjadi negara
jajahan tetap diperintah oleh keturunan Sri Kresna
Kepakisan. Salah satu Raja Gelgel, Dalem Waturenggong
(1460-1550 M), sangat termasyhur karena pada masa
pemerintahannya P. Bali mengalami masa keemasan. Dalem
Waturenggong memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Gelgel
sampai ke sebagian wilayah Jawa Timur, Lombok dan Sumbawa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Masa keemasan Gelgel mulai memudar pada
masa pemerintahan Dalem Bekung (1550–1580 M), putra
sulung Dalem Waturenggong. Pada masa pemerintahan
Dalem Di Made (1605-1651 M), Gelgel bahkan kehilangan
wilayah Blambangan dan Bima (tahun 1633 M) dan
Lombok ( tahun 1640 M). Pada tahun 1651, terjadi
pemberontakan yang dipimpin oleh Gusti Agung Maruti. Selama
pemerintahan dipegang oleh Gusti Agung Maruti, wilayah bawahan
Gelgel, seperti Badung, Bangli, Buleleng, Gianyar,
Jembrana, Karangsem, Mengwi dan Tabanan melepaskan
diri dari kekuasaan Gelgel dan membentuk pemerintahan
sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1686 putra Dalem Di Made yang
bernama Dewa Agung Jambe merebut kembali kekuasaan
dari tangan pemberontak dan memindahkan pusat
pemerintahan ke istana Samarapura di Klungkung, namun
kerajaan-kerajaan bekas bawahan Gelgel tetap
mempertahankan kemerdekaannya. Raja Klungkung, Dewa Agung,
diposisikan sebagai pimpinan spiritual dengan gelar Susuhunan
Bali dan Lombok.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahun 1808 Jembrana ditaklukkan oleh
Raja Buleleng. Pada tahun 1818, Jembrana berhasil
direbut kembali oleh mantan Raja Jembrana, namun pada
tahun 1821 kerajaan tersebut kembali ditaklukkan
oleh Raja Buleleng. Sampai akhir abad ke-18, Bali
terpecah menjadi 8 kerajaan, yaitu : Badung, Bangli, Buleleng,
Gianyar, Karangsem, Klungkung, Mengwi dan Tabanan.
Kerajaan-kerajaan kecil ini yang mendasari pembagian wilayah
pemerintahan sebagai kabupaten-kabupaten di Bali
sekarang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pura Swagina. Pura ini merupakan tempat
pemujaan bagi kelompok masyarakat dengan profesi atau
mata pencarian tertentu. Sebagai contoh, Pura
Melanting adalah pura untuk para pedagang, Pura Subak
untuk kelompok petani, dsb.</div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><strong>Berikut Pura-pura di Bali</strong></span></h2>
<span style="color: blue;"><strong><br />
</strong></span><br />
<strong><span style="color: maroon; font-family: Times New Roman; font-size: x-large;">P</span><span style="color: maroon; font-family: Times New Roman; font-size: medium;">ura</span></strong><span style="color: maroon;"><strong><span style="font-family: Times New Roman; font-size: medium;"> </span></strong></span><strong> <span style="color: maroon; font-family: Times New Roman; font-size: x-large;">T</span><span style="color: maroon; font-family: Times New Roman; font-size: medium;">aman </span><span style="color: maroon; font-family: Times New Roman; font-size: x-large;">A</span><span style="color: maroon; font-family: Times New Roman; font-size: medium;">yun</span></strong><br />
<table align="left" border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" id="AutoNumber1">
<tbody>
<tr>
<td width="100%"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/taman_ayun1.htm"> <img alt="" border="0" height="168" src="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/thumbnail/taman_ayun1.jpg" width="225" /></a></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
Pura Taman Ayun yang terletak di Desa
Mengwi, Kabupaten Badung, sekitar 18 km ke arah barat dari Denpasar.
Pura ini sangat indah, sesuai dengan namanya yang berarti pura di taman
yang indah. Selain indah, Pura Taman Ayun juga dinilai memiliki nilai
sejarah, sehingga pada tahun 2002 Pemda Bali mengusulkan kepada UNESCO
agar pura ini dimasukkan dalam <em> World Heritage List</em>.</div>
<table border="0" cellpadding="3" cellspacing="0" style="text-align: justify;">
<tbody>
<tr>
<td width="100%"><span style="color: white;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/taman_ayun2.htm"> <img alt="" border="0" height="150" src="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/thumbnail/taman_ayun2.jpg" width="199" /></a></span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
Pura Taman Ayun merupakan Pura lbu (<em>Paibon</em>)
bagi kerajaan Mengwi. Pura ini dibangun oleh Raja Mengwi, I Gusti Agung
Putu, pada tahun 1556 Saka (1634 M). Pada mulanya, I Gusti Agung Putu
membangun sebuah pura di utara Desa Mengwi untuk tempat pemujaan
leluhurnya. Pura tersebut dinamakan Taman Genter. Ketika Mengwi telah
berkembang menjadi sebuah kerajaan besar, I Gusti Agung Putu memindahkan
Taman Genter ke arah timur dan memperluas bangunan tersebut. Pura yang
telah diperluas tersebut diresmikan sebagai Pura Taman Ayun pada hari
Selasa Kliwon-Medangsia bulan keempat tahun 1556 Saka. Sampai sekarang,
setiap hari Selasa Kliwon wuku Medangsia menurut pananggalan Saka, di
pura ini diselenggarakan piodalan (upacara) untuk merayakan ulang tahun
berdirinya pura.</div>
<table border="0" cellpadding="3" cellspacing="0" style="text-align: justify;">
<tbody>
<tr>
<td width="100%"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/taman_ayun3.htm"><span style="color: white;"><img alt="" border="0" height="150" src="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/thumbnail/taman_ayun3.jpg" width="196" /></span></a></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
Pura Taman Ayun telah mengalami beberapa
kali perbaikan. Perbaikan secara besar-besaran dilaksanakan tahun 1937.
Pada tahun 1949 dilaksanakan perbaikan terhadap kori agung, gapura
bentar, dan pembuatan wantilan yang besar. Perbaikan ketiga tahun 1972
dan yang terakhir tahun 1976.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kompleks Pura Taman Ayun menempati lahan
seluas 100 x 250 m2, tersusun atas pelataran luar dan tiga pelataran
dalam, yang makin ke dalam makin tinggi letaknya. Pelataran luar yang
disebut <strong>Jaba</strong>, terletak di sisi luar kolam. Dari
pelataran luar terdapat sebuah jembatan melintasi kolam, menuju ke
sebuah pintu gerbang berupa gapura bentar.</div>
<table border="0" cellpadding="3" cellspacing="0" style="text-align: justify;">
<tbody>
<tr>
<td width="100%"><span style="color: white;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/taman_ayun4.htm"> <img alt="" border="0" height="150" src="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/thumbnail/taman_ayun4.jpg" width="200" /></a></span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
Gapura tersebut merupakan jalan masuk ke
pelataran dalam yang dikelilingi oleh pagar batu. Di
jalan masuk menuju jembatan dan di depan gapura
terdapat sepasang arca raksasa. Di sebelah kiri jalan
masuk, tidak jauh dari gerbang, terdapat bangunan
semacam gardu kecil untuk penjaga. Di halaman pertama ini
tersebut terdapat sebuah wantilan (semacam pendapa) yang
digunakan untuk pelaksanaan upacara dan juga sebagai tempat
penyabungan ayam yang dilaksanakan dalam kaitan dengan
penyelenggaraan upacara di pura.</div>
<table border="0" cellpadding="3" cellspacing="0" style="text-align: justify;">
<tbody>
<tr>
<td width="100%"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/taman_ayun4.htm"><span style="color: white;"><img alt="" border="0" height="150" src="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/thumbnail/taman_ayun5.jpg" width="197" /></span></a></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
Pelataran dalam pertama seolah dibelah
oleh jalan menuju gapura yang merupakan pintu masuk ke pelataran dalam
kedua. Di sisi barat daya terdapat bale bundar, yang merupakan tempat
beristrirahat sambil menikmati keindahan pura. Di sebelah bale bundar
terdapat sebuah kolam yang dipenuhi dengan teratai dan di tengahnya
berdiri sebuah tugu yang memancarkan air ke sembilan arah mata angin. Di
timur terdapat sekumpulan pura kecil yang disebut Pura Luhuring
Purnama.</div>
<table border="0" cellpadding="3" cellspacing="3" style="text-align: justify;">
<tbody>
<tr>
<td width="50%"><span style="color: white;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/taman_ayun3.htm"><img alt="" border="0" height="175" src="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/thumbnail/taman_ayun6.jpg" width="136" /></a></span></td>
<td width="50%"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/taman_ayun7.htm"><img alt="" border="0" height="175" src="http://candi.pnri.go.id/bali/taman_ayun/thumbnail/taman_ayun7.jpg" width="226" /></a></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
Di ujung jalan yang membelah pelataran
pertama terdapat gerbang ke pelataran kedua.
Pelataran ini posisinya lebih tinggi dari pelataran
pertama. Tepat berseberangan dengan gerbang terdapat
sebuah bangunan pembatas, yang dihiasi dengan relief
menggambarkan 9 dewa penjaga arah mata angin. Di
sebelah timur terdapat sebuah pura kecil yang disebut Pura
Dalem Bekak. Di sudut barat terdapat balai Kulkul yang atapnya
menjulang tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pelataran dalam ketiga atau yang terdalam
merupakan pelataran yang paling tinggi letaknya dan dianggap paling
suci. Pintu utama yang disebut pintu gelung terletak di tengah dan hanya
dibuka pada saat diselenggarakannya upacara. i kiri dan kanan pintu
utama terdapat gerbang yang digunakan untuk keluar masuk dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari di pura tersebut. Di pelataran ini
terdapat sejumlah Meru, Candi, Gedong, Padmasana, Padma Rong Telu, dan
bangunan-bangunan keagamaan lainnya.</div>
<strong><span style="color: maroon; font-family: Times New Roman; font-size: x-large;">P</span><span style="color: maroon; font-family: Times New Roman; font-size: medium;">ura</span></strong><span style="color: maroon;"><strong><span style="font-family: Times New Roman; font-size: medium;"> </span></strong></span><strong> <span style="color: maroon; font-family: Times New Roman; font-size: x-large;">U</span><span style="color: maroon; font-family: Times New Roman; font-size: medium;">luwatu</span></strong><br />
<table align="left" border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" id="AutoNumber1">
<tbody>
<tr>
<td width="100%"><span style="color: white;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu15.htm"> <img alt="" border="0" height="157" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu15.jpg" width="210" /></a></span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
Pura Uluwatu terletak di Desa Pecatu,
Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, sekitar 30 km ke arah selatan
dari kota Denpasar. Pura Uluwatu yang juga disebut Pura Luwur ini
merupakan salah satu dari Pura Sad Kahyangan, yaitu enam Pura Kahyangan
yang dianggap sebagai pilar spiritual P. Bali.</div>
<table border="0" cellpadding="3" cellspacing="0" style="text-align: justify;">
<tbody>
<tr>
<td width="50%"><span style="color: white;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu1.htm"><span style="font-family: Verdana; font-size: xx-small;"> <img alt="" border="0" height="150" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu2.jpg" width="199" /></span></a></span></td>
<td width="50%"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu1.htm"><span style="color: white;"> <img alt="" border="0" height="150" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu1.jpg" width="199" /></span></a></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
Ada dua pendapat tentang sejarah
berdirinya pendirian Pura Uluwatu. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
pura ini didirikan oleh Empu Kuturan pada abad ke-9, yaitu pada masa
pemerintahan Marakata. Pendapat lain mengaitkan pembangunan Pura Uluwatu
dengan Dang Hyang Nirartha, seorang pedanda (pendeta) yang berasal dari
Kerajaan Daha (Kediri) di Jawa Timur. Dang Hyang Nirartha datang ke
Bali pada tahun 1546 M, yaitu pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong.
Sang Pedanda kemudian mendirikan Pura Uluwatu di Bukit Pecatu. Setelah
melakukan perjalanan spiritual berkeliling P. Bali, Dang Hyang Nirartha
kembali ke Pura Uluwatu. Di pura inilah Sang Pedanda ‘moksa’,
meninggalkan ‘marcapada’ (dunia) menuju ‘swargaloka’ (surga). Upacara
atau ‘piodalan’ peringatan hari jadi pura jatuh pada hari Anggara Kasih,
wuku Medangsia dalam penanggalan Saka. Biasanya upacara tersebut
berlangsung selama 3 hari berturut-turut dan diikuti oleh ribuan umat
Hindu.</div>
<table border="0" cellpadding="3" cellspacing="0" style="text-align: justify;">
<tbody>
<tr>
<td width="50%"><span style="color: white;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu14.htm"><span style="font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><img alt="" border="0" height="150" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu14.jpg" width="198" /></span></a></span></td>
<td width="50%"><span style="font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu3.htm"> <img alt="" border="0" height="150" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu3.jpg" width="202" /></a></span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div style="text-align: justify;">
Pura Uluwatu menempati lahan di sebuah
tebing yang tinggi yang menjorok ke Samudera
Indonesia dengan ketinggian sekitar 70 m di atas
permukaan laut. Karena letaknya di atas tebing, untuk
sampai ke lokasi pura orang harus berjalan mendaki
tangga batu yang cukup tinggi. Bangunan pura ini menghadap ke
arah timur, berbeda dengan pura lain di Bali yang umumnya
menghadap ke arah barat atau ke selatan. Di sepanjang
jalan di tepi luar pura terdapat ratusan kera yang
berkeliaran. Walaupun tampak jinak, kera-kera
tersebut seringkali mengganggu pengunjung dengan
menyerobot makanan atau barang-barang yang dikenakan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di ujung jalan yang mendaki terdapat dua
pintu masuk ke komplek pura, satu terletak di sebelah utara dan satu
lagi di sebelah selatan. Pintu masuk tersebut berbentuk gapura bentar
dan terbuat dari batu. Di depan gapura terdapat sepasang arca berbentuk
manusia berkepala gajah dalam posisi berdiri. Dinding depan gapura
dihiasi pahatan yang sangat halus bermotif daun dan bunga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<table border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" id="AutoNumber4">
<tbody>
<tr>
<td><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu3.htm"><span style="color: white; font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><img alt="" border="0" height="175" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu4.jpg" width="133" /></span></a></td>
<td><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu6.htm"><span style="color: white; font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><img alt="" border="0" height="175" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu6.jpg" width="136" /></span></a></td>
<td><span style="font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu6.htm"><span style="color: white;"> <img alt="" border="0" height="175" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu7.jpg" width="132" /></span></a></span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sebelah dalam, di balik gapura,
terdapat sebuah lorong berlantai batu berundak,
menuju ke pelataran dalam. Lorong terbuka ini
diteduhi oleh pohon yang ditanam di sepanjang kiri
dan kanan lorong.</div>
<div style="text-align: justify;">
<table border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" id="AutoNumber5">
<tbody>
<tr>
<td><span style="font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu5.htm"><span style="color: white;"> <img alt="" border="0" height="175" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu5.jpg" width="234" /></span></a></span></td>
<td><span style="font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu5.htm"><span style="color: white;"> <img alt="" border="0" height="175" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu9.jpg" width="135" /></span></a></span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pelataran dalam merupakan pelataran
terbuka. Lantai pelataran tertutup oleh lantai batu yang tertata rapi.
Di dekat gapura, di sisi utara, terdapat bangunan kayu. Di sebelah
barat, berseberangan dengan jalan masuk, terdapat sebuah gapura
paduraksa yang merupakan jalan masuk ke pelataran yang lebih dalam lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<table border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" id="AutoNumber6">
<tbody>
<tr>
<td><span style="font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu13.htm"><span style="color: white;"><img alt="" border="0" height="150" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu13.jpg" width="200" /></span></a></span></td>
<td><span style="font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu8.htm"><span style="color: white;"><img alt="" border="0" height="150" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu8.jpg" width="199" /></span></a></span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbeda dengan gapura luar, gapura ini
merupakan gapura beratap yang terbuat dari batu. Ambang pintu berbentuk
lengkungan dan dibingkai oleh susunan batu. Di atas ambang terdapat
pahatan kepala raksasa. Puncak gapura di berbentuk seperti mahkota dan
dihiasi dengan berbagai motif pahatan. Celah di antara gapura dengan
dinding di kiri dan kanan pelataran tertutup oleh dinding yang juga
dihiasi dengan pahatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<table border="0" cellpadding="5" cellspacing="0" id="AutoNumber7">
<tbody>
<tr>
<td><span style="font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu8.htm"><span style="color: white;"> <img alt="" border="0" height="175" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu12.jpg" width="236" /></span></a></span></td>
<td><span style="color: white; font-family: Verdana; font-size: xx-small;"><a href="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/uluwatu10.htm"> <img alt="" border="0" height="175" src="http://candi.pnri.go.id/bali/uluwatu/thumbnail/uluwatu10.jpg" width="129" /></a></span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sebelah selatan terdapat pelataran
kecil berbentuk memanjang dan menjorok ke arah laut. Di ujung pelataran
terdapat sebuah bangunan kayu yang tampak seperti tempat orang
duduk-duduk sambil memandang lautan. Sejak dibanunannya, Pura Uluwatu
telah banyak kali menjalani pemugaran. Bahkan sekitar tahun 1999,
bangunan pura ini sempat terbakar akibat sambaran petir.</div>
</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-29253516206925804422013-02-23T04:14:00.003-08:002013-02-23T04:14:47.866-08:00BERBAGAI TEKNIK PRANAYAMA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://dhanandjaya.wordpress.com/2012/11/15/berbagai-teknik-pranayama/" rel="bookmark" title="5:30 am"><span class="entry-date"></span></a> <span class="by-author"><span class="sep">by</span> <span class="author vcard"><a class="url fn n" href="http://dhanandjaya.wordpress.com/author/dhanandjaya/" rel="author" title="Tampilkan semua tulisan oleh dhanandjaya">dhanandjaya</a></span> </span>
<br />
<div class="entry-content">
<a href="http://dhanandjaya.files.wordpress.com/2012/11/pranayama.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-156" height="200" src="http://dhanandjaya.files.wordpress.com/2012/11/pranayama.jpg?w=640" title="pranayama" width="193" /></a><br />
Pranayama berasal dari kata Prana dan Yama. Prana artinya kehidupan/
energi/ napas. Yama/ Ayama artinya pengendalian, mengembangkan,
memanjangkan. Jadi Pranayama artinya memanjangkan kehidupan atau
pengendalian energi/ napas.<br />
Dalam berlatih hatha yoga, maka kita berlatih melakukan pernapasan
penuh (pernapasan dalam) yang biasa disebut dengan Dhirga Swasam. Dhirga
Swasam merupakan gabungan dari tiga langkah dalam bernapas, sebagai
berikut :<br />
Napas <em>Clavicular</em> : napas-pendek-bahu<br />
Napas <em>Intercostal</em> : napas-sedang-dada<br />
Napas <em>Abdominal</em> : napas-dalam-diafragma<br />
Dhirga Swasam dapat membantu meningkatkan kapasitas paru-paru,
menenangkan pikiran dan menimbulkan kejernihan batin, kedamaian pikiran,
merelekkan otot-otot tubuh, menyegarkan sel-sel dan organ-organ dalam
tubuh, membersihkan racun dalam tubuh dan menambah vitalitas.<br />
Dalam kehidupan sehari-hari (pernapasan biasa) adalah pernapasan
pendek, cepat dan lebih banyak mempergunakan otot dada, hanya
menggunakan paru-paru bagian atas dan tengah saja. Sedangkan paru-paru
bagian bawah tidak aktif yang mengakibatkan paru-paru bagian bawah ini
akan terisisi oleh udara yang “tergenang dan busuk” dan berakibat
menurunnya vitalitas paru-paru karena kurangnya suplai oksigen ke
paru-paru. Paru-paru bagian bawah ini akan menjadi tempat bersarangnya
sumber penyakit dan infeksi.<br />
Bagaimanakah kita bernapas ?<br />
Ketika kita bernapas (menghirup udara). Oksigen melalui batang
tenggorokan akan masuk ke kantung-kantung udara (alveoli) yang terdapat
di dalam paru-paru. Alvioli diselimuti oleh jaringan pembuluh darah.
Oksigen yang masuk ke alveoli akan masuk ke dalam pembuluh darah dan
mengikat sel darah merah, sel darah merah yang kaya akan oksigen ini
mengalir ke seluruh tubuh dan otak. Racun dalam aliran darah yang
berbentuk karbon dioksida (CO2) akan bergerak kearah yang berlawanan dan
dikeluarkan pada saat menghembuskan napas.<br />
Paru-paru dan diafragma akan mengembang ketika kita menarik napas dan
menekan ke bawah, ketika kita menghembuskan napas diafragma akan
mengempis dan menekan keatas. Dengan gerakkan naik turunnya diafragma
ini terjadilah pemijatan terhadap organ-organ dalam tubuh, hal tersebut
memberikan efek detoksifikasi pada organ-organ dalam.<br />
Manfaat dari pernapasan/ pranayama dalam yoga<br />
<ol>
<li>Menambah vitalitas, dengan melakukan pernapasan dalam, maka
paru-paru akan mendapat banyak oksigen, oksigen ini akan mengalir ke
setiap sel tubuh. Tanpa asupan oksigen yang cukup maka jaringan dan
organ-organ tubuh akan kekurangan energi vitalitasnya (prana) dan akan
cepat mati.</li>
<li>Memijat jantung, saat melakukan pernapasan secara teratur jantung
akan menerima pijatan yang menguntungkan, membuka sumbatan-sumbatan,
memperlancar aliran darah ke jantung dan akan meringankan kerja jantung.
Secara perlahan akan dapat memperbaiki atau bahkan mengobati banyak
penyakit jantung.</li>
<li>Membersihkan racun dalam tubuh, saat menarik napas, diafragma
menekan kebawah yang akan memberikan rangsangan pada gerak peristaltik
dari usus untuk membersihkan sisa-sisa makanan, mencegah terjadinya
sembelit, membersihkan lemak, cairan dan gas yang berlebihan.</li>
<li>Menenangkan pikiran, saat mempraktekkan pernapasan dalam secara
teratur dan sadar (berkonsentrasi), maka gelombang frekuensi amplitudo
“Medan Energi Bio-elektik” dalam tubuh akan pelan dan teratur, hal ini
menunjang aktivitas sel dan organ tubuh menjadi singkron dan merangsang
pengeluaran anti body yang bekerja untuk melawan berbagai macam penyakit
serta merangsang pengeluaran hormon seperti melatonin, endorfin,
epinefrin dan lainnya yang bermanfaat untuk menenangkan saraf dan
pikiran.</li>
</ol>
Berbagai teknik pernapasan dalam hatha yoga antara lain:<br />
<ol>
<li><strong>Napas</strong> <strong>Ujjayi </strong>(Pernapasan tenggorokan/ napas mendesir).<br />
<span style="text-decoration: underline;">Teknik</span>: Tutup sebagian
tenggorokan, sehingga ketika menarik dan hembuskan napas melalui hidung
dengan mulut tertutup, udara akan masuk melintasi batang tenggorokan
yang sempit dan udara ini akan menggetarkan pita suara bagian belakang,
ketika menghembuskan napas ini akan menciptakan bunyi desiran.
Pernapasan ini diterapkan dalam melakukan yoga dan bermanfaat untuk
meningkatkan kapasitas paru-paru dalam menampung oksigen yang diserap
oleh pembuluh darah, meningkatkan vitalitas, membantu menenangkan
pikiran, mengendalikan emosi dan memberikan ketenangan mental</li>
<li><strong>Napas Brahmari </strong>(Pernapasan lebah/ napas mendengung).<br />
<span style="text-decoration: underline;">Teknik</span>: Dengan mulut
tertutup tarik napas melalui hidung, lalu bergumamlah sambil
menghembuskan napas sepanjang mungkin. Pergunakan otot perut untuk
membantu mengendalikan kestabilan napas saat menghembuskan napas.
Pernapasan ini membantu membersihkan dan menguatkan sistem pernapasan
dan pikiran, meningkatkan semangat, memberikan efek yang menenangkan
pada tubuh.</li>
<li><strong>Napas Shimbasana </strong>(Pernapasan singa/melegakan tenggorokan).<br />
<span style="text-decoration: underline;">Teknik</span>: Duduk ditopang
dengan tumit kaki, punggung tegak, telapak tangan di atas paha. Tarik
napas dalam-dalam lalu hembuskan napas dengan mulut dibuka lebar serta
lidah dijulurkan keluar, pandangan mata diarahkan ke titik antara dua
alis dan regangkan jari-jari tangan diatas lutut. Teknik ini melakukan
peregangan pada wajah dan lengan, bermanfaat untuk melegakan tenggorokan
yang sakit serta penyakit pernapasan lainnya.</li>
<li><strong>Napas Sitali </strong>(Pernapasan lidah/ napan yang mendinginkan).<br />
<span style="text-decoration: underline;">Teknik</span>: Saat menarik
napas, julurkan lidah dan lipat kedua sisi lidah membentuk tabung (udara
yang masuk akan terasa dingin melalui lidah), saat menghembuskan napas
turunkan dagu, tutupkan mulut, letakkan ujung lidah dibelakang gigi dan
hembuskan napas melalui hidung. Pernapasan ini memberikan efek
mendinginkan tubuh, sangat baik dilakukuan pada cuaca panas, menenangkan
saraf.</li>
<li><strong>Napas Sitkari </strong>(Pernapasan gigi/ napas yang mendinginkan).<br />
<span style="text-decoration: underline;">Teknik</span>: Saat menarik
napas lebarkan kedua bibir seperti sedang tersenyum, ambil napas melalui
celah gigi, hembuskan napas melalui hidung. Teknik pernapasan ini
sebagai alternatif dari Sitali apabila tidak dapat melakukan
menggulungkan lidah.</li>
<li><strong>Napas Anuloma Viloma </strong>(Pernapasan hidung alternatif).<br />
<span style="text-decoration: underline;">Teknik</span>: Angkat lengan
kanan, tekuk jari telunjuk dan jari tengah, tutupkan lubang hidung
sebelah kanan dengan ibu jari, tarik napas melalui lubang hidung sebelah
kiri, tahan napas sejenak tutup kedua lubang hidung, lalu bukakan kedua
lubang hidung dan hembuskan napas. Lakukan bergantian. Pernapasan ini
membantu menyeimbangkan fungsi otak sebelah kiri dan kanan, menemangkan
sistem saraf dan pikiran.</li>
<li><strong>Napas Kapalabhati</strong> (Pernapasan berkilau/menghembus kuat).<strong><br />
</strong><span style="text-decoration: underline;">Teknik</span><strong>: </strong>Tarik
napas dengan perut lalu cepat hembuskan dengan kuat. Dalam napas ini
yang bekerja hanya otot perut (diafragma). Pernapasan ini bermanfaat
untuk meredakan stres, membersihkan pikiran dari emosi negatif.</li>
</ol>
<a href="http://dhanandjaya.files.wordpress.com/2012/11/pranayamakk.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-157" src="http://dhanandjaya.files.wordpress.com/2012/11/pranayamakk.jpg?w=640" title="Pranayama Anuloma Viloma" /></a></div>
</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-54458449578550413552013-02-23T04:11:00.003-08:002013-02-23T04:11:23.917-08:00MENGGUNAKAN KUASA GERAKAN UNTUK MENINGKATKAN ENERGI/PRANA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://dhanandjaya.files.wordpress.com/2012/11/a_spiritual_evolution2.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-188" src="http://dhanandjaya.files.wordpress.com/2012/11/a_spiritual_evolution2.jpg?w=640" title="a_spiritual_evolution2" /></a><br />
Dalam kehidupan sehari-hari kita temukan bahwa energi listrik dapat
menggerakan benda, seperti pada kipas angin. Terjadi pula kebalikan dari
hukum diatas, bahwa gerakanlah yang dapat menghasilkan energi listrik.
Mana yang lebih benar dari dua pernyataan diatas, tidaklah penting
untuk kita bahas pada kesempatan ini, namun pada intinya energi listrik
itu ada. Tubuh kita terdiri dari badan material (fisik) dan non material
(jiwa/roh/prana/enegi). Dengan adanya jiwa/roh/prana/energi tubuh fisik
kita dapat melakukan aktifitas, bertumbuh, bergerak. Tubuh fisik akan
bergerak sesuai dengan kualitas energi yang kita miliki. Jika energi
kita lemah, maka tubuh fisik sudah tentu akan terbatas pada gerakan
tertentu saja. Lemahnya energi bisa mengakibatkan tubuh lemas, lesu dan
sakit atau gejala-gejala lainnya, apalagi jika energi yang dimiliki nol
maka sudah dipastikan tubuh ini akan mengalami peristirahatan terakhir
dalam siklus kehidupan sekarang, atau disebut dengan mati.<br />
Dari gambaran diatas kemudian muncul pertanyaan, apakah dengan
meningkatkan gerakan tubuh dapat meningkatkan energi/prana?? Mari kita
kaji:<br />
Dalam filsafat materialis disebutkan salah satunya adalah
“peningkatan kuantitas akan meningkatkan kualitas. Hal ini terjadi pada
air yang dipanaskan. Jika secara bertahap temperatur dinaikan maka air
juga mengalami perubahan suhu panas, namun pada suatu peningkatan
temperatur panas pada titik tertentu, maka air akan mengalami perubahan
menjadi uap. Begitu pula yang terjadi, pada saat air didinginkan dengan
menurunkan temperatur, air akan mengalami perubahan suhu, dan pada saat
penurunan temperatur pada titik tertentu air akan mengalami perubahan
bentuk menjadi es.<br />
Dari gambaran diatas, apakah mungkin dengan meningkatkan gerakan
tubuh akan mampu meningkatkan energi/prana secara kualitas?? Lalu
bagaimana teknik yang harus dilakukan?? Apa saja yang dibutuhkan dalam
proses tersebut?? Marilah kita coba eksperiment-kan untuk menemukan
jawabannya.<br />
Yang dibutuhkan:<br />
<ul>
<li>Ruangan yang luas yang jauh dari benda-benda (berharga/tajam/yang berbahaya seperti barang pecah belah, pisau, parang, dll)</li>
<li>Tubuh fisik kita —– sebagai perlambang air dalam percobaan</li>
<li>Teknik gerakan —– sebagai perlambang temperatur panas/dingin</li>
<li>Energi —– sebagai perlambang perubahan suhu panas/dingin dari air</li>
</ul>
Langkah-langkah eksperiment:<br />
<ol>
<li>Duduklah (dalam sikap siddhasana posisi tangan tangan di atas lutut)
dengan nyaman, usahakan badan tegak dan tidak bungkuk. Bernapaslah
dalam, caranya: tarik napas dalam dan hembuskan, lakukan sebanyak tiga
kali hingga tubuh terasa rileks.</li>
<li>Setelah rileks, kemudian lakukan teknik pernapasan dengan menahan
napas di perut dan dihembuskan melalui mulut terbuka (sikap badan sama
dengan diatas). Caranya: tarik nafas sebanyak 4 hitungan, kemudian tahan
diperut sebanyak 8 hitungan hembuskan melalui mulut terbuka sebanyak 4
hitungan. Lakukan teknik ini sebanyak tiga kali.</li>
<li>Dilanjutkan dengan latihan teknik gerakan. Caranya: posisi badan
tetap tapi tangan diletakan sejajar dengan dada, tangan terbuka,
telapak tangan saling berhadap satu sama lain. Tarik nafas dalam lalu
hembuskan. Pada saat menghembuskan nafas gerakan tangan naik turun atau
kedalam-keluar. Lakukan gerakan seadanya, jangan menggunakan logika.
Lakukan gerakan ini, dan tingkatkan hitungan latihan. Dan amati
perubahan kualitas prana/energi yang ada dalam tubuh.</li>
</ol>
<a href="http://dhanandjaya.files.wordpress.com/2012/11/gerakan-tangan.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-196" height="167" src="http://dhanandjaya.files.wordpress.com/2012/11/gerakan-tangan.jpg?w=300&h=167" title="gerakan tangan" width="300" /></a><br />
Dalam mengamati kualitas energi/prana bisa dilihat melalui: gerakan
yang timbul tanpa terkendali saat latihan, atau muncul kepercayaan diri,
tubuh terasa sehat dan lain-lain. Peningkatan kualitas ini tergantung
pada tingkat sugesti/bawah sadar si praktisi. Energi/prana dikatakan
berkualitas, jika gerakan /getaran tangan yang dihasilkan stabil dan
tidak membabi buta. Latihlah teknik tersebut hingga gerakan yang stabil
itu dicapai. Namun jika gerakan menjadi tidak terkontrol atau
menimbulkan bahaya bagi tubuh, hentikan latihan tersebut.<br />
PERLU DICATAT:<br />
APA YANG DISAMPAIKAN PENULIS HANYA SEBUAH EKSPERIMENT, SIFATNYA
SUBYEKTIF DAN BERLAKU BERBEDA-BEDA PADA SETIAP PRAKTISI. SEGALA RESIKO
YANG TIMBUL PADA TUBUH PRAKTISI MENJADI TANGGUNG JAWAB SENDIRI, PENULIS
TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS SEGALA HAL APAPUN YANG TERJADI AKIBAT
PENINGKATAN ENERGI/PRANA. UNTUK KEAMANAN TEMUI SEORANG GURU YANG DAPAT
MEMBANTU DALAM MENGONTROL ENERGI/PRANA.</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-68374778145887477762013-02-23T04:05:00.004-08:002013-02-23T04:05:41.338-08:00MENGENAL CAKRA DAN AURA DALAM TUBUH<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://dhanandjaya.files.wordpress.com/2012/11/dtd1.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-full wp-image-123" height="640" src="http://dhanandjaya.files.wordpress.com/2012/11/dtd1.jpg?w=640" title="DTD1" width="583" /></a><br />
Dalam
tubuh manusia dipercayai memiliki sebuah medan energi yang luar biasa.
Medan energi ini disebabkan oleh adanya gravitasi bumi yang selalu
diserap oleh manusia ke dalam tubuh fisiknya. Dengan kekuatan atau daya
magnet inilah manusia memancarkan gelombang elektromagnetis dari dalam
tubuhnya.<br />
Saat gelombang elektromagnetis memancar dari dalam tubuh, gelombang
energi manusia dipengaruhi oleh spektrum sinar matahari. Selain itu,
dikarenakan sebagian besar komposisi tubuh manusia adalah air, layaknya
sinar matahari yang bertemu dengan utiran air di udara, terciptalah
spektrum warrna yang kita sebut dengan pelangi. Pelangi yang terlihat
memancar dari dalam tubuh itulah disebut drngan aura. Seperti sidik
jari, aura masing-masing orang memiliki perbedaan dan bersifat unik.<br />
Dalam tradisi yoga India, besar kecil serta kecerahan warna aura
menunjukan kesehatan secara fisik, mental, emosional dan spiritual
seseorang. Aura seringkali dikaitkan dengan kebahagiaan, kesuksesan,
ketenangan dan keberuntungan. Aura yang cerah dan memancar terang sangat
berpengaruh kepada kondisi mental dan emosional seseorang. Cakra dalam
literatur India adalah merupakan pintu energi nonfisik yang tersebar di
seluruh tubuh manusia dan berguna sebagai keluar masuknya energi positif
dan energi negatif tubuh eteris. Cakra memiliki warna masing-masing,
dan setiap cakra dalam tubuh merupakan pusat energi aktif yang menyebar
ke permukaan tubuh sehingga dikenal adanya cakra mayor dan cakra minor.
Cakra mayor merupakan tujuh cakra utama, sedangkan cakra minor
merupakan cakra-cakra kecil yag menyebar sebagai titik-titik meridian.<br />
<ul>
<li>Cakra mahkota (<em>Sahasrara Cakra</em>) terletak di ubun-ubun
kepala, mewakili warna ungu. Cakra ini sangat mempengaruhi seluruh
bagian dalam kepala dan diwakili oleh kelenjar <em>pineal</em>. Dalam konsep spiritual, cakra mahkota sangat erat kaitannya dengan energi spiritualitas.</li>
<li>Cakra dahi (<em>Ajna Cakra</em>) terletak diantara kedua alis mata,
mesakili warna nila. Cakra ini sangat mempengaruhi seluruh bagian dalam
rongga kepala, termasuk panca indra. Cakra ini juga berkaitan dengan
daya kreativitas, intuisi dan ketajaman insting. Cakra ini diwakili oleh
kelenjar <em>pituitari</em>. Kekuata dalam menyelesaikan sebuah masalah juga berhubungan denga cakra ini.</li>
<li>Cakra tenggorokan (<em>Visudha Cakra</em>) terletak tepat di bagian
tenggorokan, mewakili warna biru. Cakra ini sangat mempengaruhi organ
leher, termasuk telinga, hidung dan tenggorokan dan diwakili oleh
kelenjar <em>thyroid</em> serta <em>parathyroid</em>. Cakra tenggoroka meningkatkan energi seseorang dalam berinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan lingkungan.</li>
<li>Cakra jantung (<em>Anahata Cakra</em>) terletak di organ jantung.
mewakili warna hijau. Cakra ini sangat mempengaruhi semua organ yang
berada di rongga dada, yang diwakili oleh kelenjar <em>thymus</em>. Cakra ini memberikan kekuatan dalam meningkatkan energi cinta kasih.</li>
<li>Cakra pusar (<em>Nabhi Cakra/Maniphura Cakra</em>) terletak di
daerah pusarmewakili warna kuning. Cakra ini mempengaruhi kesehatan
organ-organ sekresi yang diwakili oleh kelenjar <em>adrenalin</em>. Cakra ini memberikan kekuatan cita-cita dan keinginan.</li>
<li>Cakra seks (<em>Svadisthana Cakra</em>) terletak di daerah kemaluan,
mewakili warna oranye. Cakra ini sangat mempengaruhi organ-organ
reproduksi yang diwakili oleh kelenjar <em>testosteron</em>. Cakra ini memberikan kekuatan semangat, vitalitas dan atusiasme.</li>
<li>Cakra dasar (<em>Muladhara Cakra</em>) terletak di antara anus dan
kemaluan, mewakili warna merah. Cakra ini sangat mempengaruhi kesehatan
tulag belakang dan otot di tubuh fisik yang diwakili ileh kelenjar <em>periniium</em>. Cakra ini memberikan energi pada harapan, optimisme dan semangat hidup.</li>
</ul>
Dengan mengetahui letak cakra dalam tubuh dan kelenjar yang diwakili
serta warna yang mewakili masing-masing cakra, bisa memberikan gambaran
kepada kita untuk selalu menjaga kecerahan warna masing-masing cakra.
Jika cakra dalam tubuh memiliki warna aura yang redup, maka akan
memberikan efek negatif dan berdampak buruk bagi kekuatan yang diwakili
oleh masing-masing cakra, kemungkinan akan menimbulkan efek
kebalikannya, seperti hilangnya semangat hidup, pemarah, lesu, apatis
dan lain sebagainya. Melakukan kontemplasi/meditasi pada masing-masing
cakra dengan menggunakan teknik pemrograman dan visualisasi dapat
membantu memelihara warna aura agar tetap bersinar.</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-25144949014470665442013-02-23T04:01:00.003-08:002013-02-23T04:01:49.333-08:00Mengenal cakra manusia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://mitrakencana.files.wordpress.com/2010/05/meditasi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="http://mitrakencana.files.wordpress.com/2010/05/meditasi.jpg" border="0" class="decoded" height="320" src="http://mitrakencana.files.wordpress.com/2010/05/meditasi.jpg" width="281" /></a><strong> </strong><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<strong>• Chakra Dasar</strong> terletak di ujung tulang ekor ke 3, dimana chakra ini
<br />
adalah pusat vitalitas, keinginan untuk hidup dan tubuh fisik.<br />
Warna “cahaya berwarna merah”<br />
<strong>• Chakra Sex </strong>yang dikenal juga sebagai pusat tubuh emosi, dimana<br />
semua perasaan diproses.<br />
Warna “cahaya berwarna oranye”<br />
<strong>• Chakra Pusat</strong> diasosiasikan dengan “tubuh mental”, yang<br />
mengontrol seluruh pikiran pendapat dan penilaian.<br />
Warna “cahaya berwarna kuning”<br />
<strong>• Chakra Jantung</strong> sebagai chakra keempat dikenal sebagai pusat<br />
tubuh intuisi, dimana chakra jantung ini adalah pusat dari cinta<br />
kasih, kasih sayang seluruh perasaan yang positif dan halus.<br />
Warna “Cahaya hijau muda atau merah muda. Hijau<br />
muda berfungsi untuk pengobatan, merah muda untuk cinta kasih<br />
dapat digunakan secara bergantian.<br />
<strong>• Chakra Tenggorokan</strong> sebagai chakra ke-lima,<br />
merupakan pusat<br />
“tubuh atma” yang terletak di tenggorokan di lokasi pita suara,<br />
cahaya yang dipergunakan berwarna “biru laut<br />
<strong>• Chakra mata Ketiga</strong> (Chakra Ajna) sebagai chakra ke-enam<br />
yang biasa juga disebut “chakra antara kening”, dimana<br />
merupakan pusat “tubuh cahaya atau tubuh monad”.<br />
cahaya berwarna “Lembayung Muda”<br />
<strong>• Chakra Mahkota</strong> sebagai chakra utama ke-tujuh terletak di puncak<br />
kepala, pada tahun sebelum tahun 1970 jarang disebut karena<br />
sukar sekali dibuka. Dengan terbukanya “Chakra Mahkota Alam<br />
Semesta” antara tahun 1970 maka imbasnya “chakra mahkota”<br />
dapat dibuka dengan sama mudahnya dengan chakra utama yang<br />
lain.<br />
Warna “Cahaya Putih” yang terang</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-37459828802239054272013-02-23T03:57:00.001-08:002013-02-23T03:57:17.946-08:00Cara Buka Chakra Spiritual Anda<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Masih berkaitan dengan tulisan sebelumnya: <a href="http://www.alampur.com/2012/01/03/mengenal-dan-membuka-cakra/" target="_blank"><strong>Mengenal dan Membuka Cakra</strong></a>.
Cakra dalam tubuh kita mengatur kualitas psikologis kita. Ada tujuh
cakra utama dalam tubuh kita: empat di atas tubuh kita, yang mengatur
sifat mental kita, dan tiga di bagian bawah tubuh, yang mengatur sifat
insting kita. Mereka adalah:<br />
<ul>
<li>Violet Crown <em>(cakra mahkota)</em></li>
<li>Indigo Brow <em>(cakra ajna / mata ketiga)</em></li>
<li>Blue Throat <em>(cakra tenggorokan)</em></li>
<li>Green Heart <em>(cakra jantung)</em></li>
<li>Yellow Solar Plexus <em>(cakra pusar)</em></li>
<li>Orange Sacral <em>(cakra sex)</em></li>
<li>Red Base <em>(cakra dasar)</em></li>
</ul>
Semua cakra memberikan kontribusi untuk kesejahteraan manusia. Naluri
kita akan bergabung dengan perasaan dan pemikiran. Beberapa cakra kita
biasanya tidak membuka semua jalan (artinya, mereka beroperasi sama
seperti ketika Anda lahir), namun ada juga yang over-aktif, atau bahkan
di tertutup sama sekali. Jika cakra tidak seimbang, damai dengan diri
tidak dapat dicapai.<br />
Baca terus untuk menemukan seni menjadi sadar akan cakra, serta teknik untuk membukanya.<br />
<strong>Langkah-langkahnya:</strong><br />
<strong>1. Memahami bahwa jika Anda membuka cakra Anda</strong>,
tidak perlu untuk mencoba dan membuat lebih aktif chakra kurang aktif.
Mereka hanya kompensasi untuk tidak aktif dari cakra tertutup. Setelah
semua cakra dibuka, meratakan dan menyeimbangkan energi .<br />
<b>2.</b> <strong>Buka <em>Root Chakra</em> (merah)</strong>. Cakra dasar
ini berkaitan dengan kesadaran fisik dan rasa nyaman dalam banyak
situasi. Jika dibuka, Anda harus merasa seimbang, logisl, stabil dan
aman. Tidak ada alasan Anda tidak percaya orang di sekitar Anda. Anda
hadir dalam apa yang terjadi sekarang, dan sangat terhubung ke tubuh
fisik Anda.<br />
<strong>Jika cakra dasar kurang aktif:</strong> Anda cenderung takut atau gugup, dan merasa tak diinginkan. <strong>Jika cakra dasar over-aktif:</strong> Anda mungkin materialistis dan serakah. Anda merasa seolah-olah tidak aman dan tidak diinginkan.<br />
<ol>
<li>Gunakan tubuh dan tingkatkan kesadaran akan hal itu. Lakukan yoga,
berjalan kaki, atau melakukan beberapa aktivitas ringan seperti
membersihkan rumah. Kegiatan ini membiarkan tubuh Anda dikenal dalam
kesadaran Anda, dan akan memperkuat cakra.</li>
<li>Lakukan<em> Grounding</em> sendiri. Ini berarti bahwa Anda harus
terhubung dengan tanah di bawah Anda. Untuk melakukan hal ini, berdiri
tegak dan santai, meletakkan kaki selebar bahu Anda, dan sedikit menekuk
lutut Anda. Panggul ke depan sedikit, dan menjaga tubuh Anda seimbang,
sehingga berat badan Anda merata di atas telapak kaki Anda. Kemudian
arahkan berat badan Anda ke depan. Tetap dalam posisi ini selama
beberapa menit.</li>
<li>Setelah <em>grounding</em> diri sendiri, duduk bersila, seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas.</li>
<li>Biarkan ujung ibu jari dan jari telunjuk sentuhan lembut, dengan gerakan lembut.</li>
<li>Berkonsentrasi pada Root chakra, posisinya di perineum – antara alat kelamin dan anus.</li>
<li>Biarkan diri Anda rileks, masih berpikir tentang chakra, artinya bagaimana hal itu akan mempengaruhi kehidupan Anda.</li>
</ol>
Terus melakukan ini sampai Anda benar-benar relaks. sampai pikiran dan perasaan “bersih” .<br />
<br />
<strong>3. Buka Chakra sacral (oranye).</strong>
Chakra ini berkaitan dengan perasaan dan seksualitas. Jika terbuka,
perasaan kebebasan, dan hadir pada Anda tanpa terlalu emosional. Anda
akan terbuka untuk afinitas dan bisa bergairah. Anda juga tidak memiliki
masalah berdasarkan seksualitas. <strong>Jika itu kurang aktif:</strong> Anda cenderung emosional atau tidak tenang, dan tidak terbuka pada siapa pun. <strong>Jika itu over-aktif:</strong> Anda cenderung sensitif dan emosional sepanjang waktu. Anda mungkin juga akan sangat seksual.<br />
<ol>
<li>Posisi Anda berlutut, dengan punggung lurus, tapi santai.</li>
<li>Letakkan tangan Anda di pangkuan Anda, telapak menghadap atas di atas satu sama lain.</li>
<li>Tangan kiri di bawah, telapak menyentuh jari-jari belakang sebelah kanan, dan jempol bersentuhan lembut .</li>
<li>Berkonsentrasi pada Chakra sacral dan pada tulang sacral (punggung bagian bawah).</li>
<li>Biarkan diri Anda rileks, masih berpikir tentang chakra, itu artinya bagaimana hal itu akan mempengaruhi kehidupan Anda.</li>
</ol>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.alampur.com/wp-content/uploads/2012/10/Photo-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignright size-full wp-image-64027" height="135" src="http://www.alampur.com/wp-content/uploads/2012/10/Photo-1.jpg" title="Photo-1" width="180" /></a></div>
Terus melakukan ini sampai Anda benar-benar relaks.<br />
<strong>4. Buka Chakra Pusar (kuning)</strong>.
Cakra ini mengelilingi kepercayaan diri, terutama ketika dalam
kelompok. Ketika terbuka, Anda merasa memegang kendali dan memiliki
perasaan yang baik dalam diri Anda. <strong>Jika itu kurang aktif:</strong> Anda cenderung pasif dan bimbang. Anda bisa sering memprihatinkan dan ini tidak menghargai Anda. <strong>Jika itu over-aktif:</strong> Anda cenderung angkuh dan agresif.<br />
<ol>
<li>Anda berlutut, dengan punggung lurus, tapi santai.</li>
<li>Letakkan tangan Anda di atas perut Anda, sedikit di bawah ulu hati Anda.</li>
<li>Biarkan jari bergabung di puncak, semua menunjuk menjauhi Anda. Menyeberangi jempol dan meluruskan jari (ini penting).</li>
<li>Berkonsentrasi pada Chakra Pusar dan pada tulang belakang, sedikit di atas pusar.</li>
<li>Biarkan diri Anda rileks bahkan lebih, terus berpikir tentang chakra, itu artinya akan mempengaruhi kehidupan Anda.</li>
</ol>
Terus melakukan ini sampai Anda benar-benar relaks.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.alampur.com/wp-content/uploads/2012/10/Photo-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignright size-full wp-image-64028" height="135" src="http://www.alampur.com/wp-content/uploads/2012/10/Photo-2.jpg" title="Photo-2" width="180" /></a></div>
<strong>5. Buka Chakra Jantung (hijau).</strong> Cakra ini adalah
semua tentang cinta, peduli, dan sayang. Ketika terbuka, Anda akan penuh
kasih dan ramah, selalu bekerja dalam hubungan bersahabat. <strong>Jika itu kurang aktif:</strong> Anda cenderung dingin dan tidak ramah. <strong>Jika itu over-aktif:</strong> Anda cenderung sangat “mencintai” orang-orang yang menderita karena Anda dan Anda bisa dinilai sebagai orang egois.<br />
<ol>
<li>Duduk bersila.</li>
<li>Biarkan ujung jari telunjuk dan ibu jari bersentuhan pada kedua tangan.</li>
<li>Letakkan tangan kiri Anda di lutut kiri dan tangan kanan Anda di depan bagian bawah dada Anda.</li>
<li>Berkonsentrasi pada Chakra Jantung dan tulang belakang dengan hati.</li>
<li>Sepanjang waktu ini, terus rilekskan tubuh Anda, dan berpikir
tentang chakra bagaimana hal itu dilakukan akan mempengaruhi kehidupan
Anda.</li>
</ol>
Terus melakukan ini sampai Anda benar-benar santai, dan “bersih” kembali perasaan dan/atau mengintensifkannya dalam tubuh Anda.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.alampur.com/wp-content/uploads/2012/10/Photo-3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" class="alignright size-full wp-image-64030" height="135" src="http://www.alampur.com/wp-content/uploads/2012/10/Photo-3.jpg" title="Photo-3" width="180" /></a></div>
<strong>6. Buka Chakra Tenggorokan (biru muda).</strong> Cakra ini
didasarkan pada ekspresi diri dan komunikasi. Ketika cakra terbuka,
mengekspresikan diri mudah, dan seni menjadi cara yang bagus untuk
melakukan ekspresi diri. <strong>Jika itu kurang aktif:</strong> Anda
cenderung untuk tidak berbicara terlalu banyak, sehingga Anda
diklasifikasikan sebagai pemalu. Jika Anda sering berbohong, chakra ini
dapat diblokir. <strong>Jika itu over-aktif:</strong> Anda cenderung banyak bicara, itu mengganggu banyak orang. Anda juga bisa menjadi pendengar yang sangat buruk.<br />
<ol>
<li>Sekali lagi, duduk di lutut Anda.</li>
<li>Silangkan jari Anda di bagian dalam tangan Anda, tanpa jempol. Biarkan sentuhan jempol di puncak, dan menarik mereka sedikit.</li>
<li>Berkonsentrasi pada Chakra Tenggorokan di dasar tenggorokan.</li>
<li>Sepanjang waktu ini, terus relaksasikan tubuh Anda, konsentrasi pada
cakra tenggorokan dan bagaimana hal itu dilakukan akan mempengaruhi
kehidupan Anda.</li>
<li>Terus melakukan hal ini selama sekitar lima menit, dan perasaan “bersih” akan mengintensifkan sekali lagi.</li>
</ol>
<br />
<strong>7. Buka Chakra Third Eye (biru).</strong>
Seperti namanya, chakra ini berhubungan dengan wawasan. Ketika terbuka,
Anda memiliki kewaskitaan sangat baik, dan cenderung bermimpi banyak
hal. <strong>Jika itu kurang aktif:</strong> Anda cenderung melihat
orang lain seperti yang Anda pikirkan. Terlalu sering mengandalkan
kepercayaan, Anda juga cenderung bingung dalam sebagian besar waktu
Anda. <strong>Jika itu over-aktif:</strong> Anda cenderung untuk hidup
dalam imajinasi dunia sepanjang hari. Pada tingkat ekstrem, Anda bisa
menderita lamunan atau bahkan halusinasi.<br />
<ol>
<li>Duduk bersila.</li>
<li>Letakkan tangan Anda di depan bagian bawah payudara.</li>
<li>Letakkan tangan Anda di depan bagian bawah payudara. Jari tengah
harus lurus dan menyentuh puncak, menunjuk menjauhi Anda. Jari-jari
lainnya ditekuk dan menyentuh pada dua falang atas. Ibu jari menunjuk ke
arah Anda dan bertemu di puncak.</li>
<li>Berkonsentrasi pada <em>Third Eye Chakra</em>, posisinya sedikit di atas bagian tengah dua alis.</li>
<li>Sepanjang waktu ini, relaksasikan tubuh secara alami, dan terus
berpikir cakra, dan bagaimana hal itu dilakukan akan mempengaruhi
kehidupan Anda.</li>
</ol>
Terus melakukan ini sampai sama “bersih” atau mengintensifkan latihan ini.<br />
<strong>8. Buka Chakra Crown (merah muda).</strong> Ini adalah chakra
ketujuh dan paling spiritual. Ini mengelilingi hikmah makhluk dan
menjadi satu dengan alam semesta. Ketika cakra ini terbuka, prasangka
menghilang dari Anda, dan Anda menjadi lebih sadar akan dunia dan
tercipta koneksi ke diri sendiri. <strong>Jika itu kurang aktif:</strong> Anda cenderung untuk tidak memiliki sense spiritual, dan mungkin cukup kaku dalam pikiran Anda. <strong>Jika itu over-aktif:</strong> Anda cenderung untuk <em>intellectualize</em>
hal sepanjang waktu. Spiritualitas tampaknya datang pertama di pikiran
Anda, dan jika Anda benar-benar over-aktif, Anda bahkan mungkin
mengabaikan kebutuhan tubuh Anda (makanan, air, tempat tinggal dan
lain-lain).<br />
<ol>
<li>Duduk bersila.</li>
<li>Letakkan tangan Anda di bawah perut Anda.</li>
<li>Biarkan jari-jari kecil menunjuk ke atas dan menjauh dari Anda,
menyentuh di puncak mereka, dan melintasi sisa jari dengan ibu jari kiri
bawah kanan.</li>
<li>Berkonsentrasi pada Chakra Mahkota, di bagian paling atas kepala Anda (ubun-ubun).</li>
<li>Tubuh Anda sekarang harus benar-benar santai, dan pikiran Anda harus berdamai. Namun, jangan berhenti berkonsentrasi pada <em>Crown Chakra</em>.</li>
</ol>
Meditasi ini adalah yang terpanjang, dan harus mengambil tidak kurang dari sepuluh menit.<br />
<span style="text-decoration: underline;"><strong>PERINGATAN:</strong></span> tidak menggunakan meditasi ini untuk <em>Crown Chakra</em> jika <em>Root Chakra</em> Anda tidak kuat atau terbuka. Sebelum berurusan dengan chakra terakhir ini, Anda memerlukan “pondasi” kuat kuat.</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-21464525120835418192013-02-06T15:52:00.005-08:002013-02-06T15:52:55.568-08:00CARCA BATU PERMATA MIWAH MUSTIKA (salinan lontar)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="post-info clear-fix">
Posted <span class="by-author"> by <span class="author vcard"><a class="url fn n" href="http://lontaradhygita.wordpress.com/author/lontaradhygita/" rel="author" title="View all posts by lontaradhygita">lontaradhygita</a></span></span> in <a href="http://lontaradhygita.wordpress.com/category/lontar-batu-permata/" rel="category tag" title="View all posts in Lontar batu permata">Lontar batu permata</a> <br />
</div>
<div class="post-extras">
<strong>Tags</strong><br />
<a href="http://lontaradhygita.wordpress.com/tag/batu-permata/" rel="tag">batu permata</a>, <a href="http://lontaradhygita.wordpress.com/tag/carca/" rel="tag">carca</a>, <a href="http://lontaradhygita.wordpress.com/tag/mustika/" rel="tag">mustika</a><br />
</div>
<strong><span style="text-decoration: underline;"><a href="http://lontaradhygita.files.wordpress.com/2011/08/leaves.jpg"><img alt="" class="alignnone size-medium wp-image-64" height="199" src="http://lontaradhygita.files.wordpress.com/2011/08/leaves.jpg?w=300&h=199" title="leaves" width="300" /></a><br />
</span></strong><br />
<ol>
<li><strong>Jaga Satru</strong>, Mirah gadang meterawang kuning wiadin
gadang, sarupaning paluning pande, kawisesan manusa punah, wiadin butha
dengen, Kala pisaca punah denya, Dewa asih muaang Dewa pitara, Amastu
Rahayu.</li>
</ol>
<ol start="2">
<li>Duk sang Pandawa nangun tapa ring Gunung Mandara Giri, aana geni
ring ajeng, marupa Manik putih, Kukus, Ngaran Suttangsu, meteja kadi
damar, mangurat ijo, palanya ngaran panulak musuh sakti, muang bucari.</li>
</ol>
<ol start="3">
<li>Mirah ireng masurya lalima kuning, ngaran Jaga Satru dahat utama.</li>
</ol>
<ol start="4">
<li>Mirah Bang blang putih, matemahan manik maya makliyab tangi dumilah
metu kukus ngaran Windu Sara. Utama dahat penolak Satru. Pangemit raga,
momon.</li>
</ol>
<ol start="5">
<li>Mirah bang makedep, katen saking ngencorot, kadi surya wawu endag,
yang genahang ring jembung medaging toya ening, toya ika barak kadi rah,
ika ngaran Mirah Ratna Rakta Mirah Bayu. Palanya tan katemah ring
senjata, saluwiring pakaryan manusa, luwiring musuh asih, nembah, olas
asih toyanya kaanggen pangelebur Mala dosa.</li>
</ol>
<ol start="6">
<li>Mirah bang mesurya dumilah, ngaran <strong>Mirah Adi</strong>, utama dahat anggen pekemit raga miwah pakurenan.</li>
</ol>
<ol start="7">
<li>Soca kuning, meteja kadi malah tan malah-malah tur madiyut kadi
netraning kesari, metu kukus ngaran Sitangsu, sarin tanah ring genah
Sang Arjuna manguntapa, anggen penolak Satru ngaran Jaga Satru.</li>
</ol>
<ol start="8">
<li>Mirah mesinar bang, memanik maya kuning luwih utama pengrangkep, pakemit raga, jaga satru pengasih agung.</li>
</ol>
<ol start="9">
<li>Mirah putih mekedep, cekok tuwi benjo, matoya kuning ring tengahne, tur makedep putih, diyut ipun sekadi intan, ngaran <strong>Jelijih Asli</strong>, anggen pasikepan raga, buntil ring sabuk.</li>
</ol>
<ol start="10">
<li>Mirah gadang sekadi buah anggur, matemahan manik asiji ring tengahnya dumilah nyemprot, ngaran <strong>Mirah Mata Kucing</strong>. Dahat utama yan meteja geni maurab tur madyanglalah, ngaran <strong>Jaga Satru Utamaning Utama</strong>.</li>
</ol>
<ol start="11">
<li>Mirah gadang, gadang nguda wiadin gadang wayah, mateja kadi tejaning
damar mabiyanglalah, ika ngaran Mirah Jaga Satru Utamaning Utama.
Akuweh pangraksanya. Sarupaning tampak palun pande, kawisesaning manusa,
leyak, neluh nerangjana, desti, papendeman, acep-acepan, sami tan
tumawuh miwah punah, luputing ala maala, selampahnya amangguh rahayu,
widhi muang betara asih, palanya samangkana kejatinya.</li>
</ol>
<ol start="12">
<li>Mirah putih matuntang biru, meteja surya, ngaran Mirah Jaga Satru,
dahat mautama palanya keanggen pangimpas-impas, pengangge sane medal
ring saniscara wage.</li>
</ol>
<ol start="13">
<li>Saluwir batu campu besi, mas, perak, temaga, kuningan, timah, logamika anggen pangiid durjana.</li>
</ol>
<ol start="14">
<li><strong>Batu bolong, les kelor, tiying buluh empet</strong>, anggen pangimpas agung tan kasoring anusuh, astawayang ring prajapati.</li>
</ol>
<ol start="15">
<li><strong>Widuri wiraka sika</strong>. Soca tangi marupa dadu, mecelek tangi matutup barak, pengangge wong mebakti ring dewa.</li>
</ol>
<ol start="16">
<li><strong>Kecubung.</strong> Mirah dadu mecelek tangi.</li>
</ol>
<ol start="17">
<li><strong>Ratua rupa</strong>. Mirah putih kuning, meteja tiga, kawenang nglukat keni cetik.</li>
</ol>
<ol start="18">
<li><strong>Kebo sakenang (kebo kunang-kunang).</strong> Soca putih (ireng) mekeliyab putih, makedop, tan patlehteh denya macelek pada jenar, wetu geni murub, buduhang wong istri.</li>
</ol>
<ol start="19">
<li><strong>Bregeni.</strong> Mawak mirah bang makliyab putih, meteja tangi, wetu maandus putih, utama luwih.</li>
</ol>
<ol start="20">
<li><strong>Mirah Ulu (Ulung).</strong> Mirah ireng makliyab, meteja
barak, masuwat serat, jatinya mautama, dewanya Bathara Siwa, Pawuni
sadarana, utama kaanggen mebakti ke dewa.</li>
</ol>
<ol start="21">
<li><strong>Kusuma wiranata</strong>. Mirah biru meteja barak, kadi geni murub, maulat tejanya.</li>
</ol>
<ol start="22">
<li><strong>Manggala Grawune Ulan</strong>. Mirah putih kuning, tejanya matungtung kuning nyatur manyeleg gading. Panganggen pemangku kahyangan tiga.</li>
</ol>
<ol start="23">
<li><strong>Layon</strong>, putih mewarna pelung, tur matuktuk kuning mada matuktuk biru.</li>
</ol>
<ol start="24">
<li><strong>Nila pangkaja</strong>, mirah biru anom, rupanya mebawa bang, mesawang sada dadu, kaanggen anak maoton Budha.</li>
</ol>
<ol start="25">
<li><strong>Mirah bang biru parsi</strong>. Matelektek kecubung kasihan kanten, makejagat pitra nraka, kawenang manunggu swarga luwih.</li>
</ol>
<ol start="26">
<li><strong>Bu manda anggun</strong>, mirah abang mebawa tangi, utama kaanggen mebakti ring dewa, turun dewane sembahta.</li>
</ol>
<ol start="27">
<li>Pada ngambu, mirah abang macelek treng.</li>
</ol>
<ol start="28">
<li><strong>Manjangan Bang</strong>, merah terang bertitik dadu. Mirah abang mekliyeb kuning kadi surya, yang mangkana tejanya ya twi ngaran mirah adi utama.</li>
</ol>
<ol start="29">
<li><strong>Ratna Maduri</strong>, mirah bang mecelek putih, druwen bethara Sambu, penganggen sang maoton Sukra.</li>
</ol>
<ol start="30">
<li><strong>Cempaka</strong>, mirah kuning masuwat bang.</li>
</ol>
<ol start="31">
<li><strong>Golo Raja Mertasanjiwani</strong>, mirah marupa cempaka
pelung, masuwat putih, muwang maserat barak, matungtung kuning, majejer
nguda cendana, druwen Sang Hyang Nilla Kanta, yang kena upadrawa, kena
cor dening mitra, kapastu dening guru, katemah wong nista, karuwat
pitranya anggon angentas, druwen bethara Siwa, witnya magenah ring
mandara giri, kapingit antuk Betara Nawa Sanga.</li>
</ol>
<ol start="32">
<li><strong>Tataksih Samudra Sara</strong>, mirah kuning meteja putih,
metu kuskus kadi ombak, utama anggen mebakti ke segara muwang dalem,
ring surya palanya Grahana muang Candra kapaangan.</li>
</ol>
<ol start="33">
<li>Yang kita manyidra ring daging soca utama, iki tengeranya, ring
kandanya wilang denprayatna, poma, poma, poma. Saluwiring sane kabawos
utama patut kekaryanang lelabaan, segehan bang, akepel, canang, manisan,
segehan 9 tanding katur ring Bethara Sakti Tengahing Segara.</li>
</ol>
<ol start="34">
<li>Mirah Ireng kumedep, madyut biru, masinar kuning, maurat kuning kadi kalimayah, ngaran <strong>Siwa Sekala</strong>, mirah utama panganggen sang Putus Angawerat. Palanya asih wong kabeh, astawayang ring Sang Hyang Tiga Sakti.</li>
</ol>
<ol start="35">
<li>Mirah barak mesawang ireng, tur maburat kadi padma, putih burat ipun maketel selem, ngaran <strong>Padma Agung</strong>, utama dahat anggen gegelaran ring pakurenan pengelebur mala, Widhi asih.</li>
</ol>
<ol start="36">
<li>Mirah ireng kumedep biru mesawang gadang dumilah, tur matemahan
manik maya, kuning, ika mirah utama, pelinggih Ida Siwa Tiga, anggen
gegelaran rang Raga, Dewa Asih, nangin arang <strong>Mirah Ika.</strong></li>
</ol>
<ol start="37">
<li>Mirah cempaka wilis, maurat kadi rambut, ngaran <strong>Mirah rambut Sedana</strong>,
utama dahat, wenang anggen pengasih, miwah pangastawa ring Ida Ayu
Swabawa ring Kahyangan Melanting, sane sampun kawuswus ring saudagar
ageng miwah alit, patut kasungkemin antuk para dagang sami.</li>
</ol>
<ol start="38">
<li><strong>Mirah Ijo Manten, pirus, zambrud, sapir biru</strong>, wenang kaanggen ring sane medal dina Sukra pon.</li>
</ol>
<ol start="39">
<li>Mirah Ireng Maening kumedep, tan pata leteh, masurya kadi surya wawu endag, mabyanglalah, makukus kadi tejan damar, ngaran <strong>Kresnadana.</strong></li>
</ol>
<ol start="40">
<li>Mirah kadi batun delima, mawarna putih, bang nguda, ijo kuning,
ireng, biru, ungu, wiyadin alit miwah cekak-cekok, ika tuwi sarin tanah,
sarin toya, sarin sinar, ika mardugama jati merangkap.</li>
</ol>
<ol start="41">
<li>Mirah ireng makedep, madyut putih miwah kuning, kadi sang ketatur
madaging urat leser kuning, metu teja ijo muwang biru, masinar kadi
namu-namu, metu geni ngaran <strong>Pharta Wijaya</strong>. Utama dahat kaanggen anak Agung.</li>
</ol>
<ol start="42">
<li><strong>Mirah Winda Sara</strong>, sarin tanah genah sang Bima
mayoga, anggen pengijeng pekarangan, penolak musuh sakti. Warnanya abang
mebawa tangi, mateja geni murub dumilah, sinar surya, mirah masurya
kembar, surya candra ngaran sarin tanah ring genah sang Nakula mangun
tapa. Utama anggen ngastwa ring Bethara Tiga Sakti.</li>
</ol>
<ol start="43">
<li>Mirah bang macelek putih matemahan Manik Maya ngaran <strong>Ratna Dwitya</strong>, penganggen anak istri.</li>
</ol>
Mirah marupa kadi getih, dumilah tan matah-matah, metu kukus matemahan manik maya maran <s div=""></s></div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-82465652492726840012013-02-06T15:51:00.000-08:002013-02-06T15:51:48.915-08:00ARTI LAMBANG SWASTIKA DALAM AGAMA HINDU <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Artikel-artikel ini dikutip dari berbagai sumber<br /><br /><img alt="" border="0" src="http://www.babadbali.com/image/bullet/swastika150.gif" /><br /><br />LAMBANG SWASTIKA HINDU<br /><br />Swastika
merupakan salah satu simbol yang paling disucikan dalam tradisi Hindu,
merupakan contoh nyata tentang sebuah simbol religius yang memiliki
latar belakang sejarah dan budaya yang kompleks sehingga hampir mustahil
untuk dinyatakan sebagai kreasi atau milik sebuah bangsa atau
kepercayaan tertentu.<br /><br />Diyakini sebagai salah satu simbol tertua
di dunia, telah ada sekitar 4000 tahun lalu (berdasarkan temuan pada
makam di Aladja-hoyuk, Turki), berbagai variasi Swastika dapat ditemukan
pada tinggalan-tinggalan arkeologis ( koin, keramik, senjata, perhiasan
atau pun altar keagamaan) yang tersebar pada wilayah geografis yang
amat luas.<br />Wilayah geografis tersebut mencakup Turki, Yunani, Kreta,
Cyprus, Italia, Persia, Mesir, Babilonia, Mesopotamia, India, Tibet,
China, Jepang, negara-negara Skandinavia dan Slavia, Jerman hingga
Amerika.<br /><br />Budha mengambil swastika untuk menunjukkan identitas Arya.<br /><br />Makna
simbul Swastika adalah Catur Dharma yaitu empat macam tugas yang patut
kita Dharma baktikan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk umum
(selamat, bahagia dan sejahtra) yaitu:<br />1. Dharma Kriya = Melaksanakan swadharma dengan tekun dan penuh rasa tanggung jawab<br />2. Dharma Santosa = Berusaha mencari kedamaian lahir dan bathin pada diri sendiri.<br />3. Dharma Jati=Tugas yang harus dilaksanakan untuk menjamin kesejahtraan dan ketenangan keluarga dan juga untuk umum<br />4.
Dharma Putus=Melaksanakan kewajiban dengan penuh keikhlasan berkorban
serta rasa tanggung jawab demi terwujudnya keadilan social bagi umat
manusia.<br /><br />Makna yang lebih dalam yaitu Empat Tujuan Hidup yaitu Catur Purusartha / Catur Warga: Dharma, Kama, Artha, Moksa.<br />1. Dharma = Kewajiban/kebenaran/hukum/Agama/Peraturan/Kodrat<br />2. Artha = Harta benda / Materi<br />3. Kama = Kesenangan / Hawa Nafsu<br />4. Moksa = Kebebasan yang abadi<br /><br />Swastika dalam berbagai bangsa<br />Simbol
ini, yang dikenal dengan berbagai nama seperti misalnya Tetragammadion
di Yunani atau Fylfot di Inggris, menempati posisi penting dalam
kepercayaan maupun kebudayaan bangsa-bangsa kuno, seperti bangsa Troya,
Hittite, Celtic serta Teutonic. Simbol ini dapat ditemukan pada
kuil-kuil Hindu, Jaina dan Buddha maupun gereja-gereja Kristen (Gereja
St. Sophia di Kiev, Ukrainia, Basilika St. Ambrose, Milan, serta
Katedral Amiens, Prancis), mesjid-mesjid Islam ( di Ishafan, Iran dan
Mesjid Taynal, Lebanon) serta sinagog Yahudi Ein Gedi di Yudea.<br /><br />Swastika
pernah (dan masih) mewakili hal-hal yang bersifat luhur dan sakral,
terutama bagi pemeluk Hindu, Jaina, Buddha, pemeluk kepercayaan
Gallic-Roman (yang altar utamanya berhiaskan petir, swastika dan roda),
pemeluk kepercayaan Celtic kuna (swastika melambangkan Dewi Api Brigit),
pemeluk kepercayaan Slavia kuno (swastika melambangkan Dewa Matahari
Svarog) maupun bagi orang-orang Indian suku Hopi serta Navajo (yang
menggunakan simbol itu dalam ritual penyembuhan). Jubah Athena serta
tubuh Apollo, dewa dan dewi Yunani, juga kerap dihiasi dengan simbol
tersebut.<br /><br />Di pihak yang lain, Swastika juga menempati posisi
sekuler sebagai semata-mata motif hiasan arsitektur maupun lambing
entitas bisnis, mulai dari perusahaan bir hingga laundry.<br /><br />Bahkan
perusaha besar Microsoft menggunakan lambang swastika miring ke kanan 45
derajat, mungkin sebagai lambang keberuntungan. Karena sampai saat ini
tercatat sebagai perusahaan terkaya di Dunia.<br /><br />Bahkan, swastika
juga pernah menjadi simbol dari sebuah kekejaman tak terperi saat Hitler
menggunakannya sebagai perwakilan dari superioritas bangsa Arya. Jutaan
orang Yahudi tewas di tangan para prajurit yang dengan bangga
mengenakan lambang swastika (Swastika yang “sinistrovere”: miring ke
kiri sekitar 45 derajat) di lengannya.<br />Swastika sebagai lambang Dewa Ganesha (anak Shiva yang bermuka gajah), sebagai makna Catur Dharma.<br /><br />Kata
Krishna pada Arjuna di medan pertempuran .. ketika Arjuna harus
berperang melawan saudaranya sendiri inilah yang salah ditapsirkan oleh
Hitler yaitu “Lakukanlah apapun yang harus kau laukukan selama itu
adalah tugasmu. Kau harus mengemban tugasmu dengan baik walaupun itu
berarti harus membunuh (untuk kebaikan), karena melakukan tugasmu dengan
baik adalah bentuk pengabdian pada Tuhan”<br /><br />Hitler mungkin
tertarik pada arti swastika makanya dia mengambil lambang swastika dan
membaliknya, makanya dia bisa mambunuh dengan tanpa rasa bersalah.
Karena dia berpikir apa yang diperbuatnya adalah apa yang benar. Dia
berlindung dibawah Swastika yang arahnya terbalik, yang semestinya untuk
makna Catur Dharma.<br />sumber : <a href="http://www.indoforum.org/showthread.php?t=36324">indoforum</a><br /><br />-------------------------------------------------------------------------------<br />
Setelah sang Suyasa memperbaiki cara duduknya. Rsi Dharmakertipun mulailah:<br />
“Anakku,
tadi anakku mengucapkan panganjali: “Om Swastyastu”. Tahukah anakndaapa
artinya? Jika belum, dengarlah! OM adalah aksara suci untuk Sang Hyang
Widhi.<br />
Nanti akan Guru terangkan lebih lanjut. Kata Swastyastu
terdiri dari kata-kata Sansekerta: SU + ASTI + ASTU, Su artinya baik,
Asti artinya adalah, Astu artinya mudah-mudahan. Jadi arti keseluruhan
OM SWASTYASTU ialah “Semoga ada dalam keadaan baik atas karunia Hyang
Widhi”. Kata Swastyastu ini berhubungan erat dengan simbol suci Agama
kita yaitu SWASTIKA yang merupakan dasar kekuatan dan kesejahteraan
Buana Agung (Makrokosmos) dan Buana Alit (Mikrokosmos).<br />
<span id="more-668"></span><br />Bentuk
Swastika ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan galaksi atau
kumpulan bintang-bintang di cakrawala yang merupakan dasar kekuatan dari
perputaran alam ini. Keadaan alam ini sudah diketahui oleh nenek moyang
kita sejak dahulu kala dan lambang Swastika ini telah ada beribu-ribu
tahun sebelum Masehi. Dan dengan ucapan panganjali Swastyastu itu anakku
sebenarnya kita sudah memohon perlindungan kepada Sang Hyang Widhi yang
menguasai seluruh alam semesta ini. Dan dari bentuk Swastika itu
timbullah bentuk Padma (teratai) yang berdaun bunga delapan (asta dala)
yang kita pakai dasar keharmonisan alam, kesucian dan kedamaian abadi.<br />
Sang Suyasa:<br />Oh
Gurunda, maafkan kalau hamba memotong. Hamba tidak mengirademikian luas
maksud dari ucapan panganjali atau penghormatan hamba tadi itu.
Betul-betul hamba tidak tahu artinya. Hamba hanya mendengar dmeikian,
lalu hamba ikut-ikutan saja.<br />
Rsi Dharmakerti:<br />Memanglah
demikian tingi nilai dari ajaran Agama kita anaknda. Guru gembira bahwa
anaknda senang mendengarnya. Ketahuilah bahwa kata SWASTI (su + asti)
itulah menjadi kata SWASTIKA. Akhiran “ka” adalah untuk membentuk kata
sifat menjadi kata benda. Umpamanya: jana - lahir; janaka - ayah; pawa -
membakar; pawaka - api, dan lain-lainnya. <br />
Ingatkah anaknda apa yang Guru pakai untuk menjawab ucapan panganjali itu?Rsi Dharmakerti:<br />Tidak
mengapa anaknda, Guru akan jelaskan bahwa arti kata OM SHANTI, SHANTI,
SHANTI itu ialah: Semoga damai atas karunia Hyang Widhi”<br />
Shanti
artinya damai. Dan jawaban ini hanya diberikan oleh orang yang lebih tua
kepada yang lebih muda. Sedangkan jawaban atau sambutan terhadap
panganjali “Om Suastiastu” dari orang yang sebaya atau dari orang yang
lebih tua cukuplah dengan Om Swastiastu yaitu sama-sama mendoakan semoga
selamat. Hanya yang lebih tua patut memakai. Om Shanti, Shanti, Shanti
terhadap yang lebih muda. Atau dipakai juga untuk menutup suatu uraian
atau tulisan.<br />
Sang Suyasa:<br />Gurunda, maafkan atas kebodohan
diri hamba. Akan sangat banyak yang hamba tanyakan supaya benar-benar
sirnalah segala kegelapan yang melekat di jiwa hamba. <br />
Gurunda, walaupun kedengarannya agak ke-kanak-kanakan maafkanlah jika anaknda bertanya apa arti agama itu sendiri.<br />
sumber : <a href="http://www.pustakahindu.info/2008/11/25/om-swastiastu-dan-swastika/">pustaka hindu</a></div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-34678249166219938472013-02-03T04:30:00.001-08:002013-02-03T04:30:40.171-08:00Mengenal Hidup<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Hidup itu Gaib, maka tidak bisa dikenali dengan perabot pada diri
kita, yang bersifat ragawi (materiil). Jadi, tidak bisa ditangkap oleh
Panca Indera kita, keberadaannya (eksistensinya).<br />
Telah diuraikan di depan, bahwa Hidup itu kuasanya Gerak, letaknya (“lungguhe”) berada di Rasa. Jadi hanya bisa dirasakan.<br />
Yang dimaksud dengan Rasa dalam buku ini, bukan rasa yang merupakan salah satu indera dari panca indera, <em>sense</em>, tetapi Rasa yang ada di dalam diri kita, feeling.<br />
Kita semua merasa, sebagai Orang Hidup. Dan kita pasti mengakui, bahwa
kalau ditinggalkan Hidup, kita mati. Dan kalau kita Mati, semua yang ada
pada diri kita, kepandaian, pengalaman, kehebatan, derajat-pangkat,
kehormatan, kedudukan sosial, harta-benda, bahkan orang orang yang kita
cintai, semua tidak berarti lagi. Semua tidak punya nilai lagi bagi
kita.<br />
Semasa masih hidup, kita bisa seperti sekarang ini karena dalam diri kita masih ada Hidup (“Isih kalenggahan Urip”).<br />
Penulis bisa menulis buku ini, karena ada Hidup dalam dirinya. Pembaca bisa membaca ini, karena ada Hidup dalam diri pembaca.<br />
Maka, marilah kita akui keberadaan Hidup itu, dan dengan jujur kita akui
pula betapa sangat pentingnya peranan Sang Hidup itu pada diri kita.<br />
Marilah kita berhenti memperbudak Hidup, dan kita mulai menjadikan diri kita sebagai Abdhinya Hidup.<br />
Siapa yang harus mengakui keberadaan dan peran Hidup itu ? Kita masing
masing. Siapa diri kita itu? Tujuh Lapis Raga kita, dengan segala
kerjanya.<br />
Marilah, 7 (tujuh) lapis raga kita, seluruhnya kita ajak untuk mengakui
keberadaan dan peranan Hidup atas diri kita. Kita ajak seluruh 7 (tujuh)
lapis raga kita untuk tunduk dan menjadi abdhinya Hidup, agar setiap
saat, raga kita itu diselamatkan dari hal hal dan perbuatan yang
dikemudian hari bisa membuat kita tidak bahagia dan tidak bisa langsung
kembali ke asal kita.<br />
Karena hidup itu Gaib, maka untuk mengenalnya memerlukan Sarana yang bersifat Gaib pula.<br />
Seluruhnya ada 5 (lima) sarana gaib, yang didapat Romo Herucokro Semono
dari lakunya yang 41 tahun (1914 -1955). Maka, disebut Panca Gaib.<br />
Sarana Gaib I, disebut K U N C I<br />
Ini, gunanya, untuk memberikan bukti kepada diri kita masing masing, bahwa hidup itu memang ada dalam diri kita.<br />
Yang dimaksud bukti, adalah bahwa diri kita masing masing, dengan
menggunakan “Kunci” itu, tidak hanya percaya bahwa dalam diri kita ada
Hidup, tetapi membuktikan, merasakan sendiri.<br />
Dan kalau “Kunci” itu dihayati sungguh sungguh, diri kita masing masing
akan diberi bukti tidak hanya tentang keberadaan Hidup, tetapi juga
bagaimana bekerja dan kuasanya Hidup itu, atas kehidupan dan penghidupan
kita sehari-hari.<br />
Mohon perhatian :<br />
Jangan tergesa-gesa. Pertimbangkan, renungkan dulu masak masak.<br />
Benarkah kita memang ingin hidup Bahagia Sejati (Tentram), agar bisa selanjutya mencapai kasampurnan jati ?<br />
Kalau kita tidak yakin, bahwa segala sesuatu itu Tuhan yang menentukan,
dan yang terbaik itu apabila sesuai dengan kehendak Tuhan atas diri
kita, maka seyogyanya jangan dulu mengenal Hidup, apalagi menggunakan
Kunci Hidup itu.<br />
Kalau kita yakin bahwa Tuhan yang menentukan segalanya, dan yang terbaik
bagi diri kita adalah yang sesuai dengan kehendak Tuhan, bolehlah
dilanjutkan.<br />
Kalau belum yakin, bukannya tidak boleh, tetapi nantinya pasti akan dan
ditinggalkan lagi, kehendak dan jalannya Hidup, yang sebenarnya
merupakan kehendak dan jalan yang dikehendaki Tuhan bagi diri kita.<br />
“ KUNCI “<br />
Dalam menjalani Laku selama 41 tahun, Romo Semono menghabiskan waktu 25 tahun hanya untuk melengkapkan “Kunci” saja.<br />
Tiap saat beliau hanya dapat satu huruf. Beberapa saat lagi, baru satu
huruf lagi. 25 tahun baru huruf huruf yang beliau dapat itu lengkap,
menjadi “Kunci”.<br />
Jadi, “Kunci” itu bukan merupakan buah hasil pikiran Romo Semono.<br />
Maka, kalau satu suku kata saja berubah, sudah bukan “Kunci” Hidup lagi, dan tidak akan ada gunanya.<br />
Oleh karena itu, sampai saat ini, semua yang menghayati Laku Kasampurnan
ini, apapun suku, bangsa dan bahasanya, dalam menggunakan Panca Gaib,
diantaranya “Kunci”, harus tepat seperti apa adanya.<br />
Tidak perlu, artinya tidak ada gunanya, kata kata dalam “Kunci”
diartikan. Hal ini justru hanya akan mempersulit dan menghambat
penghayatan kita. Apalagi diterjemahkan.<br />
“Kunci” itu berupa kata kata, hanya disebabkan karena Romo Semono yang
menerima, diwajibkan meneruskan kepada sesama manusia, yang menghendaki.<br />
Sebenarnya “Kunci” itu Gaib. Kalau tanpa disertai kata kata kita tidak mampu menerimanya.<br />
Tidak perlu dipikirkan arti dari kata-katanya.<br />
Romo Herucokro Semono sendiri pernah menegaskan :<br />
“ Kunci iku dhudhu unine, dhudu unen-unene, nanging kang mahanani uni”
(Kunci itu bukan bunyinya, bukan kata-katanya, tetapi yang menyebabkan
adanya bunyi).<br />
Bahkan Romo Herucokro Semono pernah pula menyatakan :<br />
“Upomo Kunci iku kudhu kaparingake marang wedus, mbokmenowo unine
embek.” (Seandainya Kunci itu harus diberikan kepada kambing, barangkali
bunyinya embek).<br />
Kata-kata “Kunci” :<br />
Gusti ingkang Moho Suci,<br />
Kulo nyuwun pangapuro dumateng Gusti ingkang Moho Suci;<br />
Sirolah, Dhatolah, Sipatolah;<br />
Kulo sejatine satriyo / wanito,<br />
nyuwun wicaksono, nyuwun panguwoso,<br />
kangge tumindhake satriyo/wanito sejati;<br />
Kulo nyuwun, kangge anyirnakake tumindhak ingkang luput.<br />
Catatan :<br />
Agar tidak terjadi salah faham :<br />
Kata kata Sirolah, Dhatolah, Sipatolah, olah-nya dari kata seperti olah –
olah, olah – rogo, dan semacamnya yang artinya “obah” atau gerak.<br />
“Anyirnakake tumindhak ingkang luput”, maksudnya “lupute dewe”, salah pada diri sendiri.<br />
Ada yang menggunakan :<br />
“hanyirnakake”,<br />
Boleh saja, silahkan dicoba, mana yang dirasakan lebih pas/cocok, bagi dirinya masing masing.<br />
Lain-lainnya, satu suku kata saja, tidak boleh berubah.<br />
Bahkan orang orang asing, lafalnyapun harus benar.<br />
Tidak boleh di sini, artinya, kalau berubah, tidak ada gunanya sama sekali, karena sudah bukan “Kunci” lagi.<br />
Kata “satriyo” digunakan oleh Pria dan kata “wanito” digunakan oleh Wanita.<br />
Menggunakan “KUNCI”<br />
Sering digunakan istilah “salah kaprah”, Membaca Kunci (Moco Kunci). Maksudnya bukan membaca dalam arti harfiah (leterlijk).<br />
A. Dihafalkan dulu, kata-katanya, sampai hafal betul dan betul pula lafalnya.<br />
B. Kalau sudah hafal, lakukan sebagai berikut :<br />
1. Duduk sesantai mungkin, sampai seluruh otot terasa lemas, lepas, napas sudah teratur, tidak memikirkan bernafas lagi.<br />
2. Niat untuk menggunakan “Kunci”<br />
3. Kedua mata terpejam rapat.<br />
4. Tunggu sampai kedua lengan dan tangan bergerak sendiri, bersikap menyembah (patrap Kunci) – lihat gambar 1.<br />
5. Ucapkan dalam Rasa, kata kata “Kunci”<br />
Selanjutnya, apapun yang dirasakan, termasuk kalau lengan dan tangan
bergerak sendiri, ikuti saja. Tidak perlu takut sama sekali. Tidak akan
terjadi apapun, yang tidak baik.<br />
Semua itu merupakan tanda, merupakan bukti, bahwa hidup itu benar benar
ada dalam diri kita dan bisa kita rasakan sendiri, kita buktikan sendiri
keberadaannya.<br />
Latihlah terus, di saat saat senggang. Lama lama kita akan hafal
betul, bagaimana rasanya, kalau kita menggunakan “Kunci” Hidup itu.<br />
Kapan menggunakan “KUNCI”<br />
“Tangi turu gregah Kunci, arep turu Kunci, ono opo-opo Kunci, ora ono
opo-opo Kunci” (Bangun tidur segera Kunci, mau tidur Kunci, ada apa apa
Kunci, tidak ada apa apa Kunci).<br />
Jadi, yang wajib dilakukan adalah begitu bangun tidur, sebelum berbuat apapun, Kunci, dan saat mau tidur, Kunci.<br />
Bangun tidur Kunci, maksudnya, agar sepanjang hari, kita dilindungi
oleh Hidup. Dilindungi oleh Hidup, maksudnya agar kita dihindarkan dari
berbuat salah, juga perbuatan salah terhadap diri kita, dihindarkan oleh
Hidup.<br />
Contoh :<br />
Dalam rangka Penulis momong kadhang-kadhangnya selama bertahun-tahun,
kalau ada kadhang kecopetan, pasti karena lupa Kunci. Belum pernah
Penulis alami, ada kadhang yang tidak lupa Kunci, kecopetan di jalan.<br />
Mau tidur Kunci. Maksudnya, agar sekalipun kita tidur, jadi raga
sudah tidak ingat apa apa dan tidak bisa apa apa, Hidup selalu menjaga.<br />
Contoh :<br />
Tidak sedikit kadhang yang mengalami, kalau ada sesuatu, sekalipun
tertidur pulas, serasa ada yang membangunkan. Dan kemudian ternyata,
bangunnya itu memang berguna.<br />
Ada apa apa Kunci, tidak ada apa apa Kunci.<br />
Di manapun kita berada, dalam keadaan apapun, dari pada melamun, atau
berfikir yang tidak tidak, lebih baik digunakan untuk “membaca” Kunci
dalam rasa. Tentu saja, tidak perlu “patrap Kunci”, yaitu bersikap
menyembah seperti dalam Gambar 1.<br />
Sikapnya, disesuaikan situasi dan kondisi kita saat itu.<br />
Pengalaman,<br />
Banyak sekali kadhang yang mengalami, dengan tidak lupa Kunci, Hidup
menghindarkan dirinya dari melapetaka, kecelakaan, musibah, atau
kejadian yang tidak mengenakkan. Tahunya setelah terjadi.<br />
Mendapatkan “KUNCI”<br />
Telah kita ketahui, kata kata “Kunci”, dari membaca tulisan di depan.<br />
Kalau menggunakan “Kunci” dari menghafal tulisan itu, bisa, tetapi
sampai bisa benar benar merasakan dayanya “Kunci” dan membuktikan pula
kerjanya Hidup, karena menggunakan “Kunci”, sebaiknya, mintalah “Kunci”
itu kepada salah seorang yang sudah lebih dulu menghayati Laku
Kasampurnan.<br />
Nantinya, yang memberikan bukan manusianya, tetapi Hidup memberikan
kepada Hidup. Jadi dari Gaib kepada Gaib, yang diberikan, “Kunci” itu,
juga Gaib.<br />
PENGHAYATANNYA<br />
Sesudah kita menggunakan “Kunci”, sebenarnya 7 (tujuh) lapis raga
kita, jadi kita manusianya, menyembah kepada Hidup. Kita berjanji, akan
menjadi Abdinya Hidup. Sembah kita kepada Hidup, akan diteruskan kepada
Hidup yang menghidupi alam semesta seisinya, Tuhan Yang Maha Esa.<br />
Jadi, kita memulai suatu penghayatan, yang sekaligus Pengalaman suatu
laku, yaitu yang disebut Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo
Mijil, atau secara umum juga dikenal sebagai Penghayatan Kapribaden.<br />
Agar tidak salah faham, laku ini adalah sebagai berikut :<br />
Bisa dijalani (dihayati dan diamalkan) atau “dhilakoni” oleh anak
umur 3 tahun. Asal sudah bisa menghafal “Kunci”, sudah bisa menghayati
dan mengamalkan laku ini.<br />
Bahkan Sarana Gaib ini, sudah bisa diberikan kepada bayi yang baru
lahir. Penghayatan ini, tidak mengenal keharusan “tirakat”, “melekan”,
berpuasa “ngebleng”, “kumkum” (berendam di air), meditasi dan
sebagainya.<br />
Inti Penghayatannya adalah :<br />
Selalu tidak lupa kepada Hidup lalu selalu minta prtunjuk Hidup
sebelum melakukan apapun dan mengikuti segala petunjuk Hidup, sekalipun
bertentangan dengan keinginan dan kehendak kita semula.<br />
Karena Guru Sejatinya Hidup kita sendiri, maka Guru Sejati itu yang
paling tahu atas diri kita, dan Guru Sejati itu yang tahu apa sebenarnya
kehendak Tuhan atas diri kita, dan bagaimana seharusnya melaksanakan
semua itu. Guru Sejati itu akan selalu menyesuaikan dengan keadaan kita,
kalau kita masih umur sekolah Taman Kanak kanak, maka Guru Sejati itu
akan jadi Guru Taman Kanak kanak. Bagi yang sudah dewasa, Guru Sejati
akan jadi Dosen atau maha Guru-nya.<br />
Guru Sejati, dalam memberikan tuntunan berupa petunjuk kepada kita,
sesuai dengan nasib yang kita alami, kita jalani dan kita hadapi serta
kita kerjakan masing masing.<br />
Maka, tidak ada 2 orang yang petunjuknya Hidup sama. Cap jari 2 orang Saudara kembarpun, tidak sama.<br />
Laku kita sama, yaitu sama sama mengikuti Hidup, tetapi Lakon kita berbeda satu sama lain.<br />
Petunjuk Hidup, diberikan sesuai lakonnya masing masing, tetapi
intinya sama, yaitu agar tidak menyimpang dari jalan yang dikehendaki
Tuhan atas diri kita masing masing.<br />
Penghayatan ini, sedikitpun tidak menyuruh orang meninggalkan hal hal
yang bersifat duniawi. Jadi, dalam menjalani kehidupan dan penghidupan,
malahan harus wajar, harus biasa saja.<br />
Kesenangan duniawipun, boleh dirasakan, dinikmati. Tetapi kita akan
selalu dituntun, kesenangan yang bagaimana yang tepat untuk diri kita.
Jadi kita terhindar dari menikmati kesenangan, yang kemudian berakibat
kesedihan atau kesengsaraan.<br />
Yang memang ditakdirkan harus kaya, juga boleh, tetapi akan selalu
dituntun, agar kekayaan yang didapat sekarang ini, tidak mencelakakan
atau menyengsarakan di kemudian hari. Termasuk tidak akan mencelakakan
atau menyengsarakan anak cucu.<br />
Memiliki kekuasaan (tentu saja sementara), juga boleh. Akan dituntun,
agar jangan salah menggunakan kekuasaan itu. Sehingga hasilnya akan
lebih kekal, karena sesuai yang dikehendaki Tuhan.<br />
Yang ingin cukup, juga boleh, artinya selalu ter-cukup-i, segala yang dibutuhkan. Bukan yang diinginkan.<br />
Semua itu, bukan kita yang menentukan, tetapi setelah kita terima,
kita tidak akan berjalan salah-arah, dengan apa yang ada pada diri kita.<br />
Kepandaian, kemampuan, kekayaan, kekuasaan, dan lain-lain yang ada
pada diri kita, akan selalu digunakan oleh Hidup, dengan perantaraan
diri kita, untuk hal hal yang dikehendaki Pemilik dari semua itu, yaitu
Tuhan sendiri.<br />
Hidup itu sama, sebenarnya Satu, (Urip iku podo, sejatine Siji).<br />
Maka, kalau Penghayatan ini, dihayati dan diamalkan (“dhilakoni”) oleh seluruh anggota keluarga, kita akan merasakan hasilnya.<br />
Rasa anggota keluarga yang satu selalu berhubungan dengan rasa anggota keluarga yang lain. Sambung rasa setiap saat.<br />
Karena itu, keluarga akan selalu dalam suatu kesatuan yang kokoh-erat, harmonis, penuh diliputi Rasa Bahagia yang sejati.<br />
Manusia, terbatas oleh dimensi ruang dan waktu. Manusia terbatas kemampuan akal-pikirannya.<br />
Hidup tidak mengenal keterbatasan keterbatasan itu. Hidup bisa
melakukan, mengatur apa saja, yang akal manusia tidak sampai, dan bahkan
menurut akal manusia dikatakan tidak mungkin.<br />
Manusia menyebut mujijat, atas kejadian kejadian yang akalnya tidak sampai. Bagi Hidup, tidak ada mujijat.<br />
Para Penghayat Kapribaden telah banyak membuktikan, sesuai lakonnya
masing masing, terjadinya hal hal yang tidak masuk akal, tetapi benar
benar terjadi. Dan semuanya pasti baik dan benar, serta membuat tentram
(bahagia) si Penghayat.<br />
Pembuktian pembuktian (“paseksen”) itu, diberikan oleh Hidup, agar Manusianya, makin lama makin yakin akan kuasanya Hidup.<br />
Kelanjutannya<br />
Bagaimana?<br />
Apakah setelah membaca uraian di depan itu, masih ingin dan masih
berniat untuk menjalani Laku ini, dengan tujuan Hidup tenteram (Bahagia)
di dunia dan akhirnya bisa Manunggal dengan Yang Maha Suci ?<br />
Pertimbangkan dulu masak masak.<br />
Di dunia ini, ditawarkan ribuan macam cara dan jalan bagi manusia dalam menjalani kehidupan dan penghidupan.<br />
Termasuk diantaranya, faham yang mengatakan, hidup di dunia cuma
sekali. Raih kesenangan dan kenikmatan sebanyak-banyaknya, masa bodoh
nantinya.<br />
Laku ini, tidak menakut-nakuti orang, agar orang mau begini atau
begitu. Juga tidak menjanjikan sesuatu (“ngiming-iming”) agar orang
melakukan ini dan itu. Apapun yang dikerjakan Penghayatnya, adalah atas
kehendak dirinya sendiri (dalam arti Hidup-nya), dan akan dirasakan,
dibuktikan sendiri sendiri, hasilnya.Yang tekun menjalaninya (artinya
selalu patuh pada Hidup), tentu saja banyak bukti didapatnya banyak
manfaat dirasakannya. Sebaliknya, yang setengah setengah, juga setengah
setengah pula hasil yang didapatnya. Hidup itu adil. Manusia,
bagaimanapun bijaksananya, tidak ada yang adil dalam arti sebenarnya.<br />
Yang menyimpangpun (menyalahi kehendak Hidup), juga tidak menunggu
kelak, segera merasakan buktinya (akibatnya), Ini diterima sebagai
petunjuk pula. Hanya dalam bentuk kebalikan, agar kita tidak
mengulanginya.<br />
Kalau selama menggunakan “Kunci”, belum betul betul mendapatkan
pengalaman, pembuktian, bahwa Hidup telah menuntun dan melindungi kita,
jangan dulu tergesa-gesa, minta diberikan kelanjutannya.<br />
Tekuni dulu, menggunakan “Kunci”, biarkan hidup memberikan bukti
kemampuannya mengatur, menuntun dan melindungi, sampai kita benar benar
yakin. Kalau semua itu sudah terjadi, itu baru “satu arah”. Artinya dari
Hidup ke Kita manusianya. belum bisa dari Kita manusianya ke Hidup,
komunikasinya. Jadi, baru komunikasi satu arah. Hidup ke Raga
(manusianya). Raga (manusianya) ke Hidup, belum bisa.<br />
“A S M O” – Sarana Gaib II<br />
Pada waktu kita lahir, orang tua kita hanya melihat bayi yang lahir
itu, yang tampak oleh panca Indera. Jadi, yang diberi nama (asmo), hanya
raganya bayi. Padahal, bayi yang lahir terdiri dari Raga dan Hidup di
dalamnya. Maka, wajar kalau yang dikembangkan selanjutnya, hanya
Raganya.<br />
Kalau ingin bisa berhubungan, berkomunikasi dengan Hidup, maka Hidup itu terlebih dulu, harus diberi “Asmo”.<br />
Dalam hal ini, jangan diterjemahkan dengan Nama, Aran atau jeneng dan semacamnya.<br />
“Asmo”, diberikan, hanya kepada mereka yang sungguh sungguh sudah
membuktikan dayanya Hidup lewat “Kunci” dan sudah yakin benar akan
kuasanya Hidup. Kemudian bertekad untuk bisa mengikuti segala kehendak
(karsanya )-nya Hidup.<br />
Benar ? Sekali lagi. Benarkah anda sudah siap dan bertekad mau
menjalani kehidupan dan penghidupan anda, dengan selalu mengikuti,
menuruti karsanya Hidup?.<br />
Sekali lagi, anda renungkan dan pertimbangkan masak masak. Sebab,
kalau Hidup anda sudah dapat “Asmo”, berarti anda sudah sepenuhnya
menjadi Penghayat Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil
(Penghayat Kapribaden).<br />
Kalau anda mengingkari Hidup, anda akan ditagih oleh Hidup anda sendiri. Sekalipun tak seorangpun tahu.<br />
Dalam Penghayatan ini, tidak ada Guru-Murid. Tidak ada yang Menuntun dan Dituntun.<br />
Kalau Hidup anda sudah dapat “Asmo” , dalam menjalani laku, anda
sepenuhnya berdiri sendiri (mandiri, mandireng pribadi). Guru anda
adalah Hidup anda sendiri, Penuntun anda adalah Hidup anda sendiri. Yang
jadi murid adalah anda sendiri, yang dituntun adalah anda sendiri juga.<br />
Bagaimana ? Siap ? Tidak ragu ragu lagi?<br />
Kalau memang benar benar siap :<br />
Mintalah “Asmo”-nya Hidup anda kepada Kadhang, yang memang sudah diperkenankan memberikan “Asmo”.<br />
Setiap Penghayat, boleh, memberikan “Kunci” Hidup. Tetapi tidak setiap Penghayat diperkenankan memberikan “Asmo”-nya Hidup.<br />
Boleh-tidaknya seseorang memberikan “Asmo”, ditentukan, diijinkan
oleh Hidup itu sendiri, karena laku yang bersangkutan. Bukan diijinkan
oleh seseorang.<br />
Kalau dipaksakan, seseorang memberikan “Asmo”, padahal belum
diperkenankan, maka tidak akan ada gunanya “Asmo” yang diberikan itu.
Yang diberi, tidak bisa menggunakannya.<br />
Perlu diperhatikan juga :<br />
Penghayatan ini bersifat pribadi. Jadi, karena tidak ada satupun
kewajiban berupa Ritual, maka kalau anda menghayati Penghayatan ini, tak
akan ada seorangpun tahu, kalau tidak anda beritahu.<br />
Jadi, kekhawatiran bahwa anda akan diketahui menghayati sesuatu,
padahal tidak anda inginkan, tidak perlu ada, lain halnya kalau anda
sendiri memberitahukan.<br />
“Asmo”, diberikan oleh Hidup kepada Hidup.<br />
“M I J I L “ – Sarana Gaib III<br />
Setelah Hidup anda diberi “Asmo”, maka oleh Kadhang yang memberi
“Asmo” atau Kadhang lain yang ditugasinya, anda akan dituntun caranya
“Mijil”.<br />
Mijil di sini, bukan berarti keluar. Mijil di sini, artinya anda
(Raganya / Manusianya), bisa Miji-hamijeni, Menyatu, bersambungan,
dengan Hidup anda.<br />
Kata-kata “Mijil” :<br />
1. (Asmo), jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, arso . . . . . . . . . .<br />
(Ini digunakan hanya dalam hal hal yang bersifat spiritual – Gulung)<br />
2. (Asmo) , jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, raganiro arso . . . . . . . . . .<br />
(Ini digunakan, sebelum anda, raganya, manusianya, akan berbuat apa saja – Gelar)<br />
Contoh :<br />
1. Seorang Penghayat, dalam menjalani laku, suatu saat dihadapkan pada orang yang meminta pertolongan. Sakit misalnya.<br />
Lalu, dalam rasanya, merasa diperkenankan menolong.<br />
Mijilnya :<br />
(Asmo), jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, arso
“ngusadhani ragane manungso aran . . . . . . . . . . . . . . keparengo
waras”.<br />
Jadi, yang ngusadhani, bukan manusianya, tetapi Ingsun, yaitu hidupnya.<br />
Itu cuma contoh. Titik titik sesudah kata arso, boleh diisi dengan bahasa apapun. Bahasa Ibu dari penghayat yang bersangkutan.<br />
Contoh itu, tidak berarti bahwa Penghayat ini, akan jadi dukun, tugasnya mengobati orang. Sama sekali tidak.<br />
2. Misalnya mau makan, yang makan adalah raganya, maka Mijilnya:<br />
(Asmo) jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, raganiro “arso mangan”.<br />
(Kaserepo kabeh sari-sarine kang dhipangan, ndhadhekake waras lan kuate raganiro”).<br />
Itu semua, kalau anda sudah bisa Mijil.<br />
Mijil untuk pertama kali<br />
Untuk pertama kali, sesudah Hidup anda diberi “Asmo”, Mijilnya adalah sebagai berikut.<br />
(Asmo) jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, “arso mbekso beksaniro pribadi”<br />
(Ini standar, jadi siapapun, untuk pertama kali mijil, mijilnya
begini. Termasuk mereka yang orang asing / bukan orang Indonesia).<br />
Sikap (patrap) Mijil<br />
Kalau keadaan memungkinkan, artinya sedang sendirian, atau dalam
lingkungan kadhang sendiri, maka Mijil dengan sikap (patrap) tertentu.<br />
Tangan di depan ulu hati, semua jari mengarah ke atas, telapak tangan
menghadap ke kiri. Tangan kiri diletakkan di pinggang sebelah kiri,
seperti orang bertolak pinggang.<br />
Sikap (patrap) itu, merupakan lambang. Lambang pengakuan, bahwa
sekalipun Hidup itu berasal dari Tuhan, tetapi Raga kita berasal dari
Bapak dan Ibu.<br />
Waktu Mijil pertama kali, yaitu Mijil Mbekso beksaniro pribadi kedua
lengan dan tangan atau anggota badan lain, bergerak, ikuti saja.<br />
Jangan ditahan-tahan. Rasakan betul bagaimana rasanya kalau Mijil.<br />
Rasa yang demikian itulah yang menandakan bahwa anda Mijil (Hidup dan raga, benar benar menyatu, saling berhubungan).<br />
Rasa itu (rasa Mijil), harus benar benar dikenali (“dhititeni”),
karena pada saat dan keadaan biasa, anda Mijil tanpa ada gerakan, yang
ada hanya Rasa Mijil itu.<br />
Untuk Mijil yang pertama kali, pada umumnya perlu dituntun oleh
kadhang. Salah kaprah dikatakan Mijilake (me-Mijil-kan). Padahal
sebenarnya, Hidup itu Mijil sendiri dengan Raganya.<br />
Maka, lebih tepat dikatakan, bahwa Kadhang yang lebih dulu menghayati
itu, “menuntun caranya Mijil”. Bukan me-Mijil-kan (mijilake).<br />
Selanjutnya, apa gunanya atau kapan digunakannya Mijil itu.<br />
“Arep tumindak opo wae, Mijil”<br />
(Mau berbuat atau melakukan apa saja, Mijil terlebih dahulu).<br />
Mau makan, mau minum, mau buang air, mau mandi, mau bekerja, mau
bepergian, mau nonton bioskop, pokoknya mau apa saja, Mijil dulu.<br />
Contoh :<br />
1. Anda ingin pergi ke rumah seorang teman.<br />
Anda Mijil dulu.<br />
(Asmo, jeneng siro mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso, raganiro “mau pergi ke rumah Susanto”)<br />
Lalu anda rasakan betul. Apa yang anda rasakan ? kalau rasanya
mengatakan “jangan”, atau ada rasa yang berat, seperti menghambat, maka
sebaiknya anda batalkan. Kalau anda tetap pergi, berbagai kemungkinan
yang tidak enak akan terjadi. Misalnya teman anda Susanto tidak di
rumah, atau anda mengalami kesulitan di jalan, atau kalaupun bertemu,
pertemuan itu menghasilkan hal hal yang tidak mengenakkan, dan berbagai
kemungkinan lain.<br />
Kalau sesudah Mijil, lalu anda rasakan, dan rasanya mengatakan “ya”,
atau merasa tidak ada hambatan, pergilah. Hasilnya akan mengakibatkan
tentramnya semua pihak.<br />
2. Anda ingin nonton film ke teater.<br />
Anda Mijil, ternyata setelah dirasakan, terasa seperti dihambat, atau
tidak diijinkan. Sebaiknya rencana anda batalkan. Bisa terjadi, akan
ada tamu, yang lebih penting dari nonton film. Sedang nonton film itu,
bisa kapan saja (lain kali).<br />
3. Anda mau berurusan dengan seseorang.<br />
Anda mijil dulu.<br />
Kalau rasa mengatakan “jangan”, sebaiknya urusan dengan orang itu anda batalkan. Hidup lebih tahu dari anda.<br />
Sekalipun menurut perhitungan anda urusan dengan orang itu akan
menyenangkan, atau akan menguntungkan, tetapi kalau Hidup mengatakan
“jangan”, biasanya akibat di kemudian harinya tidak baik<br />
Dan macam macam contoh lain bisa diberikan. Semua itu, akan anda
dapatkan sendiri, dari pengalaman dan kenyataan yang anda alami sendiri.<br />
Maka, makin banyak kenyataan yang anda alami, bahwa Hidup itu selalu
benar, anda akan makin yakin, bahwa mengikuti petunjuknya Hidup itu
selalu baik dan benar.<br />
Akhirnya, apapun akan dikatakan orang, bahkan apapun akan dikatakan
oleh logika dan ratio anda sendiri, anda akan lebih percaya terhadap apa
yang dikatakan Hidup.<br />
Hidup tidak bisa berbuat jelek, tidak bisa salah.<br />
Yang bisa berbuat jelek dan salah adalah manusianya.<br />
Biasakanlah, mau berbuat apa saja, tidak lupa Mijil dulu. Anda akan
membuktikan sendiri kebaikan dan kebenaran hidup. Baik untuk saat itu,
maupun untuk kemudian.<br />
Ukuran Baik-Buruk, Benar-Salah<br />
Sebelumnya, kita pakai ukuran atau patokan mati, tentang baik-buruk,
benar-salah. Kadang kadang, patokan itu dasarnya adalah kesepakatan
manusia tentang apa yang dianggap baik dan buruk dan apa yang dianggap
benar dan salah. Sering kita jumpai, bahwa norma dan nilai nilai yang
demikian itu, berubah menurut perubahan jaman. “Owah-Gingsir”.<br />
Selain itu, kalau sesuatu perbuatan sudah ditetapkan baik dan benar,
maka dianggap berlaku setiap saat, setiap hari, sampai norma atau nilai
itu diubah.<br />
Misalnya, menolong orang itu dianggap baik dan benar. Tanpa harus
tahu, apakah pertolongan kita itu kemudian disalah gunakan atau tidak.
Padahal membantu orang melakukan perbuatan salah, berarti kita ikut
salah.<br />
Oleh karena itu, sesudah anda bisa Mijil, ketentuan baik-buruk,
benar-salah, tidak lagi berpatokan pada ketentuan mati, melainkan pada
ketentuan Hidup. Suatu perbuatan yang hari ini kita lakukan, adalah baik
dan benar, belum tentu kalau perbuatan yang sama kita lakukan besok,
tetap baik dan benar<br />
Dengan Mijil dulu, sebelum melakukan suatu perbuatan, kita tidak akan
salah kalau diijinkan oleh hidup, pasti baik dan benar. Kalau tidak
diijinkan oleh hidup, dan tetap kita lakukan, pasti buruk dan salah.<br />
Ada kalanya, kita terpaksa melakukan sesuatu, misalnya karena
diperintah atasan, padahal kita tahu, hal itu tidak baik dan tidak
benar. Sesudah Mijilpun, kita tahu, itu tidak baik dan tidak benar.<br />
Dalam keadaan demikian, Mijilnya adalah sebagai berikut.<br />
(Asmo), jeneng siro Mijilo, panjenengan Ingsun kagungan karso,
raganiro arso “menjalankan perintah. Tanggung jawab kembali kepada yang
memerintah (nindhakake perintah. Tanggungjawab bali marang sing
mrentah)”. Maksudnya, tanggungjawab kepada Tuhan. Sedang tanggungjawab
secara lahiriah, kita tetap bertanggungjawab kepada yang memerintah.<br />
Jadi, tak seorangpun tahu, bahwa sebenarnya, tanggungjawab kepada Tuhan sudah kita kembalikan kepada yang memerintah kita.<br />
Menurut pengalaman, kalaupun terjadi sesuatu di kemudian hari, kita
akan dilindungi (“dhiayomi”) oleh Hidup. Cara, jalan dan bentuknya,
sering tidak masuk akal.<br />
Anda, tiap bangun tidur “Kunci”, mau tidur “Kunci”, ada apa-apa
“Kunci”, tidak ada apa-apa “Kunci”. Lalu sebelum berbuat sesuatu “Mijil”
lebih dulu, dan sesudah “Mijil”, anda selalu mematuhi karsanya Hidup
(Ingsun), dan mengalahkan karsanya Aku.<br />
Berarti, anda sudah menjadi Penghayat Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil (Penghayat Kapribaden).<br />
Tetapi, yang anda hayati dan amalkan itu, baru menapak di jalan yang
baik dan benar di dunia. Yaitu di jalan yang dikehendaki Tuhan atas diri
anda.<br />
H a m b a t a n<br />
Hambatan utama dalam menjalani itu semua adalah diri anda sendiri.<br />
Makin pandai orangnya, makin besar pula hambatannya. karena otaknya
makin pandai membantah dengan berbagai argumentasi, dan makin pandai
pula membuat alasan untuk membenarkan dirinya (Aku-nya). Biasanya kalau
sudah terbentur pada keadaan kehabisan akal, baru mau menyerah kepada
kuasanya Hidup. Orang pandai, lama kehabisan akalnya.<br />
Hambatan lain, apabila anda punya kekuasaan dan banyak uang.
Seolah-olah segala kesulitan, persoalan, bisa anda atasi dengan
kekuasaan dan atau uang anda.<br />
Baru mau menyerah kepada kuasanya Hidup, kalau persoalan atau
kesulitan yang dihadapi, tidak bisa diatasi dengan kekuasaan dan uang
yang anda miliki.<br />
Contoh tentang hal ini banyak sekali.<br />
1. Persoalan yang dihadapi menyangkut soal suami / isteri, atau anak.<br />
Kekuasaan yang anda miliki akan sangat berdaya terhadap ribuan orang lain, tetapi tidak berdaya terhadap keluarganya sendiri.<br />
2. Anda atau keluarga anda sakit. Selama dokter/ilmu kedokteran masih
bisa membantu untuk menyembuhkan, anda akan menggunakan kekuasaan dan
uang anda. Anda lalu menganggap semua bisa diatasi dengan kekuasaan dan
uang . Tetapi, kalau dokter dan ilmu kedokteran sudah tidak sanggup,
baru anda lari minta pertolongan orang tua, orang pinter. Jadi anda cari
yang Gaib.<br />
Padahal, tentram itu bukan kalau bisa mengatasi berbagai persoalan
yang silih berganti, tetapi menjalani kehidupan dan penghidupan ini
tanpa persoalan (atau sedikit sekali persoalannya). “Tentrem iku yen ora
ono opo opo”.<br />
Orang yang tenteram, tidak terlalu terombang-ambing oleh gelombangnya
senang-susah, puas-kecewa, tetapi ada atau tidak ada apa apa, selalu
diliputi rasa bahagia.<br />
Segalanya dia jalani dengan sungguh sungguh, tetapi apapun hasilnya
selalu dia serahkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menentukan. Jelas
kiranya, bahwa musuh utama dalam menjalani laku ini, adalah A K U.<br />
“Aku”, sejak asalnya (“gawan bayi”) selalu berisikan :<br />
1. Kesombongan (arrogancy);<br />
2. Egoisme dan Egocentrisme (mementingkan diri sendiri dan memandang segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri);<br />
3. Nafsu (lust);<br />
4. Angkara (kesrakahan);<br />
5. Kemalasan;<br />
6. Ketidak acuhan (ignorancy).<br />
Sifat sifat “Aku” itu selalu bertentangan dengan sifat sifat Hidup (Ingsun).<br />
Maka, kalau ingin bisa lancar menjalani laku ini, harus bisa mengalahkan “Aku” dalam diri kita masing masing<br />
Mengalahkan “AKU”<br />
“AKU” itu begitu kuatnya, karena selain sudah jadi bawaan kita masing
masing sejak lahir, dalam pertumbuhan kita, sengaja atau tidak,
“AKU”-lah yang selalu kita kembangkan.<br />
Makin bertambah umur kita, makin kuat pula “AKU” kita, kalau selama itu kita tidak berusaha sungguh sungguh mengalahkannya.<br />
Kita kenal, bahwa orang tua makin susah dimengerti, makin susah
diajak kompromi, kalau sudah begini maunya ya harus begini, dan
seterusnnya. Itu karena “AKU”-nya sudah terlanjur kokoh-kuat berakar.<br />
Maka, tidaklah cukup kalau mau mengalahkan “AKU” hanya dengan tekad. Karena yang punya tekad itu juga “AKU”.<br />
Mengalahkan “AKU” harus dengan Laku. Dan masih harus dibantu dengan cara, dengan sarana Gaib.<br />
Laku membersihkan Raga (Laku pangumbahing Rogo)<br />
Laku membersihkan Raga ini, pada hakekatnya merupakan upaya mengalahkan “AKU”.<br />
Membersihkan Raga bukan dengan mandi 10 kali sehari, tetapi dengan Laku.<br />
Laku itu adalah :<br />
1) Sabar;<br />
2) Narimo;<br />
3) Ngalah;<br />
4) Tresno welas lan asih marang opo lan sopo wae;<br />
5) Ikhlas<br />
Penjelasannya :<br />
Ad.1. Sabar<br />
Sabar, bukan asal tidak marah.<br />
Memaksakan sesuatu sebelum waktunya, juga termasuk tidak sabar.<br />
Contoh Sabar yang baik adalah seorang ibu yang mengandung. Dengan
penuh rasa cinta kasih, dia pelihara kandungannya, sampai cukup
bulannya. Tak seorang ibupun ingin anaknya lahir sebelum waktunya.<br />
Sabar, harus benar benar terasa sampai sedalam-dalamnya. Berpura-pura
sabar, padahal di dalam dirinya marah bergejolak, tidak benar dalam
laku ini. Ini yang dinamakan Laku Pura-pura suci. “Laku semuci-suci.”
Misalnya karena usia, atau kedudukan, sehingga dirinya dituakan. Lalu
sekalipun sebenarnya marah, tetap tersenyum. Hal ini baik kalau untuk
seorang diplomat. Tetapi tidak benar dalam menjalani laku ini.<br />
Orang Sabar, dalam segala hal berpedoman, step by step slow but sure,
biar lambat asal selamat, alon-alon waton kelakon (kanti becik lan
bener).<br />
Penyakit penyakit seperti Hypertensi (tekanan darah tinggi), neurosis
(gangguan keseimbangan emosi), insomnia (tidak bisa tidur) dan
semacamnya, akan jauh.<br />
Ad. 2. Narimo<br />
Istilah narimo, sering disalah artikan.<br />
Narimo yang sebenarnya, adalah sifat manusia yang dalam segala hal,
berusaha semaksimal mungkin (atau seoptimal mungkin), tetapi sejak
awalnya selalu menyadari dan selalu siap bahwa Tuhanlah yang menentukan.
(Man purposes, God disposes).<br />
Kekecewaan demi kekecewaan yang bisa berakibat (strain), jarang menghinggapi orang yang “narimo”.<br />
Ad. 3. Ngalah<br />
Hanya orang yang menang yang bisa mengalah.<br />
Mengalah yang sebenarnya, adalah kalau kita sampai merasakan senang atau bahagia.<br />
Misalnya, seorang ayah yang punya anak berumur 4 tahun. Sehabis
melihat tinju di televisi, lalu mengajak bertinju ayahnya, di tempat
tidur. Sang ayah mengalah, pura pura knock out. Anaknya senang, dan
berlagak menjadi juara. Tentu saja, ayahnya yang mengalah itu merasa
senang dan bahagia.<br />
Sering kita alami, menghadapi seseorang yang ngotot ingin menang,
karena pengetahuan dan pengalamannya yang masih dangkal. Kita mengalah,
karena menganggap menghadapi kanak kanak. Kalau kita memang menyayangi
orang itu, kita merasa senang melihat dia puas.<br />
Ad. 4. Tresno welas lan asih marang opo lan sopo wae.<br />
(Cinta, kasih dan sayang kepada apa dan siapa saja).<br />
Jadi kita selalu berusaha mencintai dan mengasihi apapun yang ada,
dan siapapun yang kita hadapi. Mencintai apa saja, maksudnya mencintai
benda, mencintai pekerjaan, mencintai binatang dan tumbuh-tumbuhan.<br />
Mencintai siapa saja, adalah mencintai sesama manusia, tanpa pilih
pilih. Menghadapi siapapun, kita landasi rasa cinta pada diri kita.<br />
Gambaran tentang ini.<br />
Romo Herucokro Semono, suatu saat ditanya. “Kalau lakunya Putro diumpamakan anak sekolah, apa tandanya kelasnya sudah tinggi?”<br />
Jawaban beliau : “Tandanya Putro lakunya sudah jauh, kalau jangankan
manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan sekalipun, semua mencintai kamu,
karena kamu senantiasa menanam cinta kasih”.<br />
(“Tandane Putro lakune wis adoh, lamun ojo maneh kang asipat jalmo
manungso, kewan tetuwuhan pisan podo tresno marang jeneng siro, amargo
siro tansah nandhur katresnan”).<br />
Ad. 2. Narimo<br />
Istilah narimo, sering disalah artikan.<br />
Narimo yang sebenarnya, adalah sifat manusia yang dalam segala hal,
berusaha semaksimal mungkin (atau seoptimal mungkin), tetapi sejak
awalnya selalu menyadari dan selalu siap bahwa Tuhanlah yang menentukan.
(Man purposes, God disposes).<br />
Kekecewaan demi kekecewaan yang bisa berakibat (strain), jarang menghinggapi orang yang “narimo”.<br />
Ad. 3. Ngalah<br />
Hanya orang yang menang yang bisa mengalah.<br />
Mengalah yang sebenarnya, adalah kalau kita sampai merasakan senang atau bahagia.<br />
Misalnya, seorang ayah yang punya anak berumur 4 tahun. Sehabis
melihat tinju di televisi, lalu mengajak bertinju ayahnya, di tempat
tidur. Sang ayah mengalah, pura pura knock out. Anaknya senang, dan
berlagak menjadi juara. Tentu saja, ayahnya yang mengalah itu merasa
senang dan bahagia.<br />
Sering kita alami, menghadapi seseorang yang ngotot ingin menang,
karena pengetahuan dan pengalamannya yang masih dangkal. Kita mengalah,
karena menganggap menghadapi kanak kanak. Kalau kita memang menyayangi
orang itu, kita merasa senang melihat dia puas.<br />
Ad. 4. Tresno welas lan asih marang opo lan sopo wae.<br />
(Cinta, kasih dan sayang kepada apa dan siapa saja).<br />
Jadi kita selalu berusaha mencintai dan mengasihi apapun yang ada,
dan siapapun yang kita hadapi. Mencintai apa saja, maksudnya mencintai
benda, mencintai pekerjaan, mencintai binatang dan tumbuh-tumbuhan.<br />
Mencintai siapa saja, adalah mencintai sesama manusia, tanpa pilih
pilih. Menghadapi siapapun, kita landasi rasa cinta pada diri kita.<br />
Gambaran tentang ini.<br />
Romo Herucokro Semono, suatu saat ditanya. “Kalau lakunya Putro diumpamakan anak sekolah, apa tandanya kelasnya sudah tinggi?”<br />
Jawaban beliau : “Tandanya Putro lakunya sudah jauh, kalau jangankan
manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan sekalipun, semua mencintai kamu,
karena kamu senantiasa menanam cinta kasih”.<br />
(“Tandane Putro lakune wis adoh, lamun ojo maneh kang asipat jalmo
manungso, kewan tetuwuhan pisan podo tresno marang jeneng siro, amargo
siro tansah nandhur katresnan”).<br />
Ad. 5. Ikhlas<br />
Pada umumnya, orang mengatakan ikhlas, kalau sudah terlanjur kehilangan sendiri, memberikan sesuatu.<br />
Dalam laku ini, yang dimaksud Laku Ikhlas, adalah :<br />
Setiap saat, menyadari sepenuhnya, bahwa segala yang ada pada
dirinya, seperti kepandaian, pengalaman, kemampuan karena kekuasaan atau
kekayaan yang dimiliki, tenaga, pikiran, waktu, bahkan orang-orang yang
dicintai, semuanya adalah milik Tuhan Yang Maha Esa.<br />
Maka, setiap saat siap, apabila semua yang ada pada dirinya itu,
dikehendaki Pemiliknya, Tuhan yang Maha Esa, mau digunakan untuk
sesuatu.<br />
Kehendak Tuhan itu, diketahuinya melalui Hidup yang ada pada dirinya.<br />
Jadi, ikhlas tidak hanya kalau kehilangan atau memberi, tetapi juga ikhlas menerima apapun.<br />
Misalnya, seseorang, oleh Presiden, diangkat menjadi Menteri
Kesehatan. Dia menerimanya sebagai kehendak Tuhan, yang disampaikan
melalui Presiden, bahwa dirinya dipercaya untuk menyehatkan 180 juta
rakyat Indonesia. Jadi, keadaan kesehatan seluruh rakyat, harus dia
pertanggungjawabkan kepada Tuhan. Dia harus narimo dan ikhlas menerima
beban, tugas dan kewajiban itu. Sama sekali tidak memandang dari segi
kekuasaan, kehormatan, penghasilan yang didapatnya. Itu tidak kekal.
Tetapi kalau dia bisa menjalankan kewajibannya yang diberikan Tuhan
dengan baik, berarti dia melangkah lebih mendekatkan dirinya kepada
Tuhan. Ini akan lebih kekal akibat atau hasilnya.<br />
Kalau seseorang diberi kekayaan melimpah, jauh melebihi kebutuhannya,
dia harus Narimo dan Ikhlas menerima, bahwa dirinya diberi tugas yang
lebih besar bagi kesejahteraan, kebahagiaan sesamanya.<br />
Kalau seseorang diberi kepandaian lebih dari sesamanya, dia harus
Narimo dan Ikhlas mendapatkan tugas memberikan kepandaiannya itu kepada
sesamanya. Dan bukan untuk menguasai sesamanya.<br />
Semua kelebihan yang diberikan itu harus digunakan dengan tepat. Hidup yang tahu, untuk apa dan siapa.<br />
Kalau tidak, maka apabila saatnya datang, Hidupnya tidak akan bisa
langsung kembali kepada Tuhan, karena masih ada beban yang tertinggal.<br />
Sudah mampukah kita mengalahkan “AKU” ?<br />
Belum. “AKU” begitu perkasa dan begitu dalam mengakar dalam diri kita.<br />
Maka sesudah bisa menjalani 5 (lima) Laku pembersih raga, kita masih memerlukan bantuan Sarana Gaib, untuk mengalahkan “AKU”<br />
Sarana Gaib IV yang anda perlukan.<br />
S I N G K I R – Sarana Gaib IV<br />
“Singkir” ini, gunanya untuk menipiskan “AKU” dengan segala sifatnya, termasuk angkara murka dalam diri kita sendiri.<br />
Kata-kata “Singkir” :<br />
Gusti Ingkang Moho Suci,<br />
kulo nyuwun pangapuro dumateng Gusti Ingkang Moho Suci;<br />
Sirolah, Dhatolah, Sipatolah;<br />
Kulo sejatine satriyo / wanito;<br />
Hananiro – hananingsun;<br />
Wujudiro – wujudingsun;<br />
Siro sirno mati dhening satriyo / wanito sejati;<br />
Ketiban idhuku putih, sirno layu dhening (Asmo).<br />
Pada saat-saat senggang, kalau pikiran anda sedang jernih dan tenang, berlatihlah menggunakan “Singkir” ini.<br />
Makin lama, “AKU” di diri anda akan makin menipis.<br />
Ini akan memudahkan anda menjalani laku, karena “AKU”-lah biasanya
yang selalu menentang, melawan kehendak Hidup, kalau mau anda lakukan.
“AKU” selalu tampil dengan berbagai dalih dan alasan, agar anda batal
menjalankan karsanya Hidup.<br />
Sampai dimana Laku anda sekarang :<br />
Bangun tidur “Kunci”, mau tidur “kunci”, ada apa-apa “Kunci, tidak ada apa-apa “Kunci”.<br />
Mau berbuat / melakukan apa saja Mijil dulu. Sesudah Mijil, selalu
melaksanakan karsanya ingsun (Hidup). Kalau bertentangan dengan kehendak
“AKU”, maka kehendak “Aku” yang dikalahkan.<br />
Selalu Sabar, Narimo, Ngalah, Tresno welas asih dan Ikhlas, dibantu “Singkir” mampu menipiskan “AKU” dalam diri sendiri.<br />
Kalau benar, sekali lagi kalau benar anda sudah demikian itu, maka
besar sekali kemungkinannya anda bisa menggunakan Sarana Gaib ke-V,
yaitu Paweling.<br />
P A W E L I N G<br />
Kata-kata Paweling :<br />
Siji-siji, loro-loro, telu-telonono,<br />
Siji sekti, loro dadi, telu pandito,<br />
Siji wahayu, loro gratrahino, telu rejeki<br />
Awas : jangan sampai anda keliru dengan “Aji Pameling” yang digunakan orang untuk berkomunikasi jarak jauh semacam telepathy.<br />
Apabila anda memang sudah seperti yang digambarkan di depan, maka Paweling ini bisa anda gunakan dalam arti yang sebenarnya.<br />
Paweling adalah Sarana Gaib untuk menghubungkan Hidup dalam diri anda
dengan HIDUP yang meliputi (ngalimpudhi) alam semesta seisinya, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa.<br />
Keadaan yang demikian itu, yang sesungguhnya disebut Manunggal.<br />
Juga disebut Manunggalnya Kawulo Gusti, atau manunggalnya Putro
dengan ROMO, atau Manunggalnya Hidup dengan HIDUP yang menghidupi.<br />
(Putro adalah Hidup yang ada dalam diri kita, sedang ROMO adalah
HIDUP yang meliputi, menggerakkan dan menguasai alam semesta seisinya).<br />
Apabila anda benar bisa menggunakan Paweling, anda akan dalam keadaan Manunggal / Menyatu dengan Alam.<br />
Keterbatasan anda sebagai manusia, lenyap (dimensi ruang dan waktu).<br />
Anda akan mengalami berada di lebih dari satu tempat, dalam waktu
bersamaan. Tetapi keberadaan anda itu bukan hanya “bayangan” anda,
melainkan benar benar anda. Ditiap tempat, anda misalnya sama sama
makan-minum dan berbuat seperti biasa. Disaksikan orang lain. Bahkan,
anda bisa berada misalnya di 2 tempat, termasuk mobil andapun jadi dua.
Hal ini beberapa kali sudah terjadi atas seseorang Penghayat laku ini,
dan saksi-saksinya masih hidup.<br />
Tentu saja, kita tidak akan mungkin terus-menerus dalam keadaan manunggal dengan Tuhan. Kita tidak akan kuat.<br />
Maka, kalau sekali sekali diperkenankan merasakan, kita sudah
mendapat anugerah yang tak ternilai. Ini berarti bahwa kita pernah
menjalani “jalan kembali” kita kepada Tuhan.<br />
Suatu kenikmatan dan kebahagiaan tertinggi yang bisa dicapai Manusia.<br />
Apabila seseorang dalam keadaan tersebut, maka apa yang diucapkan
akan terjadi. Sekalipun tidak masuk akal. Atau akal manusia tidak
sampai. Meskipun pada mulanya semua orang tidak percaya dan bahkan
membantah, akan terbukti bahwa ucapannya jadi kenyataan. Dan barulah
orang terpaksa mengakui, sekalipun akalnya tetap tidak bisa menerima.
Lalu, paling paling, disebutnya mujijat, ajaib.<br />
BEBERAPA CATATAN SEBAGAI PENJELASAN<br />
Laku Gelar-Gulung<br />
Gelar artinya yang lahiriah. Gulung artinya yang spiritual, yang gaib.<br />
Penghayat Laku Kasampurnan Manunggal Kinantenan Sarwo Mijil, lakunya Gelar-Gulung.<br />
Artinya :<br />
Apapun yang diterima Gulung, yaitu karsanya Hidup yang tertangkap Rasa, segera di Gelarkan, dilaksanakan.<br />
Catatan :<br />
Karsanya Hidup (“dawuhe Urip”), apabila diterima (di Rasa, juga disebut Roso Jati), harus segera dilaksanakan.<br />
Kalau ditunda pelaksanaannya, kita tidak akan mendapat bukti
kebenaran “dawuh” itu. Tidak akan terjadi, “dawuh” diberikan, tetapi
belum waktunya (belum “titi wanci”). Hidup tidak akan memberikan
“dawuh”-nya, kalau belum waktunya dilaksanakan.<br />
Itu yang disebut “nggelarake gulung”. Maka ada rumus bagi Putro (penghayat laku ini), yaitu :<br />
Krenteg, Budhi, Ono<br />
(Timbul rasa, tergerak rasanya, langsung bertindak, dilaksanakan, akan ada buktinya).<br />
Sebaliknya :<br />
Apapun yang dialami, dihadapi, harus selalu di-Gulung. Artinya,
apapun yang kita alami, kita hadapi, harus Mijil, untuk ditanyakan
kepada hidup, apa sebenarnya makna dari kejadian yang kita alami atau
hadapi itu.<br />
Ini yang dinamakan “Nggulung samubarang kang sipat Gelar” (meng-Gulung yaitu mengecek ke dalam, semua yang bersifat lahiriah).<br />
Jadinya, kita tidak gegabah menyimpulkan segala sesuatu yang kita
alami, kita hadapi, karena kita tahu, makna dan maksud yang tersembunyi
di balik kejadian itu. Dengan bahasa lain, kita tahu, apa yang
sebenarnya menjadi kehendak Tuhan, yang diterima oleh Hidup dalam diri
kita.<br />
Sering, kita alami kejadian yang tidak mengenakkan diri kita. Setelah
di Gulung, kita tahu, bahwa sebenarnya itu merupakan peringatan atau
petunjuk dari Tuhan. Dan ini, hanya Hidup yang tahu. Ini sebenarnya yang
disebut menemukan hikmah dari segala kejadian. Bukan dengan
menghubung-hubungkan melalui pikiran kita (“ngotak-atik gatuk”).<br />
Melatih laku kita<br />
Arena paling baik untuk berlatih menjalani laku ini, adalah dalam
keluarga kita masing masing. Kalau dalam keluarga kita sendiri, kita
sudah bisa seperti digambarkan didepan, kita melatih diri di arena yang
lebih luas. Misalnya di tempat kita bekerja, atau di dalam kita
bermasyarakat.<br />
Tetapi, ada arena yang sangat efektif untuk berlatih, yaitu dalam Sarasehan bersama-sama kadhang kadhang kita.<br />
Romo Herucokro Semono :<br />
“Nek beras sak las dhideplok, mesti ajur. Nanging nek beras sak
lumpang, jenenge dhisosoh. Ora amargo soko alune utowo lumpange, nanging
amargo gosok ginosok antarane las siji karo sijine, dhadhi podo
mlecete, dhadhi podo putihe”.<br />
(Kalau sebutir beras ditumbuk pasti hancur, tetapi kalau banyak,
ditumbuk, bukan karena penumbuknya atau tempatnya, melainkan butir yang
lain, lalu sama sama terkelupas, sama sama menjadi putih)<br />
Jadi saling gosok (gosok-ginosok) antara sesama kadhang, akan sangat mempercepat proses laku kita.<br />
Memang, digosok itu tidak enak, kadang kadang agak sakit, tetapi
kalau kita takut tergosok, kita tidak akan pernah jadi putih (bersih).<br />
Kebersamaan sesama penghayat Laku ini<br />
Seorang penghayat dengan penghayat lain disebut “Kadhang”.<br />
“Kadhang” di sini, artinya seseorang yang hubungannya melebihi saudara kandung.<br />
Romo Herucokro Semono :<br />
“Sedhulur sakringkel iku sing podo mung kulit-dhaginge, dhadhi bisa
bosok, nek kadhang iku Uripe, dhadhi tansah rante-rinante rasane”.<br />
(Saudara kandung itu yang sama hanya kulit-dagingnya, jadi bisa
busuk, kalau kadhang itu Hidupnya, jadi seperti mata rantai, yang
rasanya selalu berhubungan).<br />
Kebersamaan para penghayatnya dinamakan “Kekadhangan”.<br />
“Kekadhangan” ini terbentuk secara alamiah, kalau masing masing memang benar benar mengikuti Hidup.<br />
Di depan sudah dikatakan, bahwa Hidup itu sama, sebenarnya Satu.<br />
Maka, kalau masing masing mengikuti Hidup, akan tertarik untuk menyatu. Bukan cuma bersatu.<br />
Menyatunya sesama Penghayat menimbulkan ke-Guyub-Rukunan yang murni.
Tidak dibuat-buat; bukan karena ada pamrih, dan lebih lebih tidak karena
dipaksa.<br />
Segala perbedaan lahiriah hampir tidak nampak dan tidak terasa.
Kalaupun masih ada, hanya terbatas pada sikap yang didasarkan pada etika
(sopan-santun, tata-krama). Yang muda menghormati yang tua, yang tua
menghargai yang muda.<br />
Yang tua dihormati karena memiliki kematangan jiwa disebabkan
pengalaman dan kedalaman lakunya (“temuwo”), sedang yang muda dihargai
karena kelebihan kepandaian dan semangatnya untuk menimba
sebanyak-banyaknya, serta kemampuannya untuk bergerak aktif, dinamis,
dan kreatif.<br />
Dalam kegiatan apapun, tanpa direncana tanpa diatur. Masing-masing
mengikuti Rasanya. Gaib yang mengatur. Dan hasilnya, apa yang dilakukan
para penghayat itu, saling isi-mengisi, semuanya lengkap, terpenuhi, dan
hasilnyapun membuat bahagia semua orang.<br />
Kunci, Asmo, Mijil, Singkir, Paweling itu bukan doa, bukan “rapal”, bukan mantera atau mantram.<br />
KUNCI<br />
Sering dikatakan, “Moco Kunci ping pitu, nanging pitu iku dhudhu
etungan”. (Membaca Kunci tujuh kali, tetapi tujuh itu bukan hitungan).<br />
Yang dimaksud :<br />
“Membaca” Kunci, harus sampai benar-benar dirasakan, bahwa 7 (tujuh)
lapis Raga, masing-masing, dan seluruhnya, menyembah kepada Hidup.<br />
Jadi, benar-benar sampai terasa. Rasanya kalau 7 lapis Raga,
seluruhnya sudah terkena dayanya Kunci, dan menyembah dalam arti pasrah
kepada Hidup.<br />
Kalau “membaca” Kunci masih bisa menghitung, berarti masih “membaca”
dengan pikirannya, belum dengan Rasa. Rasa tidak pernah bisa dihitung.<br />
Contoh :<br />
Kita bisa menghitung buah sawo, tetapi kita tidak bisa menghitung rasanya sawo.<br />
Banyak orang yang menggunakan Kunci, masih memperlakukannya sebagai
“rapal” atau mantera. Asal kata-katanya sudah “dibaca” dalam batin.<br />
Banyak juga yang “membaca” Kunci masih dihitung.<br />
Sekalipun yang demikian itu juga mendapat pembuktian (paseksen), tetapi bukan itu yang sebenarnya.<br />
Kalau “membaca” Kunci dengan Rasa maka tidak dihitung, sampai
berhenti sendiri. Jangan dipikir, sampai di mana berhentinya, apalagi
sudah berapa kali saat berhenti. Asal sudah berhenti, artinya 7 (tujuh)
lapis Raga sudah seluruhnya menyembah dan berserah diri (pasrah) kepada
kuasa dan pengayomannya Hidup.<br />
Kalau berlatih “membaca” Kunci begini lama kelamaan kita bisa
“membaca Kunci dalam waktu singkat sekali. Bahkan tanpa kata-kata
(unen-unen) Kunci lagi.<br />
Terbuktilah apa yang dikatakan Romo Herucokro Semono, bahwa “Kunci”
iku dhudhu unine, dhudhu unen-unene, nanging kang mahanani uni” (Kunci
itu bukan bunyinya, bukan kata-katanya, tetapi yang menyebabkan bunyi).
Jadi Gaib.<br />
Jangan terjerumus, menjadikan “membaca” Kunci sebagai Ritus (cara
ritual). Rutinitas ritual, sering menjerumuskan kita pada pendangkalan
penghayatan. Hanya kulitnya dan tidak rasanya.<br />
M I J I L (sudah mencakup Asmo)<br />
Masih banyak yang memperlakukan Mijil sebagai mantera.<br />
Misalnya, mau pergi, Mijil dulu. Asal sudah mengucapkan kata-katanya Mijil, langsung pergi.<br />
Padahal, maksudnya Mijil, agar seseorang, sebelum berbuat sesuatu, mendapat Petunjuknya Hidup.<br />
Boleh atau tidak. Kalau bolehpun, akan mendapat petunjuk, apa, berapa, bagaimana, selanjutnya.<br />
Contoh :<br />
Kita mau pergi ke suatu tempat. Kita Mijil, dan tetap “hening”, lalu
mendapatkan rasa, diijinkan. Rasa juga memberi petunjuk, agar lewat
jalan tertentu. Barulah kita pergi.<br />
Seseorang minta bantuan kita, sedang kita memang mampu dan bisa memberikan bantuan itu. Misalnya berupa uang.<br />
Kita Mijil. Akan kita terima di rasa, boleh atau tidak. Kalau tidak,
mungkin saja karena bantuan kita itu akan dia gunakan yang tidak baik
dan tidak benar. Kalau diijinkanpun, kita akan mendapat petunjuk berapa
besarnya bantuan itu yang seharusnya (menurut Hidup) kita berikan.<br />
Dengan Mijil yang benar seperti itu, tujuannya agar jangan sampai
kita berbuat “luput”, berbuat salah menurut ukuran Hidup (ukuran yang
paling baik dan paling benar = beciking-becik lan benering bener).<br />
S I N G K I R<br />
Masih banyak yang menerima wulang-wuruk Romo Herucokro Semono, yang diberikan dengan “sanepan” , kiasan, diterima mentah mentah.<br />
Singkir digunakan untuk menghadapi bahaya angin taufan (lesus),
bahaya api (kebakaran), gempa bumi (lindu) dan gunung meletus. Ini
kiasan, “sanepan”.<br />
Yang dimaksud adalah di dunia kecil, jagad cilik, micro cosmos, yaitu diri kita sendiri.<br />
Angin taufan, adalah suara yang tidak enak didengar. Misalnya fitnah,
cacian, celaan, sindiran, bahkan kritikan terhadap diri kita.
Akibatnya, api berkobar dalam diri kita. Kita jadi tidak tenang, yang
berarti dunia kita gempa bumi. Kalau sudah tidak tahan, mulut kita akan
meledak, buruk, yang berarti gunungnya meletus.<br />
Semua itu, disebabkan karena “AKU” dalam diri kita yang bekerja (makarti). Jadi itu kelakuan Sang “AKU”.<br />
Untuk mengurangi sebanyak mungkin terjadinya angin taufan, api, gempa dan meletusnya gunung diri kita itu, diberikanlah Singkir.<br />
PAWELING<br />
Dua macam kesalah fahaman sering terjadi terhadap Paweling ini.<br />
Yang pertama, memperlakukan paweling seperti Aji pameling. Digunakan
untuk berhubungan dengan orang lain (kadhang) dari jarak jauh. Kalaupun
bisa, sayang sekali. Itu sama dengan “Menembak burung dengan meriam.
Burungnya terbang, pohonnya tumbang”.<br />
Yang kedua, memperlakukan Paweling seperti telepon, untuk menelepon ROMO, Gusti Ingkang Moho suci , Tuhan Yang Maha Esa.<br />
Mohon petunjuk atau “dawuh” bagi dirinya. Lalu apa yang didapat, dianggapnya sebagai “dawuh”-nya ROMO, Gusti Ingkang Moho suci.<br />
Ini sama dengan orang yang diberi satelit komunikasi, lalu hanya
digunakan untuk pacaran. Jadi kalau benar benar ada “dawuh” dari ROMO,
Gusti Ingkang Moho suci, saluran kita tertutup.<br />
Untuk mengatur, melindungi, memelihara Diri Kita (jagad-cilik, micro
cosmos), bahkan untuk memberi pada diri kita, Gusti Ingkang Moho Suci
memberikan kuasaNya (mandatNya) kepada Hidup yang ada dalam diri kita
masing masing.<br />
Jadi tidak perlu dan tidak ada gunanya, membawa-bawa ROMO, Gusti
Ingkang Moho suci. Salah salah, petunjuk atau “dawuh”-nya Hidup (Urip),
kita kira petunjuk atau “dawuh”-nya ROMO, Gusti Ingkang Moho suci.<br />
Petunjuk atau “dawuh” dari ROMO, Gusti Ingkang Moho suci, selalu
menyangkut umum, bukan diri kita pribadi. Dan selalu ada tanda tanda,
misalnya juga diterima sama oleh orang lain. Petunjuk atau “dawuh”
seperti ini, bisa menyangkut diri kita , bisa diri kita tidak ada
sangkut-pautnya sama sekali secara Gelar (lahiriah), Dan pasti terjadi,
sekalipun menurut perhitungan nalar ribuan orang tidak mungkin.<br />
Contoh “dawuh” ROMO, Gusti Ingkang Moho suci :<br />
Tahun 1978, seorang penghayat Kapribaden, menyatakan bahwa Komunisme di Rusia dan Eropa Timur akan hilang<br />
Tak seorangpun, saat itu mau percaya. Dan bahkan semua menyatakan tidak mungkin. Ternyata benar benar terjadi.<br />
Lama sebelum terjadi, seorang Penghayat Kapribaden, menyatakan bahwa
Amerika dan Sekutunya akan menyerang Irak. Bantahan dengan berbagai
analisa dikemukakan (analisa intelejen), yang menyatakan tidak mungkin,
karena Amerika akan mempertimbangkan keikut sertaan Uni Sovyet membantu
Irak.<br />
Ternyata yang terjadi sesuai “dawuh” dan tidak sesuai dengan berbagai analisa akal pikiran.<br />
Banyak lagi, contoh lain.<br />
Oleh karena itu, seyogyanya jangan sembarangan menggunakan Paweling.
Kalau paweling kita gunakan sembarangan, nantinya kita malah tidak bisa
menggunakan Paweling yang sebenarnya, yaitu untuk manunggal-kan Urip
dengan URIP, Putro dengan ROMO, Gusti Ingkang Moho suci.<br />
Sumber : <a href="http://orishop.000space.com/" rel="nofollow">http://orishop.000space.com</a></div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-88569186511033213512013-02-03T03:09:00.001-08:002013-02-03T03:09:08.743-08:00Kembang Wijoyo Kusumo<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
<span style="color: black;"><a href="http://kembang-tongkisugiharto.blogspot.com/2011/02/rahayu.html">Rahayu....</a></span>
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-3137190061477948617" itemprop="description articleBody">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="color: black;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivrDqD8nJebZH0uLqgX0z1Y5jOZgTgAK6kmbs3SY5E97J8o8QHSMQE0_-xyBb6g0H6wtoFiTeigx9CbdJ_RHil7cnoCvb8H0zKrlZA33Uv-BkMKXvOOS2vFg_1RY5bjEcnertWAC0Xh-Q/s1600/Cover.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivrDqD8nJebZH0uLqgX0z1Y5jOZgTgAK6kmbs3SY5E97J8o8QHSMQE0_-xyBb6g0H6wtoFiTeigx9CbdJ_RHil7cnoCvb8H0zKrlZA33Uv-BkMKXvOOS2vFg_1RY5bjEcnertWAC0Xh-Q/s320/Cover.jpg" width="224" /></a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Rahayu....</div>
<div style="text-align: justify;">
Tepat
tanggal 13 malem 14 Nopember 1955, Senen pahing, pukul 18.05, Bapak M.
Semono Sastrohadijoyo "Kanugrahan (berketempatan)" menerima wahyu Eko
Buwono dan pada diri beliau telah jumeneng dalem Kanjeng Romo Prabu
Gusti Herucokro, peristiwa atau kejadian tersebut oleh beliau disebutnya
"KANJENG ROMO PRABU GUSTI HERUCOKRO MIDJIL SOKO ALAS KETONGGO",
Kanjeng Romo telah paring (memberikan) kepada Putro-putronya, yang oleh
beliau disebutnya sebagai : Sabdo, Pangandiko, Pitutur atau Wulang
wuruk, yang dalam bentuknya (wujud) nampak pada indera manusia, dan
pada tanggal 29 April 1978 satu-satunya sabdo yang beliau tulis adalah
"Sabdo Honocoroko" yang arti tulisannya adalah "Romo Mangestoni Putro
Putro Kudu Ngakoni Putro Romo", maka pada setiap tanggal 29 April
diperingati sebagai Peringatan Sabdo Honocoroko. Bahwa apa yang
diberikan itu lungguhnya (tempatnya) bukanlah pada pangerten
(pengertiannya), tetapi pada ROSO SEJATI - SEJATINE ROSO.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pernyataan
beliau saat Mijil, menyatakan bahwa “Ingsun” Mijil, arso nyungsang
bawono balik, arso nggelar jagat anyar. Ingsun (bukan aku) mijil hendak
memutar-balikkan jagad anyar (maksudnya jagat kecil, pribadi manusia),
dan hendak menggelarkan dunia baru. Artinya, kalau selama ini, kita
selalu memperbudak Hidup, selanjutnya terbalik, kita sebagai manusia
akan menjadi abdinya Sang Hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kanjeng
Romo Prabu Gusti Herucokro disimbolkan dengan wujud Bapak M. Semono
Sastrohadijojo (1900 - 1981), beliau mampu menyatukan kekuatan jagad
kecil (diri manusia) dengan kekuatan jagad besar (alam semesta). Sejak
saat itu Kanjeng Romo memberikan siapapun yang menghendaki Urip Sejati
Sejatine Urip, Hidup bahagia (Sabar, Narimo, Iklhas, Tresno, Welas Asih,
kanti Ngalah), agar bisa mencapai “Kasampurnan Jati” (moksha "jika
seseorang meninggal jasad dan rohnya menyatu, sirna pada saatnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hal
hal yang luar biasa atau mukjizat yang beliau tunjukkan itu tidak
luput dari "Urip", Urip itu ya Gusti Ingkang Moho Suci sendiri. Kanjeng
Romo wafat tanggal 3 Maret 1981 dan dimakamkan di Kalinongko, Loano,
Purworejo.</div>
</div>
<div class="post-footer">
<div class="post-footer-line post-footer-line-1">
<span class="post-author vcard">
Diposkan oleh
<span class="fn" itemprop="author" itemscope="itemscope" itemtype="http://schema.org/Person">
<a href="http://www.blogger.com/profile/08984008028990525361" rel="author" title="author profile">
<span itemprop="name">Kembang Wijoyo Kusumo</span>
</a>
</span>
</span>
<span class="post-timestamp">
di
<a class="timestamp-link" href="http://kembang-tongkisugiharto.blogspot.com/2011/02/rahayu.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" itemprop="datePublished" title="2011-02-22T23:19:00-08:00">23.19</abbr></a>
</span>
<span class="post-comment-link">
<a class="comment-link" href="http://kembang-tongkisugiharto.blogspot.com/2011/02/rahayu.html#comment-form">
Tidak ada komentar:
</a>
</span>
<span class="post-icons">
</span>
<div class="post-share-buttons goog-inline-block">
<span style="color: black;"><a class="goog-inline-block share-button sb-email" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=5753147319053870893&postID=3137190061477948617&target=email" target="_blank" title="Kirimkan Ini lewat Email"><span class="share-button-link-text">Kirimkan Ini lewat Email</span></a><a class="goog-inline-block share-button sb-blog" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=5753147319053870893&postID=3137190061477948617&target=blog" target="_blank" title="BlogThis!"><span class="share-button-link-text">BlogThis!</span></a><a class="goog-inline-block share-button sb-twitter" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=5753147319053870893&postID=3137190061477948617&target=twitter" target="_blank" title="Berbagi ke Twitter"><span class="share-button-link-text">Berbagi ke Twitter</span></a><a class="goog-inline-block share-button sb-facebook" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=5753147319053870893&postID=3137190061477948617&target=facebook" target="_blank" title="Berbagi ke Facebook"><span class="share-button-link-text">Berbagi ke Facebook</span></a></span>
</div>
</div>
<div class="post-footer-line post-footer-line-2">
<span class="post-labels">
</span>
</div>
<div class="post-footer-line post-footer-line-3">
<span class="post-location">
</span>
</div>
</div>
<div class="post-outer">
<div class="post hentry" itemprop="blogPost" itemscope="itemscope" itemtype="http://schema.org/BlogPosting">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5678963428361646122" name="266615528581735856"></a>
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
<span style="color: black;"><a href="http://kembang-tongkisugiharto.blogspot.com/2011/02/panca-ghaib.html">Panca Ghaib</a></span>
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-266615528581735856" itemprop="description articleBody">
<div style="text-align: justify;">
KUNCI<br />
Gusti Ingkang Moho Suci<br />
Kulo nyuwun pangapuro dumateng Gusti Ingkang Moho Suci<br />
Sirollah datollah sipatollah<br />
Kulo sejatine satriyo<br />
Nyuwun wicaksono, nyuwun panguwoso<br />
Kangge tumindake satriyo sejati<br />
Kulo nyuwun kangge anyirnakake tumindak ingkang luput.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
PAWELING<br />
Siji siji, Loro loro, Telu telonono<br />
Siji sekti, Loro dadi, Telu pandhito<br />
Siji wahyu, Loro Gratrahino, Telu Rejeki</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
SINGKIR<br />
Gusti Ingkang Moho Suci<br />
Kulo nyuwun pangapuro dumateng Gusti Ingkang Moho Suci<br />
Sirollah datollah sipatollah<br />
Kulo sejatine satriyo<br />
Hananiro, hananingsun<br />
Wujudsiro, wujudingsun<br />
Siro sirno mati dening satriyo sejati<br />
Ketiban iduku putih sirno layu dening.....(Asmo satriyo)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
MIDJIL<br />
(Asmo satriyo).....Jeneng siro midjilo panjenengan ingsun kagungan karso arso.....(Gulung)<br />
(Asmo satriyo).....Jeneng siro midjilo panjenengan ingsun kagungan karso rogoniro arso tumindak.....(Gelar)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
ASMO</div>
</div>
<div class="post-footer">
<div class="post-footer-line post-footer-line-1">
<span class="post-author vcard">
Diposkan oleh
<span class="fn" itemprop="author" itemscope="itemscope" itemtype="http://schema.org/Person">
<a href="http://www.blogger.com/profile/08984008028990525361" rel="author" title="author profile">
<span itemprop="name">Kembang Wijoyo Kusumo</span>
</a>
</span>
</span>
<span class="post-timestamp">
di
<a class="timestamp-link" href="http://kembang-tongkisugiharto.blogspot.com/2011/02/panca-ghaib.html" rel="bookmark" title="permanent link"><abbr class="published" itemprop="datePublished" title="2011-02-22T22:05:00-08:00">22.05</abbr></a>
</span>
<span class="post-comment-link">
<a class="comment-link" href="http://kembang-tongkisugiharto.blogspot.com/2011/02/panca-ghaib.html#comment-form">
Tidak ada komentar:
</a>
</span>
<span class="post-icons">
</span>
<div class="post-share-buttons goog-inline-block">
<span style="color: black;"><a class="goog-inline-block share-button sb-email" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=5753147319053870893&postID=266615528581735856&target=email" target="_blank" title="Kirimkan Ini lewat Email"><span class="share-button-link-text">Kirimkan Ini lewat Email</span></a><a class="goog-inline-block share-button sb-blog" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=5753147319053870893&postID=266615528581735856&target=blog" target="_blank" title="BlogThis!"><span class="share-button-link-text">BlogThis!</span></a><a class="goog-inline-block share-button sb-twitter" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=5753147319053870893&postID=266615528581735856&target=twitter" target="_blank" title="Berbagi ke Twitter"><span class="share-button-link-text">Berbagi ke Twitter</span></a><a class="goog-inline-block share-button sb-facebook" href="http://www.blogger.com/share-post.g?blogID=5753147319053870893&postID=266615528581735856&target=facebook" target="_blank" title="Berbagi ke Facebook"><span class="share-button-link-text">Berbagi ke Facebook</span></a></span>
</div>
</div>
<div class="post-footer-line post-footer-line-2">
<span class="post-labels">
</span>
</div>
<div class="post-footer-line post-footer-line-3">
<span class="post-location">
</span>
</div>
</div>
</div>
</div>
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5678963428361646122" name="1302282171767749213"></a>
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
<span style="color: black;"><a href="http://kembang-tongkisugiharto.blogspot.com/2011/02/roh-suci_22.html">Pambuko Roso</a></span>
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-1302282171767749213" itemprop="description articleBody">
<div style="text-align: justify;">
I. ROH SUCI<br />
Duk semono naliko jenengsiro aneng telenging telogo tanjung<br />
Opo kang ono telenging samudro roh suci<br />
Roh suci sopo kang kagungan, kagungane Gusti Ingkang Moho Suci<br />
Siji, loro mulung<br />
Telung sasi rupo<br />
Patang sasi osik<br />
Limang sasi malik<br />
Enem sasi ngetang<br />
Pitung sasi gya ngajun<br />
Wolung sasi ngetang<br />
Sangang sasi gya midjil</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Lamun arso midjil
ono loro mergane kang siji metu mergo ino, kang siji datan metu mergo
ino, kang metu mergo ino roh suci, kang dadi manungso, iku keno pati,
kang datan metu mergo ino, ratu jalu klawan estri lamun jabang bayi arso
midjil, sopo kang midjil rumuhun, kang midjil rumuhun kawah, kawah
jejuluk "sastrojendro" peparap mami, sak wusnyo sastrojendro aneng njobo
gyo manguwuh-uwuh kadange anom "he jaji kang lagi aneng guwo garbane
ibu", pangudusaniro sastrojendro, jaji jenengsiro den aglis midjil
kadangiro tuwo wus aneng njobo, aneng njobo ono warno-warno kang endah
tur edi-edi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sanaliko jabang
bayi arso metu, pun ibu kroso uwat jabang bayi sanaliko nendro,
hayuningrat arso ngupadi kadang tuwo pembarepipun kang peparap
sastrojendro ono ing ngendi pandunungane, kadang anom arso ketemu, endi
to margoniro ngupoyo bisonyo ketemu, sanaliko hayuningrat uro-uro,
"kakang-kakang sastrojendro, kadangiro anom arso ngupadi ono ing ngendi
papan pandununganiro, kadangiro anom hayuningrat arso matur kadyo pundi
pawartanipun kadangiro anom arso mangerti", wangsulane sastrojendro, "yo
bener kadang ingsun hayuningrat jenengsiro yekti kadang ingsun moro
jaji manjuwo dene gupuh ono ngarsanipun kakang, mulo jenengsiro den
aglis maturo, "eling den eling, lamun eling sun elingi, lamun lali sun
bondo", hayuningrat matur, " lamun luput nyuwun pangaksono", wangsulane
sastrojendro, "paweling ingsun kuwi kanggo adege bener, kadang luput yo
luput, kadang bener yo bener".<br />
<br />
<br />
II. URIP KANG SINEMBAH<br />
1. Sopo kang manggulo wentah ragane manungso iyo urip, kang ngobahake
ragane manungso iyo urip, kang muno iyo urip, kang kroso romongso
ngrasakake iyo urip, mulo urip kang pinilih sakalir datan liyo kejobo
urip, kang sinembah urip, urip kang sinembah sakabehing urip (sedarum),
amergom urip kang kagungan, kang amengkoni sakabehing kahanan.<br />
2. Kahanane wujud, wewujudan kang gumelar aneng ngalam dunyo iku kabeh
den wengkoni urip, urip kang kagungan purbowaseso, kang nguwasani kabeh
kahanan, mulo urip kang gawe gelar gulung ono soko dening urip, datan
ono, soko dening urip, urip iku yekti, urip kang mahanani sakabehing
kahanan, mulo sesembahan nyoto iyo mung urip, bukti luhur luhuring urip
kang sarwo tuwuh manuwuh, kang sarwo sumi menjemi iku yektine urip.<br />
3. Gumelaring jagad anyar saisine pisan, anane mung ringgit purwo,
lampahanipun monosuko manunggal, dalangipun bocah soko gunung, herucokro
semono, iku kang mandegani pagelaran aneng jagad agung ngalam dunyo,
waranggane roso sejati, gamelane dudu gamelan perunggu nanging gamelan
lokananta, swarane gumludug, kang dewe-dewe munyo munining urip, ringgit
purwanipun woco, elingo purwaning dumadi, purwaning dumadine manungso,
tan liyo soko dening roh suci, kang sinabdo tumurun gumelar aneng ngalam
dunyo kang sarwo tuwuh-manuwuh dedalane manunggal kinantenan sarwo
midjil, nora rampung lungguh aneng jagad anyar ora biso den lakoni
bathin, agomo lan ngelmu, tangeh lamun jenengsiro tan mangerti mring
kuncinipun iku kuncining gesang. Moho suci sesebutan ingsun, iku tumrap
sakabehing manungso urip kang tumitah aneng ngalam dunyo, toging anggo
marsudio katone wujud kang anggendong mondong yekti urip, yekti nyoto
nyotone nyoto jenengsiro turu binantalan urip, kinemulan urip, kinasuran
urip, samobahing ragane soko krentege kalbu opo kang jenengsiro sedyo
kudu podo jenengsiro tumekeng wujud, datan ono bedane krenteg kang
mahanani yekti podo ono.<br />
<br />
<br />
III. MUSTIKANING ROSO<br />
1. Mustika mustikaning roso, urip sejatining urip, kang mahanani gelar
gulung kang gumelar aneng ngalam dunyo, kang biso mumpuni roso sedarum
iku gemblenging roso, mumpuni roso sekalir.<br />
2. Purwaning dumadine manungso tan liyo soko dening roh suci kang
sinabdo tumurun gumelar aneng ngalam dunyo, kang sarwo tuwuh-manuwuh
dedalane manunggal kinantenan sarwo midjil.<br />
3. Gelar gumelare manungso soko dening manunggaling roso sejati,
manunggaling bopo klawan ibu, sakarone podo rebut roso, rangkul
rinangkul den podo uwal uwaliro lamun wis podo midjil.<br />
4. Mulo sakabehing poro manungso elingo purwaning dumadi, sun njarwani
marganipun naliko jenengsiro kinandut mring ibuniro, ibuniro rino klawan
dalu tan kendat anggone meminto mring sihing gustine, pamintonipun
ibuniro murih widodo lan dadi tulusing kang kinandut, sangang warso
nandang sengsoro, mbenjang mios wanito wiwah kakung amung sipat dermo
nompo ingkang kagungan urip.<br />
<br />
<br />
IV. PANGKUR (Kanti midjil)<br />
1. Tandur<br />
Sriyoto putraningsun, dasar kanyo tur manis, ati-atiyo malengkung
gumelar ambyar ing tawang, nggumunake manungso sedarum dadi remaning
poro manungso, anane sri sejati, biso mujudi.<br />
2. Tulak ngunduh lan miwiti<br />
Kapi jembawan sesembahan ulun, guru laki kang sejati, kang andadekake
reanane driyo sakabehing manungso, kapi jembawan wujudipun ketek abang,
mulo pujo semedinipun mbenjang lamun kagungan putro/putri kenyo manis
sang dyah diyu jembowati. Katiyasanipun jentik manis, mamanis ndadeake
tentreme manungso yen wus dewoso ingsun gadang-gadang dadiyo prameswari
warine wisnu, wisnu munggal ngejowantah neng ngalam dunyo, tuwuhe sri
sejati kang mabyur, mulo dadi pepundene poro kawulo putri miwah kakung,
ndadekake mulyane poro kawulo sak anak kadang tumeko putu, iku sak
teruse agawe bunga lan tentrem.<br />
<br />
Catetan :<br />
Yoto kuwi pari, sri kuwi laku, triyoto kuwi kinasihe batoro kolo, mulo
sing ngoyak-oyak pangan kuwi batoro kolo, dadi yen triyoto sing
dijejerake ora bakal digudo, ketek abang kuwi kekarepan (karso), pujio
dudu mujo, mujo kuwi lagi laku, pujo kuwi lungguhe dadi jembowati yo
kuwi ghaib, kanggo tetulak, yen matan ono tetulakan pari, jawan kudu
dijebol setitik, kuwi saranane banjur gawe ngubengi sawah sepisan wae
(sing wis wiwit mratak), bakdo kuwi suket jawan banjur dienam (dibundel
wayang) digowo mulih dilebokake lumbung, iki kanggo mengkoni anane pari
kang lagi tuwuh (mratak), ora bedo opo wae tuwuhe jabang bayi kang
winengku kakang kawah.<br />
<br />
<br />
V. MULO JENENGSIRO GELAR GULUNGE ROSO KANG NYOTO<br />
(Dandang gulo)<br />
Poro manungso biso muno-muni iku soko obah osiking roso lati biso
ngunekake tutuk minongko lurung, iku yekti karsaning urip, urip kang
gawe gelar kang dadi panutan, mulo siro darbe karso awit jenengsiro den
lungguhi urip kang ngrenggo rogoniro. Ono kuwi yekti kang nganani,
mahanani mring kabeh kahanan urip kang anganakake saliring gelar gulung
gumelaring roso sakalir kang anglimputi rogo ing telenging telogo
tanjung, eling-eling jenengsiro duk maksih aneng telenging roso sejati
siro durung manunggal, tunggal roso kabeh anglakoni kang nglimput
sakojur badan urip kang dadi wengkune wengku kang bakuh kukuh njrambahi
jagadiro yekti mulo sireki kroso kabeh ing ragamu lan jabeng asmane sopo
kang lungguh anglungguhi ing roso neki lan udinen den tunggal, poro
manungso biso muno-muni iku soko osiking roso lati biso ngunekake tutuk
minongko lurung iku yekti karsaning urip, urip kang gawe gelar kang dadi
panutan, mulo siro darbe karso awit jenengsiro den lungguhi urip kang
ngrenggo rogoniro. Ono kuwi yekti kang nganani, mahanani mring kabeh
kahanan urip kang anganakake saliring gelar gulung gumelaring roso
sakalir kang anglimputi badan, rino klawan dalu eling-eling jenengsiro
duk maksih aneng telenging roso jati, siro durung manunggal.<br />
<br />
<br />
VI. KEKUDANGANE ROMO<br />
Heh putraningsun sami poro satriyo lan wanito mreneo sun jarwani,
mangertiyo jenengsiro wus ingsun sabdo dadi kitab suci sejati adam makno
wastanipun, iku wujudiro wulang reh sejati iku uniniro, berbudi bowo
laksono, kadyo lakuniro pratondo jenengsiro putraningsun.<br />
<br />
<br />
VII. ASMORODONO<br />
Ojo turu sore kaki ono dewo nganglang jagad nyangking bokor kencono
isine dungo tetulak sandang klawan pangan, yo kuwi bagianipun wong urip
sabar narimo.<br />
<br />
<br />
<br />
VIII. SIMBAH TINGGAL WEWELAR<br />
Poro manungso jenengsiro elingo perobahane jagad lawas lan jagad anyar,
sing biso ngetutake perobahane jagad, sing wis eling sangkan paraning
dumadi , kang wis ndarbeni telu kang podo sektine, kang sumromboh
anjrambahi sak indenging jagad. Siji lungguhe roso, loro lakune roso,
telu gelare roso, siji tumrap laku jenengsiro laku tresno, loro
jenengsiro laku welas asih, telu mring sak podo padane ono, yoiku
gemblenge, hanane, gumelare jagad anyar, gulunge jagad lawas, tegese
jenengsiro, siji : rengganen kang momong rogoniro rino klawan wengi,
loro : jenengsiro biso anggulowentah obah mosiking roso, telu : bukti
klawan nyoto jeneng siro kroso, rumongso, ngrasakake opo kang jenengsiro
lakoni tumrap samubarang karyo.<br />
Pakaryan kang guno amigunani, sumromboh mring sejagad yo jagade manungso
urip kabeh, iki sabdo dawuhe kang murbo waseso jati, yo guru jati, yo
pangeran jati, yo moho adil, kang ngadili gawe gelar roso katentreman
tumrap manungso sak indenging jagad royo kang laku kasebut.<br />
<br />
<br />
IX. KINANTI LOBONG<br />
1. Wis katon sasorotipun trontong-trontong amadangi kabeh dunyo kang
gumelar ngalam iki, mangertiyo jenengsiro kang murbo lan amiseso sang
hyang mono jati yekti.<br />
2. Karsane hyang Romo prabu mbengkas durmolaneng bumi kari endang lan
satriyo kang ginadang dadi wiji, wiji janmo kang utomo, tuwuh-manuwuh
sejagad royo, karyo raharjane bumi.<br />
3. Heh kabeh putraningsun pirengno sabdoningsun iki, "ojo podo was
sumelang, ingsun jangkung rino wengi sun emban, sun gendong, siro yekti
tan pisah sarikmo siro ingsun yekti jati".<br />
<br />
<br />
X. LAKU LAN TUMINDAKE PUTRO<br />
- Laku (laku njero)<br />
1. Ojo ngaku (kumingsun) jalaran mratandani goro.<br />
2. Ojo ngrumangsani, jalaran yen ngrumangsani tegese darbe rumongso sumbarang (widagdo ing patrap) malah wigar sabarang gati.<br />
3. Ojo mungkir, tegese selak, kudu jujur sing temen-temenan, ono ucao ono uni.<br />
<br />
- Tumindak (laku njobo)<br />
1. Ojo gumunan, tegese gampang kepincut dening kepinginan, darbe kapribaden dewe.<br />
2. Ojo wegah netepi (nuhoni) darmo minongko jejibahan.<br />
3. Ojo wedi, yo iku tumekaning pasti.<br />
4. Ojo mutung lamun ngalami kegagalan.<br />
<br />
- Kudu biso ngrasuk busono loro<br />
1. Kasarjanan<br />
muluring nalar anane sepisan iku sir, lampahing iku cipto, lungiding iku
budi, telu-teluning mau gembleng dadi siji, yo ingkono lungguhing biso
tumindak opo wae kang wis dadi kewajibane (darmane dewe-dewe).<br />
2. Kasujanan<br />
Tegese minongko kanggo panglimbang amargo bener luput, olo becik kuwi
wis sinandang, tegese yo dadi darbene dewe lan kabeh kuwi mau ono, mulo
murih biso runtute laku lan tumindak biso diwawas (ditimbang-timbang)
kanti temenan, jalaran olo becik, bener luput biso diungkiri maneh,
ingkono mau rogo kang wenang milih, yen tumindake bener sing bakal oleh
kuwi yektine sopo? nanging kosok baline, yen tumindake luput, sing bakal
nompo yo sopo?<br />
<br />
<br />
XI. PAYUNG TUNGGAL JATI<br />
Elingo jenengsiro putraningsun asaliro ono iki soko manunggaling roso
sejati, duk naliko manunggaling bopo lan ibuniro, sakarone manunggal
sawiji, rangkul-rinangkul, tan purun pisah jaji, lamun roso sakarone
durung midjil, lha iku ananiro ing madyo, podo marmo jenengsiro ojo
wani-wani marang wong tuwoniro, yektine kang anjangkung klawan dadio
pepayungiro sinebut payung tunggal jati. </div>
</div>
<span class="post-author vcard">
Diposkan oleh
<span class="fn" itemprop="author" itemscope="itemscope" itemtype="http://schema.org/Person">
<a href="http://www.blogger.com/profile/08984008028990525361" rel="author" title="author profile">
<span itemprop="name">Kembang Wijoyo Kusumo</span></a><a href="http://www.blogger.com/profile/08984008028990525361" rel="author" title="author profile">
</a>
</span>
</span></div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-47739356665971490542013-02-03T02:52:00.000-08:002013-02-03T02:52:31.084-08:00Ajaran Leluhur : ROMO SEMONO --> PANCA GAIB.<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
PANCA GAIB : --> Wahyu yang diterima ROMO SEMONO SASTRO HADIWIJOYO , 14
<br />NOV. 1955
<br />
<br />Merupakan sarana bagi manusia yang ingin mengenal hidup ( Urip ) yang
<br />ada di dalam raganya sendiri, laku raga termasuk pikirannya pasrah dan
<br />setiap saat hanya akan menurut dan menuruti Karsa nya Hidup/Urip.
<br />
<br />Ditambah Laku pangumbahing Rogo ( laku pembersihan/Pensucian raga ) :
<br />Sabar + Narimo + Ngalah + Tresno Welas Asih (manusia, binatang, tanaman
<br />) dan Ikhlas.
<br />
<br />1. KUNCI
<br />Ono opo opo Kunci, ora ono opo opo baca Kunci.
<br />Gusti ingkang Moho Suci , kulo nyuwun pangapuro dumateng Gusti ingkang
<br />Moho Suci , Sirolah Dhatolah Sipatolah. Kulo sejatine satriyo /
<br />wanito , nyuwun wicaksono , nyuwun panguwoso ,kangge tumindake
<br />satriyo/wanito sejati. Kulo nyuwun kangge anyirnakake tumindak ingkang
<br />luput.
<br />
<br />
<br />2. ASMO
<br />4 Asmo diberikan oleh khadang yang memang sudah merasa cukup manunggal ,
<br />atau kepareng memberikan Asmo.
<br /> Diberikan , hanya kepada mereka yang sungguh sudah
<br />membuktikan Kuasanya Hidup. Kemudian bertekad untuk bisa mengikuti
<br />segala kehendak (Karsanya) Hidup.
<br /> Kalau ingin bisa berhubungan , berkomunikasi dengan Hidup,
<br />maka Hidup itu terlebih dahulu harus diberi Asmo .
<br /> Asmo jangan diterjemahkan dengan Nama, Aran, Jeneng dan
<br />semacamnya.
<br />
<br />3. MIJIL
<br />( Asmo ) Jeneng siri Mijilo, panjenengan ingsun kagungan Karso ,raganiro
<br />Arso ( apa saja asal baik dan benar/ waton becik lan bener, raganya
<br />,manusianya akan gelar )
<br />( Asmo ) Jeneng siro mijilo, panjenengan ingsun kagungan karso, Arso
<br /> .. ( digunakan hanya dalam hal yang bersifat spiritual Gulung )
<br />
<br />4. SINGKIR
<br />Membantu dalam menyalahkan AKU nya sendiri.
<br />Gusti ingkang Moho Suci , kulo nyuwun pangapuro dumateng Gusti ingkang
<br />Moho Suci, Sirolah Dhatolah Sipatolah. Kulo sejatine Satriyo/Wanito
<br />, Hananiro hananingsun, wujudiro wujudingsung. Siro sirno mati dening
<br />satriyo / wanito sejati, ketiban iduku putih sirno layu dening ( Asmo )
<br />
<br />5. PAWELING
<br />Kalau 1 4 sampun di jalani dengan baik, yang bersangkutan bisa
<br />menggunakan sarana gaib yaitu Paweling. Akan membawa Hidup si penghayat
<br />menyatu /manunggal dengan Hidup yang menghidupi alam semesta dan dengan
<br />sumber Hidup.
<br />Siji siji , loro loro , telu telonono
<br />Siji sekti , loro dadi, telu pandito
<br />Siji wahayu , loro gratrahino , telu rejeki
<br />
<br />--------------- >>
<br />
<br />Note :
<br />Dalam Penghayatan ini..tidak ada Guru Murid ( Kekadhangan Kadhang =
<br />terkait secara bathin , Rasa ), tidak ada yang menuntun dan yang
<br />dituntun. Kalau anda sudah dapat Asmo, dalam menjalani laku sepenuhnya
<br />berdiri sendiri. Guru anda adalah Hidup anda sendiri.Penuntun anda
<br />adalah Hidup anda sendiri. Yang menjadi murid adalah anda sendiri., yang
<br />dituntun adalah anda sendiri.
<br />
<br />Inti penghayatan :
<br />Selalu tidak lupa kepada Hidup lalu selalu minta petunjuk Hidup sebelum
<br />melakukan apapun dan mengikuti segala petunjuk Hidup , sekalipun
<br />bertentangan dengan keinginan dan kehendak kita semula.
<br />
<br />Cukup banyak para khadang .., segera setelah hafal KUNCI lalu buru buru
<br />minta Asmo. Akibatnya seperti mendapatkan mainan mobil baru. Ketika
<br />masih baru sering di rawat, diingat, di sayang. Setelah sekian
<br />lama..bosan..lalu terbengkelai..ditinggalkan mainan mobil nya .
<br />Asmo , bukan mainan. Kalau selama menggunakan KUNCI , belum betul
<br />betul mendapatkan pengalaman, pembuktian, bahwa Hidup telah menuntun dan
<br />melindungi kita, jangan dulu tergesa gesa , minta diberikan
<br />kelanjutannya (Asmo ). Tekuni dulu , menggunakan KUNCI , BIARKAN
<br />HIDUP MEMBERIKAN BUKTI KEMAMPUAN MENGATUR ,MENUNTUN DAN MELINDUNGI ,
<br />SAMPAI KITA BENAR BENAR YAKIN.
<br />
<br />MIJIL = Miji Hamijeni = menyatu . Menyatukan / menyatunya Raga dengan
<br />Hidup yang ada di dalam dirinya.
<br /> Mijil Mbeksa.., para khadang sampun ninggal aken.
<br />
<br />MANUNGGAL : Kondisi menyatu/sambung nya Hidup dalam diri manusia dengan
<br />Hidup yang menghidupi, mengatur ,menggerakan alam semesta seisinya, yang
<br />juga kami sebut Tuhan YME = gusti Ingkang Moho Suci.
<br />
<br /> Pesan , kanggo para Khadang .. gosok ginosok..
<br />- Perasaan para khadang harus waspada dan sadar terhadap semua
<br />bentuk perasaan yang menyenangkan, yang tidak menyenangkan dan yang
<br />netral, dan bagaimana ia timbul dan lenyap di dalam diri kita sendiri.
<br />- Aktivitas pikiran para Khadang, hendaknya selalu waspada
<br />apakah pikirannya penuh dengan hawa nafsu atau tidak, penuh dengan
<br />kebencian, curiga..menyepelekan..menganggap remeh..orang lain lebih
<br />rendah dari kita atau tidak. Waspada terhadap semua aktivitas aktivitas
<br />pikiran , bagaimana ia timbul dan lenyap.
<br />- Para khadang , jangan sekali kali ingin jadi Guru..( Guru
<br />Spiritual ). Biarlah Hidup yang menghidupi ( yang mbau rekso ) yang
<br />mengajari kulo.., dengan penderitaan dan kesalahan kulo.. , suatu saat
<br />akan timbul kebijaksanaan.
<br />- Para Khadang.., hendaklah arif ..tidak sembarang menilai
<br />apalagi saling menghakimi , dan siap membantu diminta atau tidak
<br />diminta. Persaudaraan..tidak boleh sama sekali di nilai dengan materi,
<br />dunia, harta, kekuasaan, kekuataan gaib. Hidup yang tulus..mengalir
<br />keluar lepas bebas alami dari dalam para Khadang.yang membuat Hidup
<br />kita semakin berisi, indah , agung dan mulia.
<br />
<br />------------- >>
<br />
<br />Semoga yang sedikit ini ada kelak bermanfaat. Tidak suka langsung saja
<br />di delete. Just Simple/no Conflict.
</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-28807809401294650762013-01-31T17:48:00.000-08:002013-01-31T17:48:28.963-08:00Aji Welut Putih <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="color: lime;">
Ini ajian yang sangat bermanfaat di dalam peperangan membela tanah
air. Para pejuang kita dulu banyak mengamalkan ajian ini agar selamat
dari kejaran dan mampu meloloskan diri dari kepungan serta tawanan musuh
dengan selamat. Sekarang, yang tragis ajian ini kebanyakan malah
dimiliki oleh para maling dan perampok yang terampil untuk meloloskan
diri dari kejaran masyarakat dan polisi.</div>
<div style="color: lime;">
Cara mengamalkan ajian ini sebagai berikut: Puasa mutih 7 hari 7
malam dan patigeni 3 hari 3 malam. Mulai puasa pada Jum’at Pahing.
Mantranya:</div>
<div style="color: lime;">
<strong>INGSIN AMATEK AJIKU SI WELUT PUTIH, ARSO MROSOT SAJRONING WATU, MROSOT KERSANING ALLAH.</strong></div>
Mantra ini dibaca ketika berada di dalam situasi bahawa dan dikepung
musuh. Maka otomatis ajian akan bekerja. Kita akan mampu meloloskan diri
karena tiba-tiba terbuka jalan-jalan rahasia dan gaib di depan kita
dengan segera<br />
<br />
NB. Ilmu ini pernah saya dengar doloe dari orang tua, cuma dalam ilmu bali, karna tak kesampaian saya posting dalam blog ini, hanya kebetulan nemu di web........ </div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-30950513446451699042013-01-30T23:02:00.000-08:002013-01-30T23:02:13.982-08:00Manusia Melayang dengan Meditasi Transcendental<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="post-metadata">
<br /> </div>
<a href="http://tmindonesia.files.wordpress.com/2010/12/manusiamelayangdgnyoga.jpg"><img alt="" class="size-full wp-image-38 alignright" height="272" src="http://tmindonesia.files.wordpress.com/2010/12/manusiamelayangdgnyoga.jpg?w=490&h=272" title="ManusiaMelayangDgnYoga" width="490" /></a>Percayakah
jika Anda melihat seseorang yang dapat melayang-layang di udara tanpa
bantuan alat apapun? Sulap atau sihir? Ternyata, peristiwa tersebut
dapat jadi kenyataan. Sebab, ini sebenarnya bukan merupakan fenomena
mistis melainkan semata dapat dijelaskan dengan ilmu fisika.<br />
Hal ini diungkapkan di hadapan ratusan siswa dari Asia yang
mengikuti Asian Science Camp, Sanur, Bali, beberapa waktu lalu oleh
ahli transcendental meditation (TM) Regianto. Murid-murid di sana
diperlihatkan peragaan langsung melayang di udara dengan cara meditasi
yang dilakukan para ahli TM. Enam orang yang memraktikkan meditasi bisa
melayang selama lebih kurang enam detik di udara.<span id="more-37"></span><br />
“Keadaan seseorang dapat melayang di udara karena mengalami yang
disebut transcendental meditation. Dalam tubuh mereka telah terjadi
kinerja otak yang koheren, sehingga dapat melayang,” papar ahli
Regianto. Dalam teori fisika fenomena ini dapat dijelaskan melalui
teori tentang ketahanan dengan koherensi “Meissner Effect”.<br />
Dijelaskan dalam teori ini elektron yang tidak beraturan dapat
menembus medan magnet dengan mudah dan elektron yang koheren tidak
dapat menembus medan magnet. Pemikiran koheren inilah yang dapat
menangkal energi negatif sehingga tubuh kita dapat melayang di udara.<br />
Melayang di udara dengan bermeditasi merupakan salah satu dari
manfaat bermeditasi namun yang terpenting dalam bermeditasi adalah
keselarasan berpikir dan tubuh menjadi sehat. Jika ingin
melayang-layang di udara, Anda dapat bermeditasi tentunya. Berani
mencoba.<br />
Referensi :<br />
<a href="http://pondok-cerita.blogspot.com/2009/02/manusia-melayang-dengan-yoga.html" rel="nofollow">http://pondok-cerita.blogspot.com/2009/02/manusia-melayang-dengan-yoga.html</a></div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-25043428197623844002013-01-30T04:49:00.002-08:002013-01-30T04:49:22.492-08:00 Meditasi (Olah Semedi Seri Dua)<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<strong><em>“Spiritualitas dianggap sebagai suatu kesadaran tentang
ketuhanan dan agama sebagai kesadaran yang nyata tentang ketuhanan
melalui lembaga-lembaga pendidikan”</em></strong><br /><br /> <strong>Pengertian Meditasi</strong><br />Meditasi lebih mudah dipahami sebagai <em>olah raga</em>,
dalam hal ini nafas dan pikiranlah yang diolah. Meditasi dilakukan
dengan jalan memusatkan konsentrasi atau perhatian pada suatu hal saja,
dalam dalam hal ini <em>respirasi</em> atau jalan keluar-masuknya nafas anda sendiri. Meditasi dapat dipahami sebagai <em>olah</em> yang melibatkan dua unsur yakni <em>olah raga</em> sembari melakukan <em>pengolahan jiwa</em>.
Agar supaya berhasil dalam bermeditasi hendaknya melibatkan ketenangan
hati dan batin, serta pengendalian atas aktivitas ragawi yakni pikiran
dan emosi. Tidak kalah pentingnya untuk meditasi, harus didukung oleh
suasana yang nyaman, hening, syahdu, dan tenteram.<br /><br /> <strong>Meditasi Tidak Berhubungan Dengan Agama</strong><br />Pada
prinsipnya proses meditasi sebagai salah satu jalan mengenali diri
sendiri secara metodis dan ilmiah. Meditasi bukanlah ajaran agama
tertentu melainkan ada dalam semua tradisi-tradisi agama besar dunia.
Meditasi terdapat pula dalam berbagai kebudayaan dan ajaran suatu
masyarakat. Dilakukan dengan berbagai macam metode atau tata cara.Tujuan
utama meditasi adalah sebagai sarana mengenali jati diri lebih mendalam
yang berhubungan dengan roh atau <em>spirit</em>, jiwa atau <em>soul</em>. Dalam lingkup spiritualis memandang bahwa jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati (<em>audaimona</em>) berawal dari suatu pengetahuan tentang <em>inner world,</em> substansi “dunia” yang ada dalam diri pribadi (<em>jagad kecil</em>)
atau jati diri. Para pemikir dan spiritualis barat-timur sepakat bahwa
satu-satunya jalan untuk mengetahui diri kita yang terdalam adalah
dengan cara <em>sains</em> meditasi. Sebagai tradisi spiritual yang
paling kuno dan paling sistematis berkembang sejalan perkembangan
peradaban manusia. Sementara itu meditasi dapat dilakukan dengan
berbagai macam metode.<br /><br /> <strong>Flash Back</strong><br />Sepanjang
sejarah peradaban manusia telah melakukan berbagai tradisi meditasi yang
dikelola secara baik dan sitematis. Awal mula tradisi meditasi dimulai
sejak masa sebelum masehi. Beranjak dari berbagai pertanyaan filosofis
tentang <em>self</em>, atau diri pribadi sebagai berikut :<br /><br /> <br />
<ol>
<li>Siapa dan apa <em>aku</em>/self sesungguhnya ?</li>
<li>Apa arti terdalam kehidupan dalam diri ?</li>
<li>Apakah dunia yang tampak di sekitarku, dan yang kuanggap demikian nyata, adalah satu-satunya realitas <em>ada</em> sebagai fenomena ? </li>
<li>Atau apakah ada sesuatu yang lebih besar secara tak terbatas di luar diri, sebagai <em>noumena</em> yang <em>transenden</em> ?</li>
</ol>
Sebagai upaya menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
filosofis di atas, manusia cenderung melangkah ke dalam tradisi
spiritual. Sepanjang peradaban dan <em>sains</em> manusia, pencarian
jati diri akhirnya berhasil menemukan suatu tata cara melalui proses
meditasi. Proses tersebut selanjutnya semakin berkembang dalam
masyarakat luas tidak hanya dilakukan oleh orang-orang berkecimpung
dalam tradisi spiritual saja. Sebab meditasi mempunyai banyak manfaat
yang bisa ditawarkan kepada setiap orang tanpa tergantung apa agamanya.
<br /><br /> <strong>Manfaat Meditasi</strong><br />Asalkan praktek meditasi
dilakukan secara tekun, sabar, tepat dan benar, beberapa manfaat yang
bersifat instan dapat dialami oleh pelaku meditasi secara langsung,
antara lain sebagai berikut : <br /><br /> <ol style="text-align: justify;">
<li>Meditasi
yang benar akan membawa anda dalam suatu pengalaman unik dan berbagai
pengalaman yang menakjubkan sering terjadi di alami dalam dunia <em>inner world</em> (<em>jagad alit</em>). Anda lama-kelamaan semakin menemukan siapa sesungguhnya yang ada di dalam diri sejati. </li>
<li>Timbulnya perasaan bersatu dengan suatu energi dahsyat. Lazimnya energi itulah yang diidentifikasi sebagai <strong><em>atma</em></strong>, energi hidup yang kekal bersumber dari yang <em>transenden</em>
(Tuhan). Pada level ini meditasi dapat dipahami sebagai upaya
memanjangkan atau memaksimalkan usia manusia. dalam sebuah tesis
dilakukan penelitian terhadap orang-orang yang rajin melakukan kegiatan
meditasi, didapatkan hasil yang menggembirakan bahwa pelaku meditasi
rata-rata memperoleh kualitas hidup yang lebih baik, mencakup kesehatan,
ketentraman, dan kebahagiaan. Dengan sendirinya tingkat harapan hidup
menjadi relatif lebih besar.</li>
<li>Tujuan paling utama meditasi adalah upaya mengenali jati diri. Dalam diri manusia dipahami sebagai bentuk <strong><em>jagad kecil</em></strong> yang merepresentasikan keadaan <strong><em>jagad besar</em></strong>
yang sesunggunya. Bila seseorang sudah mengenali jati diri, diharapkan
dapat memahami apa yang terjadi dalam alam semesta sehingga seseorang
dapat bersikap arif dan bijaksana sehingga dapat meraih kehidupan yang
lebih berkualitas.</li>
</ol>
<strong>Teknik Meditasi </strong><br /> Untuk
mempraktikan meditasi, pertama-tama anda harus menemukan satu tempat
yang tenang, bersih dan nyaman. Perlu juga mencari lokasi yang memiliki <em>taste</em>
natural agar memiliki perasaan menyatu dengan alam. Misalnya di dalam
kamar pribadi, bisa juga sambil mendengarkan instrumentasi musik natural
dan lembut. Anda dapat juga melakukan meditasi di luar rumah pada saat
rembulan bersinar terang, suara gemericik air sungai, hembusan angin
sepoi. Lingkungan semacam itu membantu menenangkan pikiran dan
menselaraskan frekuensi <em>inner world</em> dengan frekuensi alam
semesta. Jika meditasi dilakukan di alam terbuka hendaknya Anda lakukan
dengan posisi duduk agar kewaspadaan tetap terjaga. Adapun
langkah-langkah dalam meditasi adalah sebagai berikut :<br /><br /> <ol style="text-align: justify;">
<li>Duduk
bersila dan lakukan posisi punggung yang tegak dengan posisi tubuh
keseluruhan terasa rilek, tidak kaku dan membuat cape. Jangan bungkuk
atau bersandar, karena posisi itu memungkinkan anda terlelap dalam
tidur. Sedangkan tujuan meditasi bukanlah untuk menidurkan diri,
melainkan untuk membangun kesadaran setinggi-tingginya.</li>
<li>Berusahalah
mengosongkan pikiran, dalam arti membuang semua pikiran-pikiran negatif
dan rasa cemas yang mengganggu anda setiap saat. Tahan pikiran anda
dalam keadaan tenang dan terkendali selama anda melakukan meditasi.</li>
<li>Kirimkan
sinyal sugesti ke alam bawah sadar anda bahwa diri anda dapat merasakan
dan menyaksikan hal-hal yang jasad tidak bisa merasakan dan saksikan.
Dalam keadaan tetap rileks, namun cermat, tajam dan waspada.</li>
<li>Pusatkan
perhatian pikiran dan perasaan anda terhadap irama keluar masuknya
nafas anda. Pasang kelima panca indera anda agar dapat merasakan dan
mendengarkan nafas anda ketika nafas keluar dan masuk ke dalam paru-paru
dipompa oleh jantung anda. Karena di dalam nafas anda terdapat <em>atma </em>atau energi pemberi kehidupan. </li>
<li>Apa
yang anda bayangkan atau sugestikan dalam setiap nafas masuk dan keluar
? Pada saat menarik nafas ke dalam tubuh, rasakan suatu energi yang
berwarna putih, bening, dan bersih. Dan pada saat menghembuskan nafas
keluar dari tubuh bayangkan suatu energi berwarna kehitaman dan kotor.
Energi putih dan bersih akan membangkitkan suatu energi kehidupan yang
menyehatkan jasmani dan rohani anda. Rasakan energi <em>atma</em> itu
masuk ke dalam tubuh dan meresap ke dalam setiap sel-sel tanpa kecuali.
Energi putih akan membersihkan dan menguras segala macam kotoran dan
penyakit yang ada di dalam tubuh anda. Setelah itu sugestikan di dalam
bawah sadar anda dengan membayangkan nafas keluar membawa segala macam
kotoran dan penyakit dari dalam tubuh anda, sehingga energi berubah
warna menjadi pekat kehitaman. Energi <em>atma</em> termasuk
membersihkan penyakit stres, depresi, kecemasan, yang tersembunyi di
dalam tubuh dan pikiran anda menjadi lepas bebas tanpa beban lagi.
Biarkan perasaan cemas, ketakutan, kekhawatiran dan keraguan anda pergi
meninggalkan jasmani dan rohani anda.</li>
<li>Kelemahan yang sering
terjadi biasanya pikiran anda secara liar berkelana, seolah sulit sekali
digenggam dalam satu titik pusat perhatian, yakni memusatkan
konsentrasi/perhatian kepada keluar masuknya nafas anda. Mulailah lagi
mensugesti dan membayangkan dalam setiap hela nafas anda. Nafas masuk
membayangkan keadaan alam yang penuh ketenangan, penuh cinta-kasih,
segar, sejuk, nyaman. Semua itu terasa memasuki ke dalam tubuh anda
dengan digerakkan oleh jantung.</li>
<li>Nah, dari rangkaian olah
meditasi di atas yang paling utama anda jaga adalah sikap sabar dan
telaten, jangan terburu-buru atau tergesa ingin merasakan sesuatu yang
menakjubkan. Anda harus tetap ingat bawa tugas utama Anda adalah menjaga
konsentrasi untuk selalu memperhatikan nafas keluar masuk, dan
merasakan gerak gerik darah anda yang mengalir ke seluruh penjuru tubuh
anda.</li>
<li>Sesi latihan ini dilakukan antara 11 hingga 17 menit.
Lama-kelamaan latihan meditasi ditingkatkan waktunya menjadi lebih
lama. Setelah dapat melakukan konsentrasi secara baik dan benar dengan
konsentrasi nafas, selanjutkan anda dapat mengisi pada aspek
spiritualnya. Sehingga banyak pula yang menggunakan suatu mantra atau
doa untuk semedi. Namun demikian, doa atau mantra pada hakekatnya
hanyalah alat untuk memperkuat mental atau aspek batiniah/rohaniah
saja. </li>
</ol>
<strong>Meditasi Mantra </strong><br />Terdapat berbagai macam teknik meditasi. Salah satu yang termasuk paling populer, efektif dan mudah, dikenal sebagai <em>Meditasi Mantra</em>. Meditasi ini menggunakan suatu <em>mantra</em>, untuk mencapai tujuan meditasi dibuka melalui vibrasi suara <em>transendental</em>. Istilah <em>mantra</em> berasal dari bahasa sanskerta terdiri dari dua suku kata yakni <strong><em>man</em></strong> artinya <strong><em>manas</em></strong> atau <em>benak</em> (batin) disebut juga <em>magie</em>, dan <strong><em>tra</em></strong> artinya <strong>membebaskan</strong>. Mantra dapat dikatakan suatu <em>frequensi suara suci</em> <em>yang membebaskan pikiran dari kegelisahan dan imajinasi</em>. <strong>Mantra diucapkan pada saat seseorang akan memulai olah meditasi.</strong><br /><br /> <strong>Tradisi Kejawen</strong><br />Dalam tradisi meditasi <em>a la</em>
Kejawen dikenal berbagai macam mantra. Dalam filsafat kejawen mantra
dipahami tak ubahnya sebagai sarana atau alat, atau senjata hasil karya
cipta manusia untuk digunakan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Alat atau senjata yang berupa suara atau kalimat yang memiliki makna
sangat mendalam (esensial). Karena berupa alat atau media, maka mantra
ini biasanya bersifat netral, artinya baik atau buruknya mantra bukan
berada dalam isi mantra itu namun tergantung orang yang menggunakan.
Namun demikian sebagaimana alat, ada yang bisa digunakan untuk
kedua-duanya yakni kebaikan dan keburukan. Ada pula yang bisa digunakan
untuk sarana kebaikan saja, bahkan hanya keburukan saja. Itulah rahasia
mantra. Sayang sekali karena seringkali orang memanfaatkan mantra untuk
merugikan orang lain dan mencari keuntungan pribadi maka timbul konotasi
negatif. Padahal sebenarnya mantra sama halnya dengan pisau, bisa
disalahgunakan untuk merampok orang, bisa juga dimanfaatkan untuk
sarana rumah tangga. Dalam tradisi kejawen dan tradisi sinkretisme
terdapat beberapa mantra yang lazim digunakan dalam olah meditasi
misalnya sbb :<br /><br /> 1.<em> “kakang kawah adi ari-ari, kadhangku kang
lair nunggal sedino lan kadhangku kang lair nunggal sewengi, sedulurku
papat keblat lima pancer, ewang-ewangono anggonku madeg semedi”.</em><br /><br /> 2. <em>Sangkun
dzat sukma, sukma kang ana sanjabaning wayangan, ni endang sukma kang
mider ana sajroning wayangan, sira aja ngaling-alingi aku arep ketemu
kadhangku kang sejati, kang langgeng ora owah gingsir, saperlu kanggo
meruhi sejatiningsun</em>. <em> </em><br /><br /> 3. <em>Ingsun tajalining
dat kang Mahasuci, kang amisesa, kang kuwasa angandika : kun – payakun :
dadi saciptaningsun, ana sasedyaningsun teka sakarsaningsun, metu saka
kodratingsun</em>.<br /><br /> <strong>Tradisi Yoga</strong><br />Salah satu
metode meditasi yang lengkap dan metodis terdapat dalam Yoga tradisi
Dharma. Mantra-mantra yang paling kuat yang dapat digunakan dikenal
Sebagai Tiru-mantra dengan kalimat sbb : “<em>Om Namo Narayanaya</em>” yang secara terminologis berarti: “<em>Aku menyampaikan hormat kepada Yang Mutlak, Sang Pemelihara seluruh mahluk</em>.” Sebagaimana terdapat dalam <em>shastra Veda</em> (<em>Narayana-Upanishad</em>) bahwa bila kita mengucapkan mantra tersebut secara sungguh-sungguh dan dengan rasa <em>bhakti</em>,
seseorang akan mendapat kedamaian, pemenuhan dan realisasi-diri. Lebih
dari itu, seseorang akan mencapai kesadaran Tuhan, yakni kesadaran
tinggi akan karunia Tuhan bagi kehidupan umat manusia.<br /><br /> Teknik
meditasinya sama dengan teknik meditasi di atas. Setelah melakukan
latihan konsentrasi nafas, dalam posisi duduk, mata tertutup, kemudian
mulai membaca mantra, <em>Om Namo Narayanaya</em>, lebih keras dan
dengan penuh bhakti. Fokuskan seluruh energi perhatian anda atas suara
dan vibrasi dan mantra itu, mendengarkan mantra, dan bahkan merasakan
vibrasi-vibrasi yang melembutkan dari mantra itu di dalam dada sekitar
jantung anda. Satu sesi meditasi yang baik berlangsung sekitar 20 – 30
menit per hari. Dijelaskan dalam <em>shastra Yoga</em> kuno India, dan
oleh para guru besar Yoga sepanjang sejarah, bahwa bila seseorang
membuat latihan meditasi harian sebagai kebiasaan, dan melakukan
meditasi dengan sungguh-sungguh, rendah-hati, sabar dan bhakti, maka ia
akan memperoleh kedamaian, kepenuhan, kebijaksanaan dan realisasi
langsung dari kehadiran Tuhan di dalam hidupnya.<br /><br /> Dengan
mempraktekan meditasi dlam kegiatan sehari-hari, maka anda secara
perlahan-lahan akan merasakan berkurangnya stres, depresi atau tekanan,
serta kecemasan berangsur-angsur akan hilang. Anda juga akan mengalami
satu kedamaian batin yang dalam terasa membahagiakan dan menyenangkan.
Karena dalam meditasi anda akan memasuki relung paling dalam dari
suasana kedamaian batin. Kedamaian dan ketenangan itulah sifat dasar
dari jiwa atau <em>sang diri sejati</em>. Keberhasilan meditasi diawali
dengan giat mencoba, melatih diri, sabar dan tulus, berserah diri kepada
Tuhan dalam arti tidak membuat angan-angan dan keinginan yang
dipaksakan, termasuk perasaan pengganggu keberhasilan yakni rasa
terburu-buru untuk berhasil. Carilah ketenangan hati dan pikir yang
bersumber dari dalam realitas kedamaian batin anda sendiri.<br /><br /> <strong>Penutup</strong><br />Meditasi
hanyalah sekedar teknik untuk mencari kebenaran dan kemuliaan hidup.
Mencari kebenaran dan kemuliaan adalah penting, sama pentingnya untuk
mempunyai seorang pembimbing yang berpengalaman dan handal dalam
mencapai realisasi-diri. Pada zaman modern ini para ahli semedi, yoga,
atau meditasi sangat banyak jumlahnya dan mereka melakukan pelatihan
meditasi dalam berbagai lembaga sosial kemasyarakatan. Dan sekali lagi,
meditasi tidak ada hubungannya dengan agama. Ia berdiri sendiri sebagai
jalan spiritual yang bebas dalam arti memiliki nilai universal (lihat
anak judul di atas). Sumber kebenaran dan kemuliaan hidup tidak hanya
satu atau dua saja, melainkan dapat melalui berjuta-juta sumber yang
tergelar di jagad raya sebagai bukti ILAHI Yang Mahapemurah. Namun
demikian bila Anda tetap saja meragukan suatu kebenaran, setidaknya
lakukan saja KEBAIKAN pada sesama umat manusia, maka anda akan
mendapatkan kemuliaan hidup yan sejatinya. </div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-54063799512600041302013-01-29T22:23:00.002-08:002013-01-29T22:23:51.335-08:00MEDITASI sebagai Alternatif di Jaman Modern <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<i><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><b> </b> </span></span></i><br />
<i><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"> <span class="Apple-style-span" style="color: red; font-size: 16px; line-height: 18px;"><i>( Bagian Kedua )</i></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red; font-size: 16px; line-height: 18px;"><b><i><br /></i></b></span>
<span style="color: red; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><b><i>
</i></b></span>
<i>
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12pt; font-weight: bold; line-height: 115%;"><b><i>Olah Napas Meditasi</i></b></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i><br /></i></span></i><br />
</span></span></i><br />
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i><i style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><span class="Apple-style-span">Dalam
kehidupan sehari – hari , manusia secara konstan menggunakan energi
dasar kehidupan yang dimiliki untuk menunjang aktivitasnya. Oleh karena
itu memerlukan penambahan prana yang konstan pula untuk tetap dapat
mempertahankan kondisi dan keseimbangan tubuh, pikiran, dan emosinya.</span></i></span></i></i></span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i><i style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><span class="Apple-style-span"><br /></span></i></span></i></i></span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="font-weight: bold; line-height: 18px;"></span></span></i><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5678963428361646122" name="more"></a></div>
<i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">
</span></i>
<div class="MsoNormal" style="font-size: 12pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i>Salah
satu injeksi prana yang dipandang paling ampuh guna memenuhi kebutuhan
tersebut adalah melalui olah pernapasan. Maka dikembangkanlah
serangkaian bentuk latihan khusus olah pernapasan untuk mendapatkan
energi prana. Tujuan latihan ini adalah mengubah sistem pernapasan dari
sistem pernapasan biasa menjadi olah pernapasan khusus dengan teknik dan
aturan tertentu.</i></span></span></i></span></div>
</div>
<span style="line-height: 115%;"><i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; line-height: 115%;">
</span>
</i></span><br />
<span style="line-height: 115%;"><i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; line-height: 115%;">
</span></i></span>
<div class="MsoNormal" style="font-size: 12pt;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="line-height: 115%;"><i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; line-height: 115%;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 115%;"><span style="font-size: x-small; line-height: 115%;"></span></span><span class="Apple-style-span" style="color: blue;"><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Dari
beberapa studi dan eksperimen ternyata pernapasan berhubungan erat
dengan situasi maupun kondisi mental dan jiwa seseorang. Seorang ahli
kesehatan, dokter Peter Steincrohn mengemukakan bahwa pasiennya yang
terserang rasa khawatir ternyata mempunyai pernapasan yang pendek, cepat
dan tidak beraturan. Dia menyebutnya sebagai </span></i><i><span style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">overbreathing.</span></i></span></span></span></i></span></div>
</div>
<span style="line-height: 115%;"><i><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; line-height: 115%;">
<div class="MsoNormal" style="font-size: 12pt;">
<div style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 14pt; line-height: 115%;"><br />
</span></i></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-size: 12pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: red; font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i>Hendaknya
kita semua tahu karena hal ini sudah merupakan keyakinan bahwa
pernapasan yang mantap hanya dapat dicapai dalam ketenangan batin. </i></span></div>
<div style="font-weight: bold; text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; font-size: 14pt; line-height: 115%;"> </span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Ketenangan
batin dapat dilatih dan dicapai dengan melakukan olah pernapasan dan
meditasi. Melalui meditasi seseorang berlatih dan berusaha untuk
berkonsentrasi menciptakan kedamaian dalam dirinya dengan cara
menenangkan pikirannya yang sedang berjalan – jalan untuk selanjutnya
memasuki situasi mental yang tenang. Ini ditempuh dengan melakukan
relaksasi tubuh dengan menghentikan sementara kerja saraf-saraf
sensorik dan motorik. </i></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Dengan
begitu terjadilah pembalikan aliran biologi, yang semula berupa aliran
dari dalam keluar menjadi aliran dari luar ke dalam.</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-size: 12pt; font-weight: bold;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="background-color: #f3f3f3; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br />
</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-size: 12pt;">
<div style="text-align: justify;">
<i><span class="Apple-style-span" style="background-color: #f3f3f3; color: blue; font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Sekarang
dapat disimpulkan bahwa Latihan Olah Pernapasan Meditasi adalah suatu
bentuk latihan pernapasan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas
prana dengan memanfaatkan relaksasi tubuh yang dicapai melalui
penekanan selaput otak dengan pikiran sendiri, sehingga kekuatan dan
kesehatan tubuh semakin meningkat.</span></i></div>
</div>
</span></i></span><br />
<i><span class="Apple-style-span" style="color: red;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">( Bagian ketiga )</span></span></i><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 14pt; line-height: 115%;"></span></i></b><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-RPIHzmr78Qc/ThqwwVK8UpI/AAAAAAAAAOM/5wvFm4mRAiQ/s1600/sistem-chakra-tubuh-manusia1.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/-RPIHzmr78Qc/ThqwwVK8UpI/AAAAAAAAAOM/5wvFm4mRAiQ/s200/sistem-chakra-tubuh-manusia1.jpg" width="175" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b><i><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 14pt; line-height: 115%;">Bentuk Latihan Meditasi</span></i></b></div>
<div class="MsoNormal">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 14pt; line-height: 115%;"><br />
</span></i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><i>Dalam
latihan olah pernapasan untuk meditasi mempunyai beberapa variasi
bentuk latihan. Setiap komunitas bela diri pernapasan maupun tenaga
dalam mempunyai bentuk, cara dan sistem olah napas yang bermacam –
macam. Pada bahasan saat ini kami sajikan bentuk olah pernapasan
meditasi yang simpel dan mudah untuk dilakukan. </i></span><br />
<span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"></span><br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5678963428361646122" name="more"></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
<br />
<span style="background-color: white; font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; font-size: 16px; line-height: 18px;"><i>Diantaranya :</i></span><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br /></span></i></b>
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">1. Latihan olah pernapasan meditasi dengan cara berjalan. </span></i></b><br />
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><br />
</span></i></b><br />
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 12pt; line-height: 115%;">Pada
latihan ini harus berlatih untuk menyelaraskan antara tarikan dan
hembusan napas dengan irama ayunan langkah kaki. Misalnya pada saat
tarik napas kita melangkahkan kaki tiga langkah dan pada saat buang
napas juga harus berjalan atau melangkahkan kaki tiga langkah. Pada saat
melakukan latihan ini pikiran senantiasa dipusatkan pada daerah di
bawah pusar sekitar 3 - 5 sentimeter dan pandangan mata ditujukan pada
satu titik sekitar sepuluh langkah di depan.</span></i><br />
<br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="line-height: 18px;"></span></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><b>2. Latihan olah pernapasan meditasi dengan cara berdiri. </b> </i></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span>
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>Dalan
latihan ini harus mampu menyalurkan prana ke seluruh bagian tubuh
termasuk tangan dan kaki. Pikiran tetap terpusat pada satu titik di
daerah bawah pusar sekitar 3 – 5 sentimeter dan mata harus terpejam.
Kaki dibuka selebar bahu. Kedua telapak tangan ditumpuk di atas titik di
bawah pusar. Lakukan tarik napas dan hembuskan napas sesuai hitungan
berimbang.</i></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i><br /></i></span></div>
</div>
</div>
<div style="text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-RPIHzmr78Qc/ThqwwVK8UpI/AAAAAAAAAOM/5wvFm4mRAiQ/s1600/sistem-chakra-tubuh-manusia1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-RPIHzmr78Qc/ThqwwVK8UpI/AAAAAAAAAOM/5wvFm4mRAiQ/s1600/sistem-chakra-tubuh-manusia1.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<b><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><br />
</span></i></b></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 15.7pt; text-indent: -15.7pt;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><b><i>3. Latihan olah pernapasan meditasi dengan cara duduk.</i></b><b style="font-style: italic;"> </b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 15.7pt; text-indent: -15.7pt;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><br />
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 7.1pt;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; line-height: 115%;"><i>Meditasi
dengan duduk adalah meditasi duduk di atas kursi, dengan betis dan paha
membentuk sudut 90 derajat dan meditasi dengan duduk bersila di atas
lantai. Manakah yang lebih dulu harus dilakukan ? </i></span></div>
<span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; line-height: 115%;"><i><br />
</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 7.1pt;">
<div style="text-align: justify;">
<i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><span style="line-height: 115%;">Bagi
yang benar-benar pemula , lakukan meditasi dengan posisi duduk di atas
kursi dan bagi yang telah terbiasa melakukan meditasi ,</span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">lakukan meditasi dengan posisi duduk bersila (padmasana). </span></span></i></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 7.1pt;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; line-height: 18px;"><i>Pada
latihan meditasi dengan duduk ini sirkulasi dan tata cara olah
pernapasannya harus tetap terjaga dan konstan seperti halnya pada
posisi-posisi yang lain.</i></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; line-height: 18px;"><i>Pada
tahapan ini harus mampu menyalurkan dan menyimpan prana pada
tempat-tempat tertentu yang vital dalam tubuh kita. Pada umumnya tempat
penyimpanan energi prana itu berada pada titik-tik yang berkaitan dengan
kelenjar endokrin.</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 7.1pt;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 16px; line-height: 18px;"><b><i><br />
</i></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 7.1pt;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 16px; line-height: 18px;"><b><i>4. Latihan olah Pernapasan meditasi dengan cara tidur</i></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="tab-stops: 7.1pt;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; font-size: 16px; line-height: 18px;"><b><i><br />
</i></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-size: 16px; line-height: 18px;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">Bentuk
latihan dengan cara tidur mempunyai dua macam tipe, yaitu berbaring
telentang dan berbaring miring. Latihan dengan cara ini biasanya
dilakukan oleh orang-orang yang kondisi fisiknya lemah (sedang atau baru
sembuh dari sakit dan berusia lanjut). Secara prinsip hal-hal yang
harus dilakukan masih sama dengan posisi-posisi yang lain.</span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-size: 16px; line-height: 18px;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"> </span></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-size: 16px; line-height: 18px;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><span class="Apple-style-span"> </span><span class="Apple-style-span" style="color: red; font-style: italic; font-weight: bold;">(Bagian Keempat / Selesai </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: red; font-style: italic; font-weight: bold;"><br /></span>
</span></i></span><div class="MsoNormal">
<i><span style="color: blue; font-size: 14pt; line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;">
</span></span></i><br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/--PWRtcDHZVg/TjVAx61zT-I/AAAAAAAAAPk/VxuWxUsnNsI/s1600/Meditation.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="155" src="http://4.bp.blogspot.com/--PWRtcDHZVg/TjVAx61zT-I/AAAAAAAAAPk/VxuWxUsnNsI/s200/Meditation.jpg" width="200" /></a><b><i><span style="line-height: 115%;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"> Siklus</span></span></i></b><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b><i><span style="line-height: 115%;"><br /></span></i></b>
</span><br />
<div class="MsoNormal">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; line-height: 18px;"><i>Sasaran utama latihan olah pernapasan meditasi adalah :</i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; line-height: 18px;"><i>1. untuk menjaga kesehatan baik jasmani maupun rohani</i></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; line-height: 18px;"><i><br /></i></span></div>
<span style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; line-height: 115%;"><i>2. menciptakan siklus kecil (mikrokosmos) dan siklus besar (makrokosmos) dalam tubuh.</i></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><span style="color: blue; line-height: 115%;"></span><br /></span>
<br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5678963428361646122" name="more"></a><div class="MsoNormal">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i>Siklus Kec</i></span></b><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i>il</i></span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i><br /></i></span></b></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;">Siklus
Kecil dibentuk dengan jalan menghubungkan rhen dan tug melalui aliran
prana. Menurut literatur Ilmu Pernapasan yang bersumber dari China Rhen
adalah sebuah urat nadi sentral yang jalurnya dimulai dari bibir bawah
membentang lurus membelah tubuh bagian depan hingga ke hweei yin (adalah
sebuah area di</span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"> antara
anus dan kantong zakar). Sedangkan tug adalah sebuah urat nadi sentral
yang jalurnya membentang lurus membelah tubuh bagian belakang yang
diawali dari jang jiang (ujung bawah tulang belakang) hingga ke bibir
bagian atas.</span></i></span></div>
</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif; line-height: 18px;"><i>Upaya
ini ditempuh secara bertahap dengan jalan menghubungkan secara seri dan
bergantian dari titik-titik tertentu dan terpenting pada tubuh kita
yang berada pada jalur rhen – tug. </i></span></div>
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%;">
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif; line-height: normal;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-uSDDH6oqWt0/TjU_emy4iMI/AAAAAAAAAPc/ovnUZ3POpfM/s1600/sistem-chakra-tubuh-manusia1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://3.bp.blogspot.com/-uSDDH6oqWt0/TjU_emy4iMI/AAAAAAAAAPc/ovnUZ3POpfM/s200/sistem-chakra-tubuh-manusia1.jpg" width="175" /></a></span><br />
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i><b><span style="line-height: 115%;">Adapun titik-titik </span><span style="line-height: 115%;">tersebut adalah :</span></b></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i><b><span style="line-height: 115%;"><br /></span></b></i></span></div>
</div>
</div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>a</i>. <i>dhian dug</i> , <i> terletak di leher depan bagian bawah</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>b</i>. <i>dan cung</i><span style="font-style: italic;"> ,</span> <i> terletak di pusat dada </i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>c</i>. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">tan dhian</i> , <i>terletak di bawah pusar sekitar 3 – 5 sentimeter</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>d</i><i style="mso-bidi-font-style: normal;">. hweei yin ,</i> <i>terletak di tengah-tengah antara anus dan kantong zakar</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>e</i>. <i>ming men ,</i><i> terletak pada tulang belakang di antara kedua ginjal</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>f.</i> <i style="mso-bidi-font-style: normal;">tug may ,</i> <i>terletak di punggung bagian atas</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>g</i>. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">yi chen ,</i><i> terletak di kepala bagian belakang</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>h</i>. <i>pai hwei</i>,<i> terletak di tengah kepala bagian atas</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><i>i</i>. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ing dang ,</i> <i>terletak di atas hidung antara kedua alis dan titik pada bibir atas bagian tengah.</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><br /></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i>Dengan
tercapainya Siklus Kecil peredaran darah menjadi lancar dan daya
magnetisme dalam tubuh semakin kuat. Hal ini berguna untuk meningkatkan
kesehatan serta penting bagi penyembuhan dan pencegahan penyakit.</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i><br />
</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i>Apabila
Siklus Kecil ini ditingkatkan dengan memperluas aliran prana hingga ke
tangan dan kaki akan tercapailah apa yang disebut Siklus Besar dan
apabila terus berlatih akan semakin merasakan manfaat dari latihan olah
pernapasan meditasi ini.</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i><br />
</i></span></div>
</div>
<div class="MsoNoSpacing">
<div style="text-align: justify;">
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i>Semoga
Meditasi akan semakin dapat membantu orang banyak dalam mengatasi
berbagai macam keluhan dan menjaga kesehatan serta meningkatkan
keseimbangan keharmonisan dalam tubuh. </i></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i><br /></i></span>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i><br />
</i></span><br />
<center>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><i>
Meditasi sebagai Alternatif Di Jaman Modern</i></span></center>
</div>
</div>
</div>
<span class="Apple-style-span" style="font-size: 16px; line-height: 18px;"><i><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"> </span></i></span></div>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia,'Times New Roman',serif;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 18px;"><b><i><br />
</i></b></span></span></div>
</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-59695370631823793182013-01-29T18:22:00.003-08:002013-01-29T18:22:35.908-08:00MGGJ<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU0CEnAqj6OPJEQncNMUxgmbsAtdiRvhQ-ycrZm_6WnVqnIvD4u4ESl00ikgYBM_vZJ85fhEjXSUyicDY_q6Q_7006xfb9sQZOUdWfDq6vBxKtgoaSz2G_701lilpDVQUKLaNnYzhXcLk/s1600/mggj.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU0CEnAqj6OPJEQncNMUxgmbsAtdiRvhQ-ycrZm_6WnVqnIvD4u4ESl00ikgYBM_vZJ85fhEjXSUyicDY_q6Q_7006xfb9sQZOUdWfDq6vBxKtgoaSz2G_701lilpDVQUKLaNnYzhXcLk/s320/mggj.jpg" width="209" /></a></div>
<br /></div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-51798471397475651472012-12-11T02:19:00.001-08:002012-12-11T02:19:49.734-08:00Agan Bisa Telepati (Baca Pikiran Orang Lain) <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="color: white;">cara melatih telepati)</span><br />
Salam gan..<br />
<br />
Ini trit ane kedua gan, cuma pengen share aja. Sejak SMP, Ane kebetulan
mengetahui cara unik membaca pikiran orang lain (telepati). Dan selalu
ane coba praktekkan ke temen-temen ane di SMP, SMA maupun pas kuliah
sekarang. Dan hampir 90% selalu berhasil gan..<br />
<br />
Teman-teman ane juga ane kasih tahu tekniknya dan ternyata mereka juga
bisa melakukannya. Ane sendiri bingung gan, kenapa bisa mudah sekali
melakukannya.<br />
<br />
Lalu ane googling dan pengen tahu arti telepati itu sendiri. Dan
ternyata secara ilmiah emang telepati bisa dilakukan tiap orang. Istilah
telepati sendiri biasa diartikan sebagai Pemindahan Pikiran atau
Membaca Pikiran. Didunia Metafisika ini di golongkan pada E .S .P atau
Extra Sensory Perception. Telepati dapat melampaui batas lautan dan
benua bahkan dengan mudahnya keliling dunia <br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzp-sVFDf_gLLPUMhsVl-1QWGxLoCLmawg9qBGdjJO25VHNZeiOweWMU59O9y0wE6PLBklBX7VQ1W8vOdHon7b79S4Rw9Jh1irK4_f7OJzgzyDECfSpl3eAi9siwVS_scFxpjOSLlc/s320/mstory-telepati-(telepathyrevealed)-dlm.jpg" /></div>
<br />
Bagaimana terjadinya TELEPATI rasanya sampai sekarang orang belum dapat
menjelaskannya dengan pasti dan jelas. Tapi yang sampai saat ini
banyak dianut oleh para Praktisi adalah sebagai getaran dari Bathin
bawah sadar seseorang kepada Bathin bawah sadar orang tertuju.<br />
<br />
Banyak kejadian sehari - hari yang tanpa kita sadari sebetulnya adalah
peristiwa TELEPATI ,misalnya seorang ibu dapat merasakan sakit anaknya
yang jauh dirantau ,walaupun jarak yang memisahkannya melebihi Benua
bahkan belahan Dunia.<br />
<br />
Seorang SUAMI dapat merasakan Sakit ISTRINYA pada saat sang istri MELAHIRKAN...,biasanya pada Anak Pertama. itulah Telepati.<br />
<br />
Nah gan, untuk melatih telepati sangatlah mudah, <span style="font-size: 180%;"><span style="color: red;">bahkan Agan akan bisa melakukannya 5 menit setelah membaca trit ane ini gan</span></span><br />
<br />
Kemudahan Agan dalam bertelepati sedikit dipengaruhi hal-hal berikut gan:<br />
1. Kebersihan hati, semakin agan hatinya bersih, ikhlas, jauh dari maksiat biasanya semakin mudah dalam melakukan telepati<br />
<br />
2. 2 orang yang bertelepati lebih mudah dilakukan bila 2 orang itu
mempunyai hubungan darah. Misalnya saudara kembar, ibu dengan anaknya,
adik dan kakak..<br />
<br />
3. Misalpun tak punya hubungan darah juga gpp. Sinyal telepati juga bisa
terkirim antara dua orang yang saling mencintai (suami-istri), sahabat
yang sangat dekat, atau rekan kerja/bisnis yang juga cukup dekat.<br />
<br />
4. Sinyal telepati juga bisa terkirim dari 2 orang yang walaupun tidak
saling kenal, tetapi memiliki kesamaan sifat, kepribadian, dan kondisi
hidup/lingkungannya.<br />
<br />
Nah gan, sebelum posting trit ini ane sempet iseng ngetest kemampuan
telepati ane sama istri ane (karena udah lama nggak dilatih). Ane suruh
istri ane ngebayangin angka, dan ane bisa menebaknya. 3 kali putaran
dan semuanya 100 % tepat.<br />
<br />
Agan pun bisa coba praktekin ini pada temen agan, saudara kembar agan
(kalau ada), adik/kakak. Kalau saudara ga ada, mending temen deket atau
temen yang mempunyai kesamaan sifat/hobi, intinya semua orang juga
boleh deh, tp cari dulu yg sesuai kriteria diatas, kalau ga ada baru
siapa aja boleh agan ajak sebagai kelinci percobaan agan.<br />
<br />
Gini cara mainnya, agan lakukan petunjuk prakteknya seperti ini:<br />
1. Rileks dulu gan..<br />
<br />
2. Suruh temen agan milih angka gan, rangenya kecil dulu aja gan, suruh
milih angka dari 1 sampai 5 (1,2,3,4,5), disuruh milih dalam hati aja
gan,jangan disebutin.<br />
<br />
3. Menyamakan cara berfikir antara agan dengan temen agan. Caranya agan
mengajak wawancara teman agan dulu (sebagai formalitas saja), tirukan
dialog dibawah ini : (A=Agan; T=Teman Agan)<br />
<br />
A: Siapa Nama Lengkapmu ?<br />
T: Muhammad Taufiq (misalnya namanya itu, yg jelas nanti Teman Agan harus menjawab sejujur-jujurnya)<br />
<br />
(walaupun agan udah kenal dia sebelumnya, formalitas ini penting. Sesaat
setelah Teman agan menyebut namanya. Agan anggap bahwa Agan bernama
Muhammad Taufiq (nama temen agan pokoknya)<br />
<br />
A: Dimana Alamat tinggalmu ?<br />
T: Di perumahan Sumber belakang stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah<br />
<br />
(Agan langsung anggap bahwa rumah Agan adalah di perumahan Sumber
belakang stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, rasakan lingkungannya gan..
imajinasikan agan kalau pulang sekolah pulangnya ke rumah di perumahan
sumber tsb)<br />
<br />
A: Dimana Sekolahmu ?<br />
T: SMA 4 Surakarta<br />
<br />
(Agan harus anggap bahwa agan bersekolah disitu (SMA 4 Surakarta),
bayangkan seragamnya seperti apa, bayangkan agan harus bangun pagi
berangkat sekolah ke arah SMA 4 Surakarta.)<br />
<br />
A: Siapa nama Bapakmu ?<br />
T: Bejo<br />
<br />
(Agan resapi bahwa nama bapak Agan adalah Bejo)<br />
<br />
A: Apa warna kesukaanmu ?<br />
T: Merah<br />
<br />
(Agan bayangkan agan suka warna merah, suka hal-hal/atribut yang berwarna merah, dll)<br />
<br />
Intinya gan, agan harus menganggap diri agan adalah diri teman agan! Resapi dan Imajinasikan !!<br />
<br />
4. Merenung sejenak gan, resapi bahwa agan punya kepribadian seperti
kepribadian teman agan, misalnya teman agan suka main PS dan
pemalas,maka agan harus menganggap bahwa agan adalah seorang pemalas
yang suka main PS. (agan boleh ambil kepribadian apapun yang nampak pada
diri teman agan)<br />
<br />
5. Rileks lagi gan ! Sampai agan yakin bahwa cara berfikir, cara
pandang, identitas, dan kondisi agan sudah sama dengan teman agan, dan
agan berperan sebagai teman agan.<br />
<br />
6. Terakhir. beri aba-aba dan Suruh teman agan teriakkan angka yang
dipilih tadi di dalam hatinya gan! (ingat, teriak dalam hati,jangan
diucapkan!)<br />
<br />
7. Plong ! saat itu juga dihati agan akan ada sebuah angka yang muncul dengan sendirinya. sebutkan langsung gan<br />
<br />
8. Dan Wow, teman anda pasti akan terkejut dan terheran-heran, karena
angka yang agan sebutkan adalah angka yang dipilih dan diteriakkan dalam
hati teman agan tadi.<br />
<br />
NB: Agan harus rileks, ketika agan menyuruh teman agan meneriakkan angka
didalam hatinya, agan tidak boleh membayangkan: angka berapa ya yang
harus kupilih. Intinya hati agan tidak boleh terkontaminasi oleh
angka-angka, karena angkanya nanti muncul sendiri. Agan boleh melototin
lukisan dinding agan, biar pikiran agan jauh dari angka-angka. Jangan
takut salah gan, kalau agan takut salah sebut angka,maka agan akan
ragu-ragu dan akan banyak pilihan angka lainnya, yang jelas fokuskan
pikiran agan ke hal lain, lalu angka yang diteriakin di dalam hati temen
agan AKAN MUNCUL DENGAN SENDIRINYA dihati agan.<br />
<br />
LAKUKAN SEMUA ITU DENGAN SPONTAN GAN, JANGAN RAGU-RAGU!<br />
<br />
Masih newbienih gan, kalo berkenan mohon dibantu share ke temen2 agan ya!!<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">
<br /></div>
</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-22277771106810385492012-12-10T03:07:00.000-08:002012-12-10T03:07:02.145-08:00Olah Raga-Olah Nafas-Olah Batin<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div align="center">
<em><strong>Olah raga, Olah nafas, Olah batin</strong></em></div>
<div align="center">
<em>Apakah perbedaan antara Tenaga Dalam dengan Kebatinan?</em></div>
Seringkali saya mendapatkan pertanyaan seputar apa hubungannya antara tenaga dalam (<em>inner power</em>)
selanjutnya saya singkat TD, dengan olah kebatinan. Apa perbedaannya
dan bagaimana penjelasannya. Sebelum sampai pada penjelasan soal olah
batin, ada baiknya terlebih dahulu saya berikan ulasan singkat ketiga
macam pengolahan diri tersebut agar lebih mudah memahami perbedaan di
antara ketiganya.<br />
<strong>OLAH RAGA</strong><br />
Olah raga merupakan kegiatan untuk melatih fisik yang meliputi
seluruh jaringan otot termasuk sistem saraf. Pada kegiatan olah raga
seseorang hanya melatih PENGOLAHAN pada fisiknya saja, misalnya dengan
cara menggerakkan dan melatih beban pada otot serta melatih diri untuk
memaksimalkan fisiologi dalam sistem saraf tubuh kita. Tujuannya agar
organ-organ dalam tubuh menjadi fit dan dapat bekerja secara normal dan
maksimal sesuai fungsinya masing-masing. Mengolah raga, atau mengolah
fisik sepadan dengan olah raga <em>bodybuilding </em>(bina raga) sebagaimana banyak kita temukan pada sanggar-sanggar senam dan sasana olah raga termasuk seni beladiri, serta <em>gym </em>atau lebih dikenal sebagai tempat pembinaan kesehatan raga.<br />
Lazimnya setiap orang memiliki kekuatan fisik yang berbeda-beda.
Perbedaannya itu memang ada, terkait dengan seberapa panjang nafas dan
seberapa besar volume otot seseorang. Kedua hal itu menjadi faktor
adanya perbedaan tenaga fisik orang per orang. Namun perbedaan itu masih
dalam taraf wajar dan masih berada di dalam <em>range </em>kekuatan
fisik manusia pada umumnya. Perbedaan tenaga fisik akan menjadi
signifikan bila dibandingkan dengan tenaga para buruh kasar, para atlet,
para olah-ragawan dan orang-orang yang telah melalukan <em>bodybuilding</em>.
Mereka itu orang yang otot-ototnya telah dibangun dan sudah terbiasa
dengan beban yang berat. Kekuatan itu ada sebagai hasil pelatihan diri
secara rutin dalam mengolah raganya.<br />
<strong>OLAH NAFAS</strong><br />
Olah nafas dalam hal ini melatih organ fisik pernafasan terutama otot
dada, perut, jantung dan paru-paru. Manfaat olah nafas bukan hanya
menguatkan otot jantung dan menambah jaringan pengikat oksigen pada
paru-paru. Manfaat selebihnya dan sekaligus menjadi salah satu tujuan
utama mengolah nafas yakni untuk membangkitkan tenaga dalam atau <em>innerpower</em> (IP). Sebagaimana telah saya tulis dalam <em>posting </em>terdahulu tentang <strong><a href="http://sabdalangit.wordpress.com/category/javanese-tradition/tenaga-dalam/">Tenaga Dalam</a></strong>,
bahwa dalam diri setiap orang sudah menyimpan potensi IP yang merupakan
bawaan sejak lahir. Untuk menjalani rutinitas hidup sehari-harinya kita
hanya memanfaatkan cadangan TD dalam tubuh kita rata-rata 10-15% saja.
Itupun hanya terpakai manakala dalam keadaan darurat dan bilamana
terjadi suatu gerakan yang bersifat spontanitas saja. Artinya tenaga
dalam hanya bekerja atau muncul melalui kendali alam pikiran bawah sadar
(<em>uncons</em><em>c</em><em>iousness</em>). Misalnya saat keadaan
terpaksa, atau dalam situasi darurat dan menghadapi bahaya. Oleh sebab
itu bagi yang tidak terbiasa mengolah tenaga dalam, wajar saja bila
merasa kesulitan memanfaatkannya pada saat seseorang membutuhkan atau
bilamana seseorang sengaja merencanakan untuk menggunakannya. Karena
pada saat demikian yang mengendalikan bukan lagi alam pikiran bawah
sadarnya melainkan alam pikiran sadar (<em>consciousness</em>).<br />
Olah nafas bertujuan sebagaimana olah raga, tetapi mempunyai
PERBEDAAN OBYEK yang diolahnya. Dalam kegiatan olah nafas yang diolah
adalah <em>innerpower </em>atau tenaga dalam. Dengan tujuan yang lebih fokus sebagai <em>innerpower building</em>, atau membangun dan mengembangkan tenaga dalam yang ada di dalam diri kita.<span id="more-1982"></span><br />
<strong>Mengapa <em>innerpower </em>perlu diolah ? </strong><br />
Itu sebabnya, <em>innerpower</em> bangsa manusia relatif sama volumenya dalam satu rentang nilai atau <em>range</em>.
Hal ini seperti halnya otot kita dengan otot milik orang lain atau
tenaga fisik seseorang satu sama lainnya masih berada di dalam rentang
nilai yang sama. Sebagaimana telah saya sampaikan di atas. Bila kita
ingin mempunyai <em>innerpower </em>yang dapat melampaui <em>range</em>, maka diperlukan pelatihan atau olah tanaga dalam di antaranya melalui teknik mengolah pernafasan.<br />
Oleh karena itu, seseorang yang sering berlatih olah pernafasan melalui beragam teknik, maka dengan sendirinya <em>innerpower</em>
akan semakin kuat kualitasnya dan semakin besar volumenya. Tujuan dari
mengelola tenaga dalam selain yang saya sebut diatas adalah agar supaya
seseorang dapat memanfaatkan & mengendalikan tenaga dalam (<em>innerpower management) </em>melalui
pikiran sadarnya. Sehingga penggunaan tenaga dalam dapat dilakukan
secara terencana dan tidak tergantung pada kendali bawah sadar atau
spontanitas semata. Dengan demikian kita akan mempunyai kemerdekaan
kapan akan menggunakan TD dan dengan otoritas sepenuhnya ada di tangan
kita.<br />
<strong>OLAH BATIN</strong><br />
Setelah kita memahami perbedaan antara olah raga dan olah nafas yang
berhubungan dengan tenaga dalam. Selanjutnya mari kita sama-sama
mengupas soal olah kebatinan, atau membangun kakuatan batin. Sampai di
sini kita dapat memahami jika olah raga yang diolah adalah fisiknya,
olah nafas yang diolah adalah tenaga dalamnya, sementara itu olah batin
yang diolah adalah sisi kebatinannya, yakni jiwa (<em>soul</em>) dan sukma (<em>spirit</em>) kita. Mengolah batin setidaknya terdapat dua orientasi. Orientasi ke dalam diri (<em>inner-world</em>) di antaranya berupa meditasi, puasa, samadi, dan orientasi keluar dalam bentuk <em>patrap-laku</em> yakni mengimplementasikan <em>perilaku utama</em>
dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk lebih mengenal bagaimana cara
mengolah batin, para pembaca yang budiman dapat membuka tulisan saya
terdahulu dalam posting <strong><em><a href="http://sabdalangit.wordpress.com/category/pintu-pembuka-rahasia-spiritual-raja-raja-mataram/wirid-laksita-jati-meraih-kasampurnan-hidup/">Laksita Jati</a></em></strong><em> </em>dan terdapat pula di beberapa bagian posting saya yang lain di blog ini.<br />
<strong>Faktor Perusak Kepekaan Batin</strong><br />
Setiap orang memiliki kepekaan “mata” batin yang relatif setara
terutama pada usia kanak-kanak antara 1 hingga 6 tahun. Seiring dengan
bertambahnya usia dan kedewasaan seseorang, banyak sekali kegiatan yang
lebih bertumpu pada pendayagunaan otak kiri. Di sisi lain perlakuan pada
otak kanan lebih banyak menerima doktrin keyakinan yang bersifat <em>anti-dialog</em>
dan disadari atau tidak doktrin-doktrin itu telah meredam
pemikiran-pemikiran kritis. Hal ini menjadi salah satu yang menyebabkan
kepekaan batin seseorang menjadi sirna secara perlahan. Hal itu dapat
mulai dirasakan saat usia 8 hingga 15 tahun seiring dengan kian
banyaknya pendayagunaan otak kiri dan doktrin-doktrin yang diterimanya
saban hari. Keduanya akan sangat mewarnai alam pikiran bawah sadarnya.
Kelak setelah dewasa alam bawah sadarnya yang telah mengendapkan
pelajaran dan ajaran doktrin, akan kembali merekonstruksi pola pikir
yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan doktrin yang ia
peroleh. Walaupun demikian, tidak sedikit di antara anak-anak yang mampu
“meloloskan diri” dari cengekeraman kedua faktor tersebut. Sehingga
dalam pertmbuhannya, kepekaan batin yang sudah inheren semenjak
kanak-kanak tidak luntur dan sirna sampai kapanpun. Tipikal pada anak
demikian ini, otak kanan dan otak kiri bekerja secara seimbang. Sehingga
mampu membangun individu dengan kriteria yang kuat mental lahir dan
batinnya, peka mata batin dan cerdas pikirannya. Ia tumbuh sebagai
remaja yang memiliki tingkat kejeniusan di atas rata-rata. Anak kriteria
demikian akan mampu menjelaskan secara logik dan ilmiah sekalipun
terhadap hal-hal metafisis. Walaupun bukan hal baru, namun diangap
sebagai generasi manusia baru, yang saat ini familiar diistilahkan
sebagai generasi indigo dan kristal.<br />
Bagi sebagian orang yang kepekaan mata batinnya menurun drastis atau
yang sudah sirna samasekali bukanlah suatu keuntungan. Maka banyak orang
kini mulai menyadari akan pentingnya mengolah dan membangkitkan lagi
kepekaan mata batinnya. Di antara TEKNIK DASAR mengolah batin itu adalah
<strong><a href="http://sabdalangit.wordpress.com/category/javanese-tradition/olah-semedi/">meditasi</a></strong>,
pernafasan dengan teknik khusus misalnya pernafasan perut (bukan dada).
Dan termasuk di dalamnya adalah meditasi cakra. Namun lebih utama
adalah dengan cara <em>patrap laku</em>, atau mengatur segala tindakan dan perbuatan sebagai perilaku yang utama atau <em>lakutama </em>(perilaku dan perbuatan terpuji/luhur). Hal ini berdasarkan pada prinsip “<em>ngelmu iku kalakone kanthi laku….</em>” sebagaimana yang tertulis dalam <em>Serat Wredhatama </em>atau <em>Wedhatama</em> karya besar KGPAA Mangkunegoro IV (1811-1882 M).<br />
<strong>APA HUBUNGAN <em>TENAGA DALAM</em> DENGAN <em>OLAH KEBATINAN</em> ?</strong><br />
Pertanyaan seperti di atas sering kali saya dapatkan dari <em>dulur-dulur </em>di blog, melalui email, dalam forum diskusi dan setiap kali kesempatan mengajarkan langsung pada suatu perguruan ilmu TD dan <em>martial arts</em>. Dari kalangan awam, sampai <em>panggilut kanuragan</em>,
dan para pendekar di berbagai organisasi. Namun saya sangat maklum
karena antara keduanya memang terkadang TERKESAN rancu. Namun
sesungguhnya tidaklah rancu. Saya selalu tegas memberikan jawaban bahka
olah nafas tenaga dalam tidak ada hubungannya dengan olah kebatinan.
Keduanya berdiri sendiri dan merupakan disiplin ilmu yang berbeda dan
dapat berjalan sendiri-sendiri tak ada ketergantungan di antaranya.
Tetapi keduanya bisa saling mendukung dan rasanya menjadi lebih lengkap
dengan mengolah keduanya.<br />
<strong>Keberhasilan mengolah tenaga dalam tidaklah tergantung pada sikap dan perilaku utama.</strong> <strong>Sementara itu mengolah kebatinan mau tidak mau mensyaratkan seorang pelaku harus berperilaku utama, mengimplementasikan <em>kautamaning bebuden kang luhur</em></strong><em>. </em>Jika
syarat ini di langgar maka seseorang yang megolah batin tidak akan
memperoleh hasil sesuai yang diharapkan. Pelaku olah batin akan mudah
sekali membuktikan sendiri adanya hukum sebab akibat.Apa yang ia “tanam”
adalah benih-benih kebaikan, maka ia akan menuai kebaikan yang
berlimpah. Demikian pula sebaliknya bila “menanam benih kejahatan” maka
ia akan menuai celaka.<br />
Lain halnya dengan seseorang yang giat mengolah tenaga dalam. Tidak
ada hubungannya dengan baik buruk perilaku dan moralitas pribadinya.
Oleh sebab itu, ada kalanya seorang penjahat tetap mempunyai tenaga
dalam yang cukup tinggi. Jadi tenaga dalam tidaklah menjadi monopoli
orang-orang baik saja. <strong>Besar kecilnya TD tidak akan mempengaruhi pada baik buruknya sikap perilaku seseorang</strong>. Karena tenaga dalam atau <em>inner-power </em>(IP) bersifat netral. Perbedaan mencolok antara <em>inner-power </em> yang masih berada di dalam raga atau tubuh fisik kita dengan olah batin yang berada di dalam kekuatan spirit (<em>power of spirit/POS</em>)
yang inheren dalam diri kita. POS sebenarnya jauh lebih dahsyat
ketimbang TD. Kedahsyatan itu akan mudah dirasakan manakala batin kita
telah sampai pada titik nol atau “<em>duwe rasa, ora duwe rasa duwe</em>“. Perbedaan lainnya adalah POS masuk dalam ranah <em>ngelmu kasepuhan</em>. Sementara itu TD masih berada dalam ranah <em>ngelmu kanoman</em>. Dan ilmu <em>magic </em>temasuk dalam <em>ngelmu kajiman</em>.<br />
Untuk lebih memberikan dasar argumen sekaligus bukti faktual bahwa
antara TD dengan olah batin tidak ada hubungannya satu dengan lainnya.
Para pembaca yang budiman tentunya mudah menyaksikan di satu pihak ada
seorang yang sangat peka batinnya, tapi ia tidak memiliki TD, sebaliknya
ada beberapa orang teman memiliki TD cukup dahsyat tetapi mata batinnya
tidak peka.<br />
<strong>Mantra, rapal, doa, wiridan dala</strong><strong>m</strong><strong> ber</strong><strong>-</strong><strong><em>olah nafas</em></strong><strong> dan </strong><strong><em>olah </em></strong><strong><em>batin</em></strong><strong>.</strong><br />
Dalam mempelajari olah nafas atau TD, dan olah batin seringkali
menggunakan rapal, mantra, doa, wiridan dan sejenisnya. Semua itu
sekedar sebagai formalitas saja. Ada sisi manfaatnya yakni untuk
membangkitkan kemantaban semangat dan keseriusan pada saat berlatih.
Cara yang sama boleh juga diterapkan pada saat berolah raga. Misalnya
saat berlatih sprint, sepak bola, body building dll sembari mengucapkan
lafad doa, wirid, mantera, puja-puji atau bisa juga sambil bernyanyi.
Semua itu tujuan yang sesungguhnya untuk menumbuhkan spirit belajar.
Jadi olah nafas dan kebatinan tak ada hubungannya dengan agama manapun.
Semua itu merupakan teknik yang bersifat ilmiah, natural dan universal.<br />
Melalui tulisan ini pula saya pribadi ingin meluruskan pemahaman
sebagian orang yang terkadang mengkait-kaitkan antara TD dengan ajaran
sesat atau bertentangan dengan doktrin agama. Jika dari kacamata agama,
olah nafas atau olah tenaga dalam dianggap keliru, sebaiknya olah raga
dinilai sesat dan keliru pula. Karena keduanya pada prinsipnya sama,
hanya berbeda pada obyek yang diolahnya. Dan ketiga macam OLAH di atas,
pada prinsipnya sama pula dengan <em>olah-olah</em> (Jawa : memasak).
Yakni mengolah bahan mentah menjadi sajian menu yang enak dimakan dan
berasa lezat. Kita biasakan diri untuk tidak <em>kagetan</em> dan <em>gumunan</em> apalagi <em>anti-pati</em>
dalam merespon segala sesuatu yang baru atau yang belum dipahami. Agar
supaya ilmu pengetahuan kita mudah bertambah, dan sifat bijaksana mudah
dibangun dalam diri kita masing-masing.<br />
<strong>KESIMPULAN</strong><br />
Hubungan antara ketiga macam pengolahan diri, yang terdiri dari <strong>olah raga</strong>, <strong>olah nafas</strong>, dan <strong>olah batin</strong>
ketiganya tidak saling bergantung satu sama lainnya. Namun ketiganya
tidak saling bertentangan pula. Malah bila dipadukan ketiganya akan
saling mendukung dan memberikan nilai tambah yang positif. Olah nafas
sebagai sarana membangkitkan tenaga dalam posisinya berada di
tengah-tengah, di antara olah raga dengan olah batin. Olah nafas
mencakup sebagian dari olah raga, namun dalam teknik-teknik olah
pernafasan tertentu, sebagian kecil sudah berada dalam wilayah metode
pengolahan batin.<br />
<em>Semoga bermanfaat, salam asah asih asuh</em></div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5678963428361646122.post-62475248273310800952012-12-10T03:00:00.003-08:002012-12-10T03:00:36.908-08:00Cara Membangkitkan Kekuatan Indra Keenam <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Saya akan memperlihatkan cara untuk menciptakan sasaran cenayang yang
berguna bagi anda. Cara tersebut dapat membantu anda untuk mencapai
sesuatu yang benar-benar anda inginkan, kuncinya, anda benar-benar
menghendakinya. Banyak orang berharap agar terjadi perubahan. Tetapi,
yang terjadi hanya sampai pada tahap harapan. Mereka tidak mempunyai
keinginan kuat untuk melakukan perubahan. Agar harapan anda bisa menjadi
kenyataan, anda harus mengikuti Hukum alam semesta.<br />
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5678963428361646122" name="more"></a><br />
<br />
Keempat unsur berikut diperlukan untuk pencapaian kemampuan cenayang/Indera keenam:<br />
<b>Memiliki Harapan</b><br />
<b>Menciptakan Impian (Visualisasi )</b><br />
<b>Melepaskan Impian kedalam Pikiran Agung (Kepercayaan dan komitmen) Sambil tetap mempertahankan Visualisasi</b><br />
<b>Melakukan Tindakan Konstruktif (Latihan mengendalikan dan mengarahkan impian)</b><br />
<br />
Untuk menjadi seorang cenayang, anda hanya perlu mempelajari bagaimana
agar otak memasuki alpa atau theta secara sengaja, visualisasi merupakan
kunci untuk mencapai gelombang otak theta berdasarkan kehendak sendiri
dan kemudian menggunakan keadan itu untuk mencapai keadaan cenayang.
Anda cukup memejamkan mata, kemudian anda melakukan sejumlah latihan
relaksasi, visualisasi bisa juga dengan meditasi dan membaca mantra
maupun doa.<br />
<br />
<b>Mata Cenayang/ penglihatan/ cakra ajna:</b><br />
<br />
Sebagian besar cenayang banyak menggunakan indera penglihatan di dalam
karya cenayang mereka. Ada dua macam penglihatan cenayang: Pertama,
Menyangkut penglihatan citra, pemandangan, atau berbagai mahluk yang ada
di dalam pikiran kita. Kedua, Menyangkut penglihatan citra,
pemandangan, atau berbagai mahluk yang berada di luar pikiran kita.
Dalam konteks ini, mahluk yang di maksud misalnya hantu, arwah, atau
bias dengan merasakan kehadiran bahkan menyentuh entitas lain.<br />
<br />
<b>Membuat Peka Mata Cenayang/Penglihatan :</b><br />
<br />
Pada malam hari, tanpa lampu yang menyala, tengoklah di sekeliling anda.
Pelajari dan kenali bentuk yang anda lihat. Lakukan hal ini di tempat
tidur ,diranjang anda, di halaman ruma, ketika anda berjalan-jalan di
tempat lain.<br />
Pada saat ada mengenali bentuknya, katakanlah di dalam batin atau dengan
suara keras( tersera anda ): “ Ternyata seperti ini bentuk ( sebutkan
nama benda atau sesuatu yang anda lihat tersebut ) di kegelapan. Aku
telah membuat penglihatanku semakin peka untuk mengenali berbagai benda
di kegelapan dan di bawah cahaya apa pun secara akurat.<br />
Pada siang hari yang cerah di tempat manapun dan kapanpun, sisihkan beberapa detik untuk mengamati apa yang ada di sekitar anda.<br />
Secara mental, ulangi apa yang anda lihat dan katakanlah: “ aku
melatih pikiran cenayangku agar setiap saat dapat mengamati lingkungan
secara akurat.<br />
katakanlah: Aku memerintahkan pikiran bawah sadarku agar selalu
mengingatkanku mengenai segala sesuatu yang perlu kulihat demi
kepentinganku dan perlindungan bagi diriku. Dengan demikian, aku dapat
berfungsi dengan kapasitas cenayangku secara penuh.<br />
<br />
Prosedur awal ini bersifat ilustratif. Anda dapat mempraktikan kiat
tersebut apa adanya. Atau, Anda juga bisa menciptakan latihan anda
sendiri untuk mencapai penyesuaian yang serupa bagi pikiran cenayang
anda.<br />
<br />
Ini merupakan jenis latihan yang bisa anda praktikan setiap hari selama
beberapa detik. Sebab latihan ini bisa membuat pikiran cenayang anda
semakin peka, Anda akan takjub ketika anda mengetahui banyak hal yang
terdapat di lingkungan anda. Sebelumnya, anda tidak menyadari
kehadirannya. Kekuatan yang memadai untuk melakukan pengamatan merupakan
asset yang berharga..<br />
<br />
Terima kasih bila anda sudah memahami dan mampu mempraktekannya dengan
baik dan benar serta dapat merasakan manfaatnya, Niat kami untuk
membantu anda, itulah sebabnya kami berusaha untuk memberikan semua ilmu
yang kami miliki kepada anda semua dengan cara yang lebih mudah,
praktis, cepat dirasakan manfaatnya, ilmu ini berguna seumur hidup,
sebelum ilmu ini kami berikan kepada anda, secara pribadi kami sudah uji
coba dan di antara 160- orang yang memakai ilmu ini hanya 3 orang yang
gagal itupun karena di sebabkan mereka malas belajar dan berlatih,
sedangkan sebagian besar orang berhasil dalam menggunakannya.<br />
<br />
<b>Keterangan:</b><br />
Kemampuan cenayang , indera keenam tidak mesti dengan bisanya melihat
mahluk halus/aura tetapi ini juga bisa di buktikan ketika anda bisa
merasakan sesuatu fenomena (intuisi), Merasakan keberadaan mahluk halus,
berkomunikasai dengan mereka bahkan bersentuhan.Sebelum melakukan
latihan seperti petunjuk di atas, harap membaca mantra mata cenayang
terlebih dahulu minimal 3-7 x<br />
Gunakan Musik Meditasi bila ada, ini akan membantu anda dalam tahap
latihan mata cenayang untuk memasuki trance theta, Musik meditasi dapat
anda download Gratis di website : www.dayakcinta.com<br />
Jika ada kesempatan berpuasalah sebanyak 1 hari atau 3 hari di mulai
pada hari kelahiran anda, ini bertujuan untuk meningkatkan power anda
serta untuk mempercepat penguasaan ilmu cenayang.<br />
<div style="background-color: white; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">
<br /></div>
</div>
Dex Iwanhttp://www.blogger.com/profile/13917565984645788892noreply@blogger.com0